Sahabat Dari Hongkong

IMG_626781748777

 

Sahabat Dari Hongkong

: Ocuz Wina dan Mega Riana Dewi Bintang

 

Dear Nanny Ocuz dan Ceu Ega,

Apa kabar Hongkong? Jadi inget pelesetan orang-orang, apa-apa dari Hongkong, dan itu menandakan bahwa sesuatu yang disebutkan enggak tergapai atau bohongan. Rasi juga kalau bercanda pasti bilangnya, “… dari Hongkong.”

 

Dua tahun lalu waktu Nanny Ocuz kirim boneka hasil rajutan, pas aku kasihin ke Rasi aku bilang ini dari Tante Ocuz dari Hongkong. Rasi sama orang-orang rumah pada enggak percaya dan ngetawain aku. Sampai aku meyakinkan mereka kalau itu “beneran” dari Hongkong XD

 

Ngomong-ngomong gimana keputusan Nanny Ocuz? Tetep bertahan di sana untuk beberapa tahun ke depan? Atau pulang ke Indonesia? Apapun keputusannya semoga yang terbaik untuk Nanny Ocuz dan keluarga, juga anak-anak asuhan ya ^_^ Mereka pasti udah nganggap Nanny Ocuz keluarga sendiri.

 

Btw, udah lama enggak nyimak Nanny Ocuz menggalaukan darkor di twitter. Sekarang aku juga udah gak pernah nonton drakor, hiks. Mau minta rekomendasi drakor bagus dong, Nanny, hihihi. Nanny, masihkan tangan-tanganmu sibuk merajut boneka atau apa saja dengan penuh cinta? Beberapa waktu kulihat Nanny sedang suka membuat origami.

 

Ceu Ega, tahun lalu kita sempet ketemu di Bandung ya, Alhamdulillah. Meskipun aku sempet bikin Ceu Ega kesel 😥 Maafkan. Meskipun waktu kita terbatas, tapi pertemuan itu menghangatkan. Walaupun kepengin seperti pertemuan tahun-tahun lalu, kita bisa bernyanyi bareng semalaman. Tahun ini semoga kita ketemu di karya, punya tulisan yang sebuku. Yeay! Aku penasaran sama karya Ceu Ega. Pasti keren! Oh iya, aku juga pengin liat Ceu Ega baca puisi. Kenapa kemarin gak minta ya *eh

 

Nanny Ocuz dan Ceu Ega, aku mau ngucapin banyak banget terima kasih atas kado pernikahannya. Jauh-jauh dari Hongkong dikirim langsung, bener-bener bikin terharuuu :’) Kami sangat suka baju-bajunya, Nanny Ocuz dan Ceu Ega punya selera yang keren, beda banget sama aku yang masuk kategori “Tidak Tertolong” XD Ditambah lagi video ucapannya, bikin serasa walaupun kalian jauh tapi kerasa deket. Kami doakan semoga kalian pun segera bertemu belahan jiwa.

 

Aku suka memperhatikan kalian loh. Seru aja ngikutinnya. Kalian para wanita tangguh ini suka jalan-jalan ke gunung atau bertualang ke mana aja. Belum lagi naik-naik ke atas pohon 😀 Bener-bener bikin kagum. Semoga Rasi bisa mengikuti jejak kalian, dekat dengan alam, dan enggak penakut. Beda sama Emaknya yang lebih suka nonton dan tidur XD Dari foto-foto dan status petualangan kalian, aku melihat, di negeri jauh kalian bersahabat erat saling menguatkan dan berbagi suka duka. Btw, kalian pernah bertengkarkah? Pasti kalau pernah, enggak akan tahan marahan lebih dari lima menit XD Di negeri yang jauh dari sanak saudara, kalian memiliki satu sama lain. Sungguh persahabatan kalian membuat haru :’)

 

Di surat yang lalu, aku bilang kepengin ketemu nanny di acara Kemsasnas bulan Juli, sayangnya ternyata liburan Nanny enggak tepat hari, sehingga kita belum bisa ketemu. Pengin suatu hari bisa mengunjungi kalian di Hongkong. *minta tolong diaminin, heuheu*

 

Nanny Ocuz dan Ceu Ega, kita belum pernah ngobrolin soal impian. Aku sebenarnya ingin tahu mimpi-mimpi kalian. Seperti apakah kalian merancang masa depan? Siapa saja orang-orang yang ingin kalian sertakan? Sebesar apa impian itu menjadi panduan kalian untuk melangkah? Meskipun aku enggak tahu, tapi jejak perjalanan kalian cukup membuatku yakin semua impian pada akhirnya pasti berhasil kalian gapai, tentu dengan seizin Tuhan.

 

Semoga suatu hari diperkenankan mendengar jawabannya langsung dari bibir kalian ^_^ Pertemuan lengkap, ada Nanny Ocuz dan Ceu Ega.

 

Sebelum surat ini berakhir, aku ingin bilang terima kasih karena kalian sudah menjadi sahabat yang baik selama ini. Bukan sahabat pelesetan “Dari Hongkong” tapi benar-enar sahabatku yang tinggal di Hongkong.

 

Nanny Ocuz, salam untuk keluarga. Ceu Ega salam untuk jagoanmu.

 

IMG_679821889694

 

 

Ps: Maafkan atas penculikan foto-foto kalian dari FB XD

 

Bidadari Berdarah Bajingan

IMG_67030012051917

 

Dear para bidadariku Ellis Qyt, Desita Pong, dan Ana Sang Wagima.

 

Ana sang, kamu sekarang pasti sedang sibuk persiapan pementasan. Kali ini di Bali, ya? Aku yakin kamu pasti tampil bersinar di panggung.

 

Qyt sang, pasti sedang mengajar di kelas. Salam untuk murid-murid bulemu, ya 😀 Kapan-kapan aku kepengin lihat sendiri menerangkan bahasa ibu kita pada mereka.

 

Despong, selamat ya buat kehamilan keduanya. Kamu bakalan jadi ibu yang makin mengagumkan buat Yuichi dan adiknya. Jaga kesehatan, oke.

 

Semalam aku melihat-lihat foto-foto pentas kita. Aku jadi sangat merindukan kalian. Rindu sepanggung bersama kalian. Kangen mempersiapkan gelaran pentas bersama kalian. Juga agak-agak kangen berseni peran XD

 

Kita memang dipertemukan oleh teater. Ikatan yang diskenario Tuhan, pasti bukan kebetulan. Aneh memang, kalian semua kan memang satu universitas, tapi aku kan beda sendiri. Secara ajaib aku yang padahal udah telat banget daftar ke UKM teater–nekat ya karena waktu itu pendaftarannya aja udah ditutup, untung msih diterima—ikut pelatihannya dari tengah-tengah, sehingga bisa ketemu kalian. Tapi gara-gara kalian—nyari kambing hitam—aku akhirnya pindah universitas juga XD

 

Waktu itu tahun 2004, ketika memasuki lingkungan kalian, aku takut-takut dan bingung harus bagaimana mulai bergaul. Orang pertama yang menerimaku dengan sangat bersahabat adalah Despong. Despong, Qyt, dan Ana sering banget bareng-bareng. Diam-diam aku ingin menjadi sahabat kalian. Karena itu aku suka menempeli Despong. Heuheu….

 

Terus terang aku kagum pada Despong dan Ana Sang yang selalu terlihat membius tiap kali membacakan puisi atau disuruh performance spontan alias jeprut. Sementara aku sangat lemah dalam hal yang menuntut spontanitas. Aku juga kagum pada Qyt yang selalu cerdas membuat pantun dalam sekejap. Qyt juga punya passion yang sama denganku: menulis. Hal itu membuat aku jadi makin minder bisa diterima jadi sahabat kalian. Aku kan pendiam, enggak bisa baca puisi, bikin pantun, apalagi performance.

 

Suatu hari kita ramai-ramai menginap di kosan Despong. Sebenarnya waktu itu aku ragu ikutan, tapi setelah kupikir lagi, bagaimana bisa dekat dengan kalian kalau pada momen seperti itu aku tidak ada. Maka kupaksakan saja dengan menebalkan muka. Ternyata prediksiku tidak salah, berkat malam panjang berisi obrolan-obrolan dari hal penting sampai gosip, akhirnya sedikit demi sedikit aku bisa dekat dengan kalian. Akupun jadi sering menginap di kosan Despong. Kejadian lucu yang paling kuingat adalah persoalan tidur. Pagi-pagi Despong dan Qyt bangun untuk kuliah, aku yang sudah niat membolos cuman melihat kalian berangkat. Dan ketika kalian pulang, aku masih nyenyak tidur. Masih terbayang ekspresi Despong waktu itu yang membangunkanku dengan terheran-heran, katamu, “Epoooy, ya ampun, masih tidur.” XD

 

Saking dekatnya kita diberi nama geng oleh Babeh: Bidadari Berdarah Bajingan. Heuheu nama yang aneh sih. Lalu kita meraba-raba maknanya. Bajingan di sini memang bermakna ganda sih. Sisi baiknya, menandakan kalau kita wanita kuat. Kalau istilah di teater kita Betina tangguh. Sebagai bidadari berdarah bajingan kita tidak gentar menghadapi panas hujan dingin cuaca, maju terus untuk latihan. Pagi, siang, malam, sampai kurang tidur. Kita tidak bermasalah tidur di mana saja, bahkan cukup beralasakan koran. Untuk urusan keproduksian, kita juga sungguh-sungguh mencari uang untuk pementasan. Mulai dari secara elegan dengan proposal sampai turun ke jalan untuk mengamen. Kalau sisi buruknya kita dinilai hmmm… pintar menggunakan pesona mungkin ya *mencari padanan kata yang sehalus mungkin, wkwkwk* Heuheu wajarlah ya… namanya juga anak muda *plaak*

 

Banyak kejadian kita alami, mulai dari mempersiapkan resital, sampai mengikuti perlombaan teater di beberapa kota. Kita juga pernah menyukai pria yang sama *eh*  Banyak pengalaman, ilmu, dan kenangan kita kumpulkan. Terutama keseruan petualangan pentas dari satu kota ke kota lain. Kita sering saling menguatkan dan menghibur di kala susah. Sedih karena masalah impian, cinta, maupun urusan dompet. Kita juga seringkali bertengkar dan berdrama ria. Misalnya saat aku marah pada Despong dan Qyt yang tidak aktif di kepengurusan, Despong yang marah padaku karena tidak berterus terang soal perasaan pada seseorang, Ana yang membuat komunitasnya sendiri, dan banyak-banyak lagi. Tak jarang dibutuhkan waktu yang lama untuk kita berbaikan. Seringnya karena kita sama-sama malu memulai.

 

Waktu berlalu, kita pun berpisah jalan. Impian kita tidak lagi bersinggungan.

 

Ana sang yang teguh di teaternya.

 

Qyt yang memilih mewujudkan mimpi di jalur pendidikan.

 

Dan Despong dengan impian cintanya.

 

Bukan hanya oleh impian, kita juga dipisahkan oleh daerah geografis. Pernah satu kali Ana sang di Jerman, Qyt di Australia, Despong di Jepang, dan aku satu-satunya yang tetap tinggal di Indonesia. Heuheu padahal saat kita satu kota saja menentukan waktu pertemuan sudah hampir sesulit mencari kue dalam tumpukan tepung XD

 

Label sahabat bukan berarti mewajibkan kita untuk selalu ada di samping satu sama lain. Seringkali kita malah tak bisa hadir di hari-hari penting. Saat Ana sang pentas misalnya, atau pernikahanku, juga di hari-hari bersejarah Qyt dan Despong. Namun tidak lantas membuat hati kita menjarak. Kita telah paham dan khatam pada persahabatan ini. Bahwa masing-masing dari kita memiliki keterbatasan ruang dan waktu hingga kita tidak bisa selalu ada menemani raga. Tetapi hati kita tetaplah satu. Akan ada saatnya kita memberi waktu untuk menuangkan kisah-kisah sendiri, memberi ruang untuk yang lain mengetahui dan berempati. Ada waktunya kita melakukan obrolan panjang tentang impian, cinta, luka, sampai urusan rumah tangga.

 

Aku bersyukur memiliki sahabat seperti kalian. Tempat dimana aku begitu polos tanpa ada kepura-puraan. Kalian pun bersikap yang sama hingga persahabatan kita bukan platonis. Kita sudah hafal luar dalam sifat karakter masing-masing, hingga menerima kekurangan dan kelebihan sudah seperti pasangan makan dan minum. Namun bukan berarti kita tidak saling mengingatkan ketika berada di jalur yang salah. Meski akhirnya keputusan diserahkan pada masing-masing dan kita menghormati hal itu sepenuh hati. Kita adalah bejana pandora, tempat segalanya bisa ditemukan. Bahagia, iri, harapan, cinta, pelajaran. Kita adalah partner in crime. Kita adalah partner berbuat kebajikan. Sahabat berdiskusi hingga bersama kalian aku banyak mendapat pencerahan. Dan bersama kalian aku ingin terus bertumbuh dan tua.

 

11 tahun lalu, 11 tahun kini, dan 11 tahun ke depan. Selamanya aku ingin menjadi sahabat kalian.

 

Di jalanan yang makin lengang, kita masih bergenggaman tangan.

Meski dalam pertemuan singkat direntang waktu yang yang terlampau panjang.

Lalu kita kembali saling berbagi cerita yang telah usang karena tergilas jarak.

Membincangkan rahasia-rahasia.

Namun semoga tak lekang pada hati yang ingin mengekalkan: yang tertusuk padamu, berdarah padaku.

 

Ket: “Yang tertusuk padamu, berdarah padaku” adalah penggalan puisi “Satu” karya Sutarji C.B

 

IMG_67189647517220

 

 

Anak Marmut Kesayangan

IMG-20150214-WA0007

Dear anak marmut, Vincentia Natalia.

Sengaja surat buatmu aku simpan untuk hari ini. Soalnya tema surat Pos Cinta kita membalas surat berkesan. Hoi, ini suratku yang ketiga buatmu lhooo… heuheu, yes, aku lebih banyak. *bangga*

 

Pasti kamu enggak akan pernah mengira, menulis surat buatmu adalah salah satu momen emosional buat aku. Momen spesial. Kenapa? Karena kamu orang spesial yang hadir di waktu dan kita melewati banyak kejadian yang spesial juga.

 

Omong-omong aku memang surprise baca suratmu. Aku deg-degan bacanya. Terus terang, aku sempet gak berani baca, makanya dari sejak kuterima mention suratmu, baru beberapa jam kemudian kubuka. Bukan karena kamu dan suratmu horor kayak film Conjuring, tapi aku takut, yah, isinya tentang kekecewaanmu padaku. Aku ini suka parnoan kalau berhubungan sama kamu. Takut ditinggalin sahabatku yang selucu marmut.

 

Oke, aku tahu kamu enggak suka bahasa yang mendayu-dayu. Tapi kalau sedikit banyak bahasa melownya keluar itu karena kamu sering berhasil bikin aku terharu, jadi jangan salahin aku ^^V Aku mulai ceritanya ya.

 

Anak marmut, waktu kamu bilang mau dateng ke Bandung aku bahagia sekaligus panik. Bahagia karena bisa ketemu kamu langsung, dan seperti yang kutulis di surat terdahulu, aku ingin memelukmu erat  secara nyata. Panik, karena kondisiku saat itu belum stabil. Sementara aku ingin pertemuan kita berkesan dan mengeratkan persahabatan.

 

Saat kita akhirnya pertama kali bertemu di bandara, aku seneeeeng bangeeet. Ternyata anak marmut lebih cantik dan kurus dari fotonya. Tapi, tuh, kan, belum-belum udah ada tapi. Keparnoanku mulai terbukti. Aku segera merepotkanmu. Kamu dengan berbaik hati membayarkan ongkos pulang dan makanku. 😥 Di rumah pun aku cuman bisa menyambutmu seadanya. Padahal pengin banget saat itu aku ngajak kamu keliling-keliling kota. Untungnya ada kakak angkatmu yang sempat mengajakmu keliling dulu. Maaf ya, Anak Marmut.

 

Diam-diam aku merasa gagal menghiburmu saat patah hati.

 

Hari terakhir, paginya kita main ke lapangan tegalega, lalu malamnya kita banyak bercerita. Aku bisa melihat luka yang ditorehkan mantanmu memang cukup dalam. Dan yang bisa kulakukan hanya mendengar. Pagi menjelang, taksimu datang, siap mengantarkanmu ke bandara. Kamu berpesan untuk bilang pada ayahmu supaya sesampainya di Pontianak, kamu ingin dijemput. Waktu itu rasanya pengin memutar hari, kembali ke waktu kamu datang lagi. Hiks, jadi kangen berat 😥

 

Lalu insiden itu terjadi. Aku menelepon ayahmu, dan terjadi miss komunikasi. Entah bagaimana aku tidak jelas menyampaikan pesan hingga ayahmu mengira kamu tidak minta dijemput. Jadinya kamu menunggu lama di bandara. Aku beberapa kali menelepon ayah ibumu lagi, tapi tidak diangkat. Akhirnya kamu sampai juga di rumah setelah meminta sendiri agar ayahmu menjemput. Kamu marah karena mengira aku tidak menyampaikan pesanmu. Aku berusaha menjelaskan. Aku minta maaf ya.

 

Betapa leganya saat aku membaca suratmu. Membaca perasaanmu. Kamu tahu aku sangat-sangat-sangat terharu. Pertemuan bersamaku itu kamu catatkan sebagai pertemuan penting dalam hidup. Akupun merasa begitu :’) Aku yakin kita bakalan ketemu lagi. Sekarang giliranku yang datang. Aku ingin menemuimu di Bali. Tunggu aku nabung dulu ya.

 

Anak marmut, kita berkenalan dari dunia tulisan. Karena itu aku ingin kamu terus menulis. Dua cerpen berhasil kubuat karena dukunganmu. Kamu jadi first reader novelku, dan orang paling sedih saat novel itu pernah ditolak. Lihat betapa banyak yang sudah kamu lakukan untuk kemajuan karier menulisku. Aku ingin melanjutkan duet kita, hiks, yang maaf tertunda begitu lama. Ingin membaca kelanjutan Bella—aku bakalan terus sabar menunggu, dan sangat ingin melihat buku solomu di-display di rak best seller. Aku yakin suatu hari akan melihatnya kalau kamu enggak menyerah. Aku suka membaca tulisanmu. Ingat, kan, kamu dapet pujian-pujian dari reviewer antologi buku kita 😀 Kamu anak marmut yang paling pemberani, nekat, lucu, dan berbakat. Oh iya, aku izin pakai namamu buat tokoh di noveletku.

 

Lia Chan, lama berselang, kamu akhirnya memutuskan pindah ke Bali. Dan aku semakin ngiler mengunjungimu. Rupanya itu keputusan yang bagus, karena di sanalah kamu bertemu pangeranmu, Max. Yeaaay kamu berhasil move on! Aku senang sekali mengikuti perkembangan kisahmu dengannya dari awal hingga kini. Coba tengok isi chat kita, baca ceritamu yang meletup gembira. Lalu dari foto-fotomu aku melihat wajah yang bahagia, wajah yang penuh cinta. Akhirnya seseorang berhasil menghapus lukamu juga. Lia Chan, aku ingin mengenal priamu, melihat dan meyakinkan diri bahwa dia memang benar-benar yang terbaik untukmu. Firasatku mengatakan kalian akan bersama sampai tua ^_^ Sepertinya sebentar lagi kebahagiaanmu akan sempurna. Max akan melamar, memintamu menjadi pendampingnya seumur hidup. Kamu tahu betapa inginnya aku hadir ke pernikahanmu. Melihatmu mengenakan gaun pengantin, melihatmu memegang buket bunga yang meskipun sangat cantik tapi akan kalah oleh kecantikan mempelai wanita, mendampingimu di satu hari bersejarah dalam hidup. Aku yakin hari itu akan tiba.

 

Anak marmut, kita menautkan kelingking, berjanji akan selalu menjadi sahabat baik. Meskipun aku sering menjengkelkan, atau enggak pengertian. Begitulah sahabat, kita enggak akan kesal atau bertengkar kalau enggak merasa dekat. Tapi selalulah terus terang padaku, biar aku bisa intropeksi ya. Biar enggak kuulangi lagi. Akupun akan begitu. Terima kasih sudah berbagi duniamu denganku. Satu lagi, jangan pernah ngerasa enggak berarti buatku ya. Kamu selamanya anak marmut yang sangat kusayangi :* ❤

 

PS: Salam buat Bapak, Emak, dan Kakak yang lagi liburan di Bali. Juga buat pangeranmu, Max, selamat pedekate sama camer XD

 

 

 

Petualangan Manusia 110 Cm Di Negeri Hujan

 

10365931_10152378219477872_4293297404189795970_n

 

 

Cinta Mama, Rasi Kautsar.

Tujuh bulan lalu kita menginjakkan kaki di negeri hujan. Mama sempat khawatir kamu tidak betah di sini. Rupanya jiwa petualanganmu cukup tinggi, kamu malah senang menghadapi semua perubahan. Tempat tinggal baru, lingkungan baru, dan sekolah.

Di hari pertama sekolahmu, dengan gagah berani kamu bilang, “Rasi enggak usah ditungguin, ya, Ma. Kan Rasi udah besar.” Nak, kamu menepati kata-katamu. Mama dan Papa hanya mengantarmu sampai gerbang. Kamu pulang sambil tidak hentinya berceloteh betapa menyenangkannya bersekolah, belajar, dan punya teman. Nak, iya, ini pertama kalinya kamu punya teman tetap. Biasanya kamu hanya berkawan dengan sepupu-sepupu dan sesekali main dengan anak tetangga rumah kembar. Selebihnya temanmu hanya Mama.

Di negeri hujan, kamu belajar bertetangga. Mengenal tenggang rasa dan terluka ketika merasa diabaikan teman. Pada awalnya kamu kaget ketika diolok-olok, kamu terdiam, dan datang padaku sambil menahan tangis. Maafkan mamamu yang bingung menghadapi masalah ini. Kita orang baru di sini, Nak. Tindak-tanduk kita sedang dinilai. Mama takut ketika membelamu, kamu malah dikucilkan. Maka Mama hanya bisa menasehatimu agar tegar dan tidak takut menghadapi teman yang berlaku begitu. Mamamu juga sama, sedang beradaptasi, butuh waktu lama bagi Mama setiap masuk ke lingkungan baru. Mama lebih suka melihat dulu, baru menentukan sikap seperti apa. Mama hanya punya teman-teman maya dalam kotak persegi. Pada akhirnya kamu menarik diri, memilih kembali berkawan Mama, buku-buku bacaan, film, game, dan boneka-boneka di rumah sambil sesekali mengintip dari balik jendela. Melihatmu begitu mengingatkan Mama pada masa kecil, dulu Mama juga selalu di rumah. Bedanya, Mama punya Mama Pi, tapi kamu sendirian. Namun kamu punya ketegaran yang besar, kekeras kepalaanmu seringkali melegakan Mama. Keras kepala mempertahankan harga diri.

Nak, di negeri hujan pula kamu pertama kali mengenal perlombaan. Ingat lomba mewarnai tahun lalu? Jangan pernah merasa buruk karena kalah, Nak. Ada yang jauh lebih berharga dari kemenangan. Pengalaman.

Mama ingat saat kamu pertama kali mendapat piala karena bisa menjawab pertanyaan. Kamu begitu bangga sampai berhari-hari pialanya kamu peluk dalam tidur. Lantas kamu berceloteh bahwa suatu saat akan menderetkan piala sampai memenuhi seisi rumah. Mama senang kamu punya semangat itu. Namun, Nak, kebanggan tidak terletak pada piala, tapi pada setiap peluh usahamu itu. Selalulah bersikap sportif. Kemenangan yang lahir dari kecurangan hanya akan menyiksa hatimu. Mama yakin kamu akan paham hal itu.

 

Anak kucing Mama, Rasi Kautsar.

Di sini, kita hanya memiliki satu sama lain. Rasi-Mama-dan Papa. Kita berusaha agar bisa diandalkan. Saat Mama sakit, Rasi kecil dan Papalah yang menjaga Mama. Merawat Mama. Rasi tidak mengeluh karena tidak Mama temani main. Rasi malah menghibur Mama, menyanyikan lagu-lagu, menjadi suster dan dokter untuk Mama.

 

Casi….

Rasanya waktu seperti mobil yang tengah balapan di sirkuit, berjalan begitu cepat. Sekarang usiamu lima tahun setengah, tinggimu sudah mencapai 110 senti. Kamu sudah mulai bisa membaca dan menulis huruf alfabet dan hijaiyah. Favoritmu adalah menuliskan namamu sendiri: Rasi. Katamu suatu hari akan membuatkan Mama cerita-cerita karangan sendiri. Sekarangpun kadang kamu membawa buku dan mengarangkan isinya untuk Mama. Nak, rupanya kelak kamu yang akan mengekalkan Mama dalam kata-kata, seperti kini aku memakai namamu untuk tokoh-tokoh fiksiku.

Kadang, kamu ingin bermain dan membeli sesuatu. Kalau Mama belum bisa memenuhi kamu akan merengek-rengek, tapi ketika Mama memberi pengertian kamu bisa menerima. Bahwa kadang untuk mendapat barang yang kamu inginkan kamu harus menabung dulu. Seringkali, permintaanmu sederhana saja, berjalan kaki sampai ke depan jalan besar lalu membeli camilan satu-dua saja. Mama senang kamu tidak serakah, tidak gelap mata melihat jajanan. Untuk yang satu ini Mama kalah telak, Nak ^_^ Justru tiap kali kita belanja, Mama yang ribut ingin ini itu.

 

Kunil Mama…

Kalau kamu berpikir Mama banyak mengajarimu, seperti menulis dan membaca, kamu jauuuh lebih banyak mengajari Mama. Kamulah gurunya, Nak. Kamu mengajarkan untuk ikhlas menerima keadaan apapun. Seperti yang Mama tulis di surat-surat sebelumnya, kamu mengajarkan cinta yang tulus. Kamu menerima Mama yang terlampau banyak kekurangan ini menjadi ibu yang kamu sayangi. Ke manapun Mama pergi, ke sanalah kamu ingin menuju.

Nak, tahukah kamu bahwa setiap hari Mama selalu cemas. Takut kalau-kalau kamu tidak bahagia hari itu. Namun tawamu yang lucu dan menggemaskan menjadi jawaban, seolah menyuruh Mama agar tidak terus diliputi kegelisahan. Karena itu darimu, Nak, Mama paham arti bahagia. Suara nyanyianmu yang tak henti terdengar di telinga dalam keadaan apapun menyentuh nurani Mama, bahwa setiap saat kita bisa memilih bahagia.

Mama juga paling senang saat kamu menghabiskan masakan Mama—yang seadanya dan menunya itu-itu saja—lalu berkata, “Masakan Mama super-super enak…!”

Nak, di negeri hujan yang sering diguyur titik-titik air, Mama merasa dihujani kasih sayangmu. Kamulah yang melindungi Mama dari gersang. Terima kasih, atas doa di sepanjang nadimu untukku.

 

Rasi Kautsar….

Mama akhiri surat ini ketika melihatmu membuka mata. Kamu anak pintar, tiap hari bangun sendiri tanpa Mama bangunkan. Diam-diam sedari tadi Mama menulis sambil mencuri pandang menatap wajahmu dalam damai tidur. Sesekali kamu tersenyum dan tergelak terbawa mimpi indah yang entah berisi apa. Saat tidurpun kamu cantik, Nak.

Pagi ini seperti Rabu biasanya, kamu bersemangat berangkat sekolah, tidak sabar ingin segera mulai pelajaran olah raga. Kita berjalan kaki sambil bercerita tentang apa saja. Tentang Sofie yang baik, Arkin dan Nanda yang jahil tapi menyenangkan, tentang pengalaman ulang tahun pertamamu, sampai permainan di sekolah yang seru-seru. Kamu juga sering mendominasi obrolan dengan pertanyaan “Itu apa, Ma?” dan “Kenapa, Ma?” sampai Mama kehabisan kata menjawabnya. Tangan mungilmu menggenggam tangan Mama erat. Jangan pernah lepaskan, Nak. Kamu detak jantung Mama.

Sepulang sekolah nanti, kita makan bersama, lalu kita masing-masing membuat scrapbook yang lucu. Sorenya ketika langit cerah, mari menjelajah taman, mengganggu burung-burung, mengumpulkan ranting-ranting, bermain kapal-kapalan, dan menyoraki Papa yang jatuh saat bermain skateboard.

Ayo, Nak, kita lanjutkan petualangan di negeri hujan. Kita kumpulkan kenangan sebanyak anak rambutmu.

 

IMG_20150216_061005

Tim E-Radio

IMG_66381246432849

 

 

Dear Nisa Panjul, Doni Doclo, dan Eko Oray.

Dengan sangat tumben aku kirim surat buat kalian. Biar rada romantislah ya ketimbang mention di twitter.

Ah aku mah enggak akan nanyain kabar. Udah tahulah, pasti kalian masih error kayak dulu. Apa lebih kesambit lagi ya? Ckckck, kalian memang dilahirkan buat bikin orang puyeng sekaligus kangen. *eh.

Hei, kalian gimana sekarang di radio masing-masing? Coba-coba aku tebak ya.

Eko … pasti jadi produser jail. Kebayanglah betapa stresnya jadi penyiar kamu. Tiap mau siaran diancam dulu. Siaran yang bener atau dikentutin. XD

Doni … selain jadi penyiar kondang, udah jadi MC kondangan kawinan. Hati-hati ah, Don, jangan sampe nge-MC di nikahan sendiri. Nanti Lebe-nya bingung kamu lagi ijab kabul atau performance?

Nisa Panjul … penyiar merangkap ibu peri buat anak sendiri. Jul, Safea jangan disuruh main kaleci kayak kamu dulu ya.

 

Eh, kalian, aku kepengin nostalgialah dikit zaman-zaman kejayaan kita dulu waktu masih satu tim di radio. Yah sedikit buka-buka aib mah gakpapa ya *plaak. Kalian mah Tim E-Radio alias Tim Error Radio. Nisa Panjul sama Doni Doclo sebagai penyiar, Eko sebagai opp itu teh operator merangkap tukang ngejailin seantero penduduk kantor, sama aku sebagai asisten kreatif alias produser. Nama acara kita dulu Sore-sore ya. Doni mah masih ngisi sampai sekarang. Cieee senior.

 

Aku masih inget pas udah tinggal nunggu wisuda, Nisa ngasih info kalau radio tempat dia kerja lagi buka lowongan. Sebenernya enggak pede sih ngelamar ke sana, meskipun cita-cita dari kecil pengin kerja di radio. Malah sampai bikin radio khayalan namanya Jams FM. Berhubung Nisjul ngasih semangat, yasudah dicoba aja. Tes masuknya sampai 4 kali. Psikotes, tes tulis, tes apa namanya yang disuruh ngomong di depan seluruh staf? Ya pokoknya tes itulah, sama tes sejenis magang dulu. Alhamdulillah ya, Kang Arif yang waktu itu jadi program director ngizinin aku gabung sama kalian.

 

Dimulailah petualangan aku sama kalian. Aku yang polos ini jadi terkontaminasi virus error kalian. XD Di antara produser yang pernah megang kalian pasti aku yang penampilannya paling enggak banget. Dateng ke kantor pake atasan batik warna ijo, bawahan celana bahan warna item, sama sepatu olahraga yang gede. Untungnya ini radio ya, jadi enggak keliatan kalian punya produser malu-maluin. Sejak resmi masuk tim, kalian ngasih nama panggilan yang keluar seucap-ucap aja. Kayak Epa surepa ngek-ngek, Meri Jeblay (sumpah ini aneh pisan), Epoy surepoy, kenapa kalian enggak manggil aku Angelina Jolie aja sih?

 

IMG_66955706972882

Sebelum mulai siaran aku kadang (soalnya seringnya enggak) nge-brifieng script buat siaran hari itu. Tapi bukan Nisjul dan Doni Doclo namanya kalau iya-iya aja. Kalian sembari enggak baca script-nya udah ngajuin ide-ide baru di luar script yang aku sediain. Semisal:

“Gimana kalau kita bahas ini aja? Kan lagi rame tuh,” kata Nisjul.

Atau.

“Poy, gimana kalau pertanyaan kuisnya begini—” usul Doclo.

Eko dateng tambah lagi, “Eh, mendingan tentang ini ….”

Adaaa aja yang diprotes. Bagian sebelnya, karena ganti topik, aku harus nyari bahan lagi. Di situ kadang saya merasa sedih. XD Tapi-tapi bagian enaknya kadang aku suka ngerasa jadi asisten kreatif yang punya asisten-sisten-asisten lagi *plaak. Serius deh, aku ngerasa kalian ini over creative in a good way ^_^

 

Terus pas aku bacain berita yang durasinya paling lama 3 menit itu, Eko yang nge-mixing ngeliatin tampang lucu-lucunya, bikin akunya jadi nahan ketawa. Atuhlah, Ko, aku teh cuman keluar sebentar, biarkan terdengar keren sedikit 😥 Hohoho. Terus-terus, detik-detik terakhir menuju jam 8 malam, Panjul sama Doclo bukannya cepet-cepet nutup acara, malah sering ngedadak dapet ilham buat nyanyi-nyanyi dulu. Playlist-nya gak tanggung-tanggung soundtrack kartun semua: Doraemon, Candy-candy, Sailormoon, dan teman-temannya. Atuhlah kalian, meuni menampakan angkatan jadul pisan XD

 

Terus kita pernah bikin acara terobosan. Kalian ngusulin ngajak siaran imam besar the panas dalam, Surayah Pidi Baiq. Dan begonya, waktu itu aku sempet nanya. “Emang Pidi Baiq itu siapa, ya?” Mohon dimaklum ya, tahun 2010 aku belum jadi anak gaul, masih anak nongkrong *eh. Berbekal izin dari Kang Arief, suatu malam kita mendatangi surayah Pidi di vila merah kalau gak salah. Kita ngelobi surayah sambil ngobrol ngalor-ngidul. Ternyata orangnya memang supeeer amazing aneh sekali surayah itu. Dia cerita udah diajakin beberapa radio buat siaran, dan entah dipelet apa sama kita atau surayah lagi dapet hidayah, dengan anehnya surayah nerima ajakan kita. Akhirnya kita bikin jadwal siaran bareng surayah seminggu sekali. Acaranya mantep bangetlah, mantep ngaconya XD

 

IMG_66359905258169

Satu lagi acara baru bikinan kita. Acara curhat langsung ke pakar psikolog, Mamah Lia. Beuh, SMS isinya semuanya langsung penggalauan masal. Gak jarang kita denger curhatan pendengar yang bikin miris.

 

Pernah juga Kang Arif dan kita berniat mulia menolong Doclo dari penyakit jomblo menahunnya. Kita bikin acara Take Doni’s Out! Tapi dasar saat itu peruntungan Doclo belum bagus, enggak jadian juga ya sama cewek itu. *puk-puk Doclo.

 

Kita juga sering adu kreatif, terutama kreatif bikin kejutan di hari ulang tahun. Kita punya moto: Mumpung lagi ulang tahun, mari kita jahili sepuasnya. Mulai dari ultah Doclo yang kita kerjain mau dikeluarin dari tim, aku yang dipaksa gantiin kalian opening siaran karena kalian pura-pura telat, Kang Rahmat yang pura-pura kesurupan pas Nisjul siaran, pokoknya seruuu…! Sampai akhirnya saking sering ngerjain yang ultah, pas Kang Udung ulang tahun, kita cuman pasrah ngucapin selamat aja karena tahu apapun siasat kita, Kang Udung gak bakal percaya XD

 

Beuh, ternyata surat udah panjang gini kayak ular naga panjangnya bukan kepalang. Udahan dulu ya. Kita sambung direunian aja. Pertanyaannya … kapan? Sejak zaman goyang dompret sampai zaman goyang dumang, beluuuum juga kesampean. Yasudahlah kita reuni di twitter aja (lagi-lagi) *plaak.

 

 

Salam mantan produser keren kalian,

Masih Bukan Meri Jeblay.

 

 

PS: Surat ini boleh kok dijadiin bahan siaran *geer tingkat mahadewi*

 

 

 

 

Jalan Sunyi

IMG-20150124-WA0018

 

Jalan Sunyi

: Ika Fitriana

 

Dear Ika,

Sebelum aku membuat surat ini. Aku kembali membaca surat yang kamu beri untukku setahun lalu. Iya, hampir tepat setahun. Tapi aku membalasnya lebih cepat tiga hari. Harusnya pas tanggal 26 Februari, ya ^_^ Heuheu, maaf ya. Lama sekali baru kubalas suratmu yang membuatku berkaca-kaca itu.

 

Ika, apa kabar sahabatmu yang terpelihara hatinya? Apakah kini dia sudah menemukan belahan jiwa sejatinya? Aku harap begitu, sepertipun aku mengharapkan yang sama untukmu.

 

Ka, berpasangan atau sendirian sama-sama membutuhkan keberanian. Keduanya memiliki jalan sunyi. Aku ingin berkisah padamu tentang kedua jalan itu, tentu tak hendak berceramah, aku hanya membagi rasa yang pernah kualami.

 

Kamu pasti sering mendengar pernikahan adalah menikahkan dua keluarga besar. Iya, itu benar. Pada celah itulah sunyi menyelinap. Sunyi memang cerdas dan pemberani, Ka, dia hadir dalam ingar bingar sekalipun. Kita pasti pernah kerepotan menghadapi masalah satu keluarga besar. Dan ketika menikah, kita dihadapkan pada masalah yang lebih meriah. Masalah tiga keluarga. Keluarga kecil kita, keluarga besar kita, dan keluarga besar suami. Saat lelah merajai, sunyi kian merdu bernyanyi. Mungkin selintas terpikir, masalah sendiri saja belum usang, harus lagi menghadapi masalah lain yang tak kunjung usai. Namun kala badai yang datang justru merekatkan kekeluargaan, ada bahagia yang pijarannya lebih indah dari kembang api.

 

Lalu jalan kesendirian. Ah, orang mungkin sudah menilai jalan itu sudah pasti penuh kesunyian. Sendiri seakan momok kebahagiaan. Lucu, ya, lalu kalau begitu kenapa banyak yang berteriak-teriak minta me time? Jalan sunyi kesendirian saat hati meminta cinta seseorang yang dipatenkan. Namun sendiri selalu memiliki ingar bingarnya yang ajaib, saat segala sesuatu bisa diputuskan sesuai kata hati sendiri, tanpa tendensi dan provokasi kanan kiri yang menyuarakan bahwa kepentingan bersama adalah paling hakiki. Dan sejatinya kita tak pernah benar-benar sendirian. Karena itu jalan ini juga tak pernah benar-benar sepi.

 

Ka, jalan manapun yang kamu pilih, aku yakin akan kamu jalani sepenuh hati. Di pundakmu yang kecil, aku melihat keberanian yang bisa memikul langit. Di senyummu yang tulus, aku melihat cinta yang tak akan pupus. Di matamu yang indah, aku melihat binar mimpi-mimpi yang lebih bersuara dari kumpulan sajak.

 

Ka, sayang ya pertemuan pertama kita kemarin begitu singkat. Kita bahkan baru mulai bercakap saat waktu hampir terbang ke batasnya. Ka, kapan kita bertemu lagi? Mari luangkan waktu untuk membincangkan hal remeh temeh hingga segala yang ada di semesta.

 

 

PS: Maafkan aku tidak bisa mengabulkan harapanmu untuk mendapat surat kaleng. Surat ini tadinya mau kukirim dalam bentuk surat kaleng, tapi kurasa aneh sekali mengirimu surat kaleng sementara kamu tahu surat ini dari siapa ^^V

Pertemuan Maret

IMG_42334052907924

 

Dear Ulya,

Maafkan surat balasannya terlambat satu tahun.

Ulya, lucu ya kita ini. Kita hanya bertemu setahun sekali di bulan Maret. Pertemuan Maret dalam acara gathering 30 Hari Menulis Surat Cinta. Padahal kita berkenalan sebelum sama-sama asyik menuangkan kata dalam surat-surat. Dulu kita sering terlibat dalam diskusi-diskusi hangat seputar penulisan sampai curhat di grup penulisan yang mempertemukan kita pertama kali. Cendol.

Ulya, sekarang kita tidak lagi bertukar pikiran di sana. Karena komunitas itu kini tengah tidur panjang serupa putri dalam dongeng. Sayangnya kita tidak tahu siapa pangeran yang mampu membangunkannya. Kita sekarang hanya mampu menjaga sang putri melalui kenangan dan sesekali mengintip geliat dan napas halusnya lewat postingan kerinduan dari anggota lain. Ulya, tidak sekali dua kali kita menyampaikan rindu pada masa silam itu. Bersama anggota lain pun kita pernah memperjuangkan agar sang putri tidak lelap hingga koma. Perjuangan memang tidak pernah ada batasnya, hanya kita kemudian sadar bahwa berjuang tak harus melulu diam di sana. Kita bersuara di banyak tempat. Menjadikan ilmu yang kita dapat dan tempat dulu yang kita pijak sebagai kawah candradimuka. Sama sekali bukan membuang dan mencampak. Kita masih mencintai sang putri, masa lalu, kini, dan nanti. Sama sepertimu, akupun sangat bersyukur masuk ke sana. Mengenalkanku pada banyak orang penting dalam hidupku.

Ulya, dulu kita sama-sama sering bergadang dan berbagi pikiran randon di twitter. Seiring waktu aku tak lagi melihatmu dalam timeline tengah malam. Kamu telah mendewasa, Ul, tidak kutemukan lagi rentetan twit galaumu. Hanya sesekali saja, dan itu melegakan, karena artinya kamu tetap Ulyaku yang senang mengekspresikan diri. Selebihnya kamu masih Ulya pengagum Tere Liye, penulis puisi yang haru, dan gadis perantauan yang mandiri.

Ulya, senang rasanya saat kita kembali bertemu di event tahunan surat cinta ini. Aku selalu suka membaca jalinan katamu. Suka semangatmu. Lewat surat-suratmu aku tahu kabar beritamu setahun ini. Dan tentunya karena kita bisa bertemu di Maret lagi. Jangan bilang kamu tak bisa datang 😥 Kamu pasti datang, kan? *maksa* Meskipun kamu selalu datang duluan dan menungguku yang telat satu dua jam. Maafkan ^^V Nanti, mari kita membingkai kenangan lewat foto lagi. Ayo kita tersenyum semanis perkawanan. Kita berbagi cerita tentang surat cinta terindah dan para tukang pos penyampai pesan siang malam. Bersyukur sekali ya ada event 30 Hari Menulis Surat Cinta ini. Penggagagasnya pasti bahagia karena acara ini telah merekatkan banyak persahabatan, menyatukan banyak pasangan, dan melegakan hati yang menyimpan keresahan diam-diam.

Semoga suatu hari akan tiba waktunya ada pertemuan April, Mei, Juni, Juli, hingga setiap bulan mencatatkan kita yang tengah bercengkerama. Sampai saat itu tiba kita bersyukur saja Maret selalu hadir untuk kita.

 

PS: Maaf fotomu kuculik paksa dari FB ^^V

Review Dan Giveaway Novel Laura (Sendiri)

IMG_3985799294262

Kalau kamu pernah jatuh cinta pada sahabatmu sendiri, kamu akan menyukai novel “Laura (Sendiri) ini, karena selain sulit menepiskan pesona tokoh Laura, kamu dan Laura sudah terikat satu kesamaan.

***

Judul: Laura (Sendiri)

Penulis: Mercy Sitanggang

Penerbit: Grasindo

Tebal: 310 Halaman

Harga: Rp. 52.000

Blurb:

Musik dan lirik adalah napasku. Napas dalam kesedihan. Panggung kehidupan lara. Sementara, ayah kandungku memilih mabuk daripada mendengar suaraku. Penolakan ini, bagai bongkahan batu besar. Menghancurkan seluruh isi kepala.

Teganya Monalisa memperlakukanku yang keluar dari rahimnya, seperti bukan siapa-siapa. Seorang idola yang sekarang menjadi musuh terbesarku. Perempuan yang melupakan anak kandungnya.

Aku meludah melihat wajah Laluna dan Billy. Mereka berdua selingkuh. Kecurigaanki terbukti juga. Aku membuang muka. Jongkok dan merokok sambil menangis. Jemariku gemetaran. Hatiku meranggas marah. Sakit sekali rasanya, melihat mereka tertawa bahagia.

Seharusnya Herry jujur kepadaku, saat dia tahu, kalau aku menyukainya. Tetapi, katanya, hati kecilnya melarang. Klise. Dia takut, aku langsung pergi meninggalkannya. Dia membutuhkanku. Cuuiihh!

Aku menangis. Ketika Jiwa menyatakan isi hatinya. Seperti mimpi, aku merasakan cincin masuk ke dalam jari manisku. Lelaki ini melamarku. Katanya. Dia mau membuat hidupnya lebih lengkap. Aku adalah cerita dalam hidupnya yang tidak akan pernah selesai. Air mataku menderas. Kepalaku mengangguk cepat. Katanya. Dari awal persahabatan mereka. Aku adalah dia dalam wujud yang berbeda. Jiwa sayang Aku mencintaimu (juga).

Mobilnya tabrakan. Jiwa tewas di tempat. Jiwa mengingkari janjinya. Dia tidak datang. Tidak ada perjalanan ke altar suci. Tidak ada ciuman tanda resmi menjadi suami istri. Tidak bisa menemaniku sampai tua. Aku kembali sendirian. Kenangan bersamanya adalah lembaran paling indah di dalam hidup. Kenangan yang merekat dalam jiwa. Aku hanya bisa menjerit di depan pusaranya. Aku pergi Jiwa. Aku mati rasa.

 

***

Novel ini menceritakan tentang Laura Abigail, penyanyi balada pendatang baru yang sedang naik daun. Sejak kecil Laura hanya tinggal bersama ayahnya, karena ibunya yang entah siapa itu tidak jelas jejaknya. Ayahnya selalu menutup rapat-rapat rahasia tentang ibunya. Hingga pada malam konser perdananya, rahasia itu terkuak dan bahkan membuka luka-luka baru.

Laura harus menghadapi badai bertubi-tubi. Perselingkuhan, cinta bertepuk sebelah tangan, penipuan, sampai kematian. Untungnya Jiwa—sahabatnya—kembali hadir dalam hidup Laura. Menemaninya menghadapi masa-masa sulit, dan membuatnya kebingungan antara terus mempertahankan prinsipnya untuk bersahabat selamanya atau jujur pada perasaan cinta yang minta diakui. Sayangnya lagi, Jiwa punya rahasia-rahasia kelam sendiri, yang enggan dia bagi pada Laura. Rahasia itu bisa saja memisahkan mereka selamanya.

Novel ini memang tepat digelari dark romance karena dari pertama, pembaca disuguhi nuansa kelam yang pekat. Pada bab-bab awal, Mercy menyuguhkan tempo yang cepat. Dengan cerita yang mengharu biru dan bahasa yang mudah dipahami juga kosakata yang kaya, mudah bagi saya untuk cepat larut ke dalam hidup Laura. Mercy menggunakan penceritaan maju mundur untuk menciptakan dan membuka misterinya. Gaya penulisan Mercy yang sering menggunakan teknik snapshot membuat nuansa tempo cepat dalam novel ini makin terasa. Pada dasarnya saya memang suka tipe cerita-cerita kelam, dan novel ini berhasil memuaskan saya.

Laura (Sendiri) diceritakan melalui sudut pandang orang pertama langsung dari tiga karakter. Untuk membedakannya, Mercy menggunakan penyebutan “Aku” yang berbeda yaitu aku, saya, dan gue. Perbedaan suaranya cukup terasa, meskipun untuk Laura dan Jiwa, ada sedikit rasa yang sama yang sepertinya dikarenakan oleh karakter mereka yang banyak memiliki persamaan. Seperti kebiasaan mencabuti rambut saat sedang stres. Karakter tokoh di novel Laura ini kuat dan lemah secara bersamaan. Kuat pada karakter sifatnya, lemah pada penggambaran fisiknya. Seperti Laura hanya seringkali disebut berhidung bangir, berbadan mungil, dan cantik, selebihnya saya kurang mendapat informasi seperti apa sosoknya. Namun mengenai sifatnya, Mercy sangat berhasil menyampaikan seperti apa sifatnya, bahkan sebagai pembaca saya merasa sangat mengenalnya. Mercy juga berhasil mentransferkan perasaan-perasaan para tokohnya. Saya diajak bertamasya ke dalam nuansa  perasaan Laura, merasa jatuh cinta saat dia jatuh cinta, menangis saat Laura kesepian dan putus asa.

Novel ini masih memuat beberapa kesalahan penulisan dan arti kata. Misalnya pada halaman 54 terdapat tanda baca ganda di akhir kalimat, yaitu koma dan titik sekaligus. Saya menemukannya dua halaman lain. Lalu beberapa typo seperti di halaman 37 kurang huruf i untuk kata “wiri”. Ada juga terpeleset sudut pandang orang ketiga pada halaman 42 yaitu “mereka berdua”. Satu lagi, blurb novel ini spoiler sih, pembaca sudah diberi tahu terlalu banyak.

Selebihnya, novel dengan cover cantik ini sangat menggoda dan penuh pesona untuk dibaca. Bersiaplah menghadapi banyak jleb momen bersama Laura yang membuatmu merasa  aku-juga-pernah-merasakan-itu. ^_^ Selamat untuk novel keenammu Dear Mercy Sitanggang.

Quotes Favorit:

“Kalaupun aku pergi dan kamu merindukanku, tetaplah bernyanyi dengan hatimu. Aku pasti mendengar, karena selalu ada harapan. –Halaman 28.

“Masa lalu adalah sebuah sejarah yang tidak bisa lu hapus. Peristiwanya abadi. Yang harus lu lakukan, seperti juga gue, adalah menyimpan lembaran itu, dan membuka lembaran baru.” –Halaman 51.

 

“Selama bersama Jiwa, aku punya banyak topeng. Besok, aku akan memakai semua persediaan topeng itu. Topeng untukku. Topeng untung Ayah. Topeng untuk Jiwa. Dan, terakhir, topeng untuk seluruh penggemarku.” –Halaman 55.

 

***

Teman-teman pengin dapetin novel Laura gratisgratis bertanda tangan? Ikutan giveaway-nya yuk. Caranya jawab pertanyaan ini: Kapan kamu merasa kesepian? Apa yang kamu lakukan untuk mengusir perasaan itu?

Jawabannya langsung kamu ketik di kolom komentar ya. Sertakan akun twitter kamu. Lalu follow twitter penulisnya @mpokmercy

Giveaway ini berlangsung dari tanggal 19-28 Februari 2015. Pemenang dipilih langsung oleh penulisnya. Pengumuman pemenang tanggal 1 Maret jam 8 malam di akun twitter saya @evasrirahayu

Idola Masa Kecilku

1907981_10152110128724613_711346787_n

 

Idola Masa Kecilku

: Yunis Kartika

 

Sista sayang,

Kukirimkan surat ini karena merindumu. Ingin rasanya bertukar cerita bersama secangkir kopi di dapur rumahmu sambil sesekali mengawasi kedua anak kita yang khusyuk bermain game. Sis, melihat mereka seperti melihat masa kanak-kanak kita. Aku pernah berada di posisi Rasi yang mengagumi Kakak Athaya. Akupun mengagumimu. Sis, kamu idola masa kecilku.

 

Aku masih ingat waktu kecil, apa-apa yang kamu suka akan otomatis kusukai juga. Kamu yang bandel dengan jiwa petualangan yang melimpah ruah tak bisa dibendung aturan tapi tetap berprestasi di sana-sini. Ketika kamu menjadi anggota Pramuka yang seringkali menceritakan pengalaman kemping-kemping seru, akupun ingin mengalaminya. Ketika kamu beberapa kali membawa pulang piala lomba karate, akupun ingin sejago dirimu. Saat kamu mencintai dunia teater, aku juga ingin berada di panggung. Lalu saat kamu memacu adrenalin dengan naik gunung, aku memastikan diri suatu hari harus menatap ke bawah dari puncak gunung. Begitulah kamu menginspirasi langkah-langkahku. Meski ternyata aku tidak bisa mengikuti semua jejakmu. Naik gunung? Hmmm, boro-boro, aku hanya punya pengalaman kemping ke gunung sekali waktu SMP. Jago karate? Hadeuuh, setahun tetap saja sabukku putih. Pramuka? Yah, hanya bertahan enam bulan saja sudah bagus. Teater? Kalau yang ini kupastikan dulu aktingku melebihimu. *maafkan adikmu ingin agak narsis karena dari beberapa aspek kalah melulu XD

 

Dari sekian banyak, hanya dunia tulis yang kupilih tanpa campur tangan pesonamu. Tapi begitulah langkah kita ternyata memang sering sejalan. Saat besar, banyak proyek kita garap bersama, dari teater sampai buku bareng.

 

Sista sayang, kita pada akhirnya memang sering bersebrangan, kadang salah paham. Entah berapa puluh kali kita bertengkar sampai menangis sesenggukan. Saling menyakiti. Perlahan kamu tidak lagi menjadi role modelku lagi. Namun tiap kali kita mendapat akhir yang melegakan hati, kita selalu berbaikan dan menutup luka-luka. Begitulah proses kita untuk saling memahami.

 

Sista sayang, di atas segala yang menyedihkan, kamu sering ada untukku. Membantuku berdiri dan memelukku saat kukira dunia telah runtuh. Dua tahun lalu, kamulah yang berada di garda paling depan memahami keadaanku. Terima kasih Sista sayang. Aku tidak tahu apakah aku sudah cukup mati-matian memahamimu, hanya kamulah yang bisa menjawabnya.

 

Sista sayang, bertahun-tahun ini, banyak lagi yang terjadi padamu. Tanpa kamu sadari, kamu telah berkali-kali bertransformasi. Kini setiap menatapmu aku seperti melihat pohon yang teduh, membuatku betah lama-lama bernaung di bawahnya. Kamu makin dewasa. Kamu banyak berubah, Sis, hadiah dari perjalanan panjang terjal menyakitkan sekaligus menggairahkan. Aku cukup lega melihatnya.

 

Sista sayang, aku tahu kamu wanita pejuang yang dikuatkan oleh cinta. Kamu tidak akan lagi kalah oleh hujan bebatuan cobaan. Aku melihatmu kembali merasakan gairah hidup, tapi dibalut rasa syukur yang haru. Terus istiqomah di mimpi yang tengah kamu jalani sekarang ya, Sis. Jangan terus menoleh kanan-kiri.

 

Sista sayang, surat ini aku akhiri dengan memberitahumu satu rahasia. Dari melihat matamu aku yakin, suatu hari kamu pasti menjadi idolaku lagi.

 

Teman Bicara

IMG_8204315261336

 

Teman Bicara

: Juan Emyr Carlos Lawalata

 

Hai, Kang.

Gimana keadaan kesehatanmu? Tampaknya kita sama-sama harus berbenah soal gaya hidup. Usia sepertinya sudah tidak mengizinkan kita untuk bergadang mengingkahi malam ditemani bergelas-gelas kopi. Heuheu, tapi membayangkan hidup sehat ala-ala atlet saja sudah mengerikan. Yah, kamu lebih tahu soal itu, Kang, ayahmu atlet sepakbola. Saat mendengar ceritamu soal itu aku benar-benar terkesan, baru kamu sahabatku yang punya keluarga atlet. Sepertinya mengesankan sekali melihat orangtua kita berlaga memperjuangkan piala.

 

Kang, belum-belum aku sudah ngomong ngalor ngidul. Mengobrol denganmu memang selalu menyenangkan, kamu bisa diajak diskusi mengenai apa saja. Benar-benar teman bicara yang hebat. Masalahnya ada padaku, aku seringkali membuatmu dongkol karena lambat menyerap obrolanmu, apalagi soal matriks atau apalah pekerjaan kantormu itu. Masih mendinglah kalau kamu bercerita tentang petualangan travellingmu dan kegemaranmu naik gunung.

 

Oh iya, apa kabar Quil? Pangeranmu yang ganteng itu. Suatu hari aku ingin bertemu dengannya. Pasti lebih awsome dari foto dan ceritamu. Quil pasti bahagia punya ayah hebat sepertimu. Kamu bisa membesarkannya sendirian sejak dia kecil. Menjadi ayah sekaligus ibu baginya. Buat Quil juga kamu ingin bekerja di rumah. Aku tahu keadaan masih serba sulit. Tapi percaya saja itu bisa terwujud. Menghabiskan waktu bersamanya siang dan malam. Kang, saat ini kamu sedang berpacu dengan waktu, karena sekejap saja Quil akan menjadi remaja, saat itu dia akan lebih senang bersama teman-temannya, layakmya anak muda. Kitapun pernah begitu XD

 

Kang, kuharap Quil bisa menjadi motivasimu untuk terus sehat. Dan kurasa sakit di tubuhmu belum setimpal dengan sakit di hatimu yang ditorehkan pengalaman bersama wanita-wanita yang pernah kamu cintai dan selalu tersimpan dalam bejana ingatanmu. Meskipun aku selalu mengolok-olokmu tentang rasi gemini yang kusebut sulit bersetia–omong-omong dalam sebuah artikel katanya gemini ini peringkat pertama sulit bersetia–tapi darimu aku tahu kalau gemini benar-benar bisa bersetia. Kang, sendirian memang sepi, tapi bersama wanita-wanita yang lewat lalu bukankah lebih sunyi. Aku percaya kamu bisa sendiri sementara waktu, mencari dalam penantian bertemu dengan kekasih sejati. Jangan lagi menjebakan diri dalam lingkaran yang sama, Kang. Banyak rasa memang pintar menyaru menjadi cinta, seperti yang dilakukan sepi.

 

Kang, ingatkah saat kubilang kamu seperti kereta malam? Memanggil-manggil para pekerja pulang untuk mendekap mereka dalam ketenangan menuju pulang. Kereta yang hangat dan penuh harap meski sesak oleh penumpang. Begitulah kamu, Kang. Selalu ingin menaungi banyak orang, menjadi teman bicara mereka, meminjamkan telinga dan hati yang penuh empati. Namun kamu seringkali menulikan diri, bahwa kamu sesungguhnya cemburu pada penumpang, karena mereka pada akhirnya pulang, seperti sungai bermuara ke samudera. Kamupun ingin didekap senyuman, seseorang yang mengecup ubun-ubunmu dan Quil saat malam menjelang. Karena itu, Kang, berhentilah menjadi kereta api. Jadilah sepeda yang hanya dikayuh seorang.

 

Kang, seringkali kamu lelah. Berpikir hidup ini tak lagi berguna. Jauh di lubuk hatimu kamu tahu itu tak benar. Kang, jangan pernah putus harapan. Selain Quil, ada doa orangtuamu dalam setiap detak jantung dan embusan napasmu. Ada Tuhan yang mencintaimu paling depan. Selalulah ingat. Selama manusia hidup, semua masalah pasti bisa diatasi, selalu ada harapan bagi pejuang.