[Review + Giveaway] Novel Rooftop Buddies: SickLit Padat Konflik

Sudah lama rasanya tidak membaca SickLit alias cerita tentang orang yang memiliki penyakit berat. Bahkan kalau diingat-ingat, Novel debutan Honey Dee merupakan yang pertama di tahun ini.

DATA BUKU

Judul: Rooftop Buddies
Penulis: Honey Dee
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 264 Halaman
Penyunting : Anastasia Aemilia
ISBN : 9786020395111

Blurb :

Buat Rie, mengidap kanker itu kutukan. Daripada berjuang menahan sakitnya proses pengobatan, dia mempertimbangkan pilihan lain. Karena toh kalau akhirnya akan mati, kenapa harus menunggu lama?

Saat memutuskan untuk melompat dari atap gedung apartemen, tiba-tiba ada cowok ganteng berseru dan menghentikan langkah Rie di tepian. Rie mengira cowok itu, Bree, ingin berlagak pahlawan dengan menghalangi niatnya, tapi ternyata dia punya niat yang sama dengan Rie di atap itu.

Mereka pun sepakat untuk melakukannya bersama-sama. Jika masuk ke dunia kematian berdua, mungkin semua jadi terasa lebih baik. Tetapi, sebelum itu, mereka setuju membantu menyelesaikan “utang” satu sama lain, melihat kegelapan hidup masing-masing… Namun, saat Rie mulai mempertanyakan keinginannya untuk mati, Bree malah kehilangan satu-satunya harapan hidup.

ULASAN

Rooftop Buddies memiliki kover yang menarik, blurb yang membuat penasaran, dan judul yang menggemaskan. Paduan ketiganya menimbulkan minat saya untuk membacanya. Secara tema, sesungguhnya penyakit kanker sudah sering diangkat. Namun tetap saja, setiap kisah memilki keistimewaannya masing-masing.

Bab-bab awal Rooftop Buddies sesara menyihir saya, membuat terpaku dan betah membacanya. Novel dibuka dengan peristiwa kemoterapi tokoh utamanya, Rie. Penulis dapat mendeskripsikan dengan baik bagaimana perasaan, rasa kemoterapi, sampai suasana rumah sakit. Meskipun Honey tidak menjelaskan secara detail proses kemoterapinya. Secara pengetahuan, penulis menyodorkan edukasi pada pembaca mengenai penyakit kanker beserta istilah-istilah kedokterannya. Disampaikan mengalir bersama cerita, terasa lembut dan tidak dipaksakan. Perkenalan antara dua tokoh utama, yaitu Rie dan Bree merupakan daya tarik paling besar di bab-bab awal novel ini.

Ada 3 hal yang membuat saya tak bisa lepas membacanya: Pertama, karakter Bree. Karakter tokoh utama satu ini sesungguhnya biasa saya temui di novel remaja. Cool, misterius, cerdas, tapi hangat. Namun, tipe ini memang selalu membuat saya tertarik. Kedua, ini berhubungan dengan pengalaman saya pribadi. Rie diceritakan memiliki fisik yang dianggap jelek di masa kecil. Dia jerawatan sehingga dirundung teman-teman sekolahnya. Saya pernah di posisi itu. Saat kecil saya jerawatan parah, faktor genetik. Saya sampai selalu menunduk, merasa jelek sekali, dan sangat tidak percaya diri. Dan yah, saya juga menjadi bully-an teman-teman. Hal itu membuat saya bersimpati pada Rie. Ketiga, Bree dan Rie melakukan perjalanan berdua ke Alawera–tempat ini tampaknya fiktif. Mereka baru kenal, bisa dibilang itu perjalanan dengan orang asing. Sejak remaja saya punya fantasi seperti itu. Travelling ke satu tempat dengan cowok asing.

Kedua tokoh utamanya sama-sama sinis memandang kehidupan. Wajar saja jika menilik dari pengalaman hidup yang mereka lalui. Keduanya cerdas dan keras kepala. Mereka mirip, tapi berbeda. Tokoh-tokoh yang lain sesungguhnya digambarkan tipikal karakter yang ada di novel-novel remaja. Tidak istimewa, tapi didesain sesuai untuk menggerakan cerita. Saya bisa menebak siapa mantan kekasih Bree. Yah, meski saya agak kecewa karena karakternya tidak sepadan dengan Rie. Timpang, pembaca digiring langsung untuk tidak menyukainya. Sehingga persaingan mereka jadi tidak menarik lagi.

Konflik novel ini padat, penuh, dan berlapis. Sebagai pembaca saya hampir tidak diberi waktu bernapas. Mulai dari konflik keluarga, perjuangan menghadapi penyakit, percintaan, trauma masa lalu, kematian, hingga perundungan. Penekanannya memang pada konflik psikologis dan bagaimana badai masalah itu mendewasakan mereka. Ada konflik-konflik yang terasa pas dramatisasinya sehingga membuat Rooftop Buddies menjadi bacaan yang menarik dan bermakna, ada juga yang terasa berlebihan. Namun, secara general novel ini memang seru dan mengharukan. Ada satu bagian yang berhasil membuat saya menangis. Kisah cinta Rie dan Bree bikin saya larut, ikut berbunga-bunga dan berdebar-debar. Saya suka bagaimana Bree memperlakukan dan menjaga Rie. Bagian favorit saya adalah kisah perjalanan sehari mereka. Romantismenya tidak berlebihan tapi mengena. Novel ini juga punya twist berlapis, penulis memyodorkan kejutan demi kejutan hingga menuju akhir.

Tata bahasa Honey ini segar, mengalir, juga bermakna. Sesuai dengan target pembacanya. Dialog-dialognya pun terasa hidup. Emosi para tokohnya tersampaikan dengan baik. Rooftop Buddies memiliki value untuk pembacanya, ada banyak nilai yang bisa diserap dan direnungkan, seperti mengenai perjuangan, keberanian, dan cinta di sekeliling kita. Meskipun ada beberapa hal atau gagasan yang tidak saya sepakati. Rooftop Buddies juga memberi kita saran bagaimana bila menghadapi orang yang sedang sakit.

Kalau harus menjaga seseorang yang sedang sakit, usahakan jangan pernah menangis di depannya. Tangisanmu hanya terbaca sebagai ungkapan belasungkawa prematur. –Halaman 13

3 dari 5 bintang.

GIVEAWAY TIME

Mau novel Rooftop Buddies? Ikutan giveaway-nya yuk. Caranya:

1. Follow akun IG @honeydee1710 dan @perpustakaaneva

2. Repost/regran postingan pengumuman giveaway di akun @perpustakaaneva (link: https://www.instagram.com/p/BqOSapvhWpR/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=h4zjrv4eu88z ) Tambahkan caption ajakan untuk mengikuti giveaway ini, dan tag akun perpustakaaneva juga Honey Dee ya.

3. Peserta harus memiliki alamat pengiriman di Indonesia.

4. Jawab pertanyaan saya di kolom komentar dengan menyertakan akun IG kamu.

Seandainya kamu bertualang sehari dengan orang yang baru kamu kenal, kamu mau ke mana dan ngelakuin apa?

5. Giveaway ini berlangsung dari tanggal 16-20 November 2018. Satu pemenang akan mendapat novel Rooftop Buddies. Pengumuman pemenang pada tanggal 21 November 2018 jam delapan malam di akun IG saya.

Ditunggu partisipasinya ^_^

[Blog Tour] Ulasan + Giveaway Novel Tapak Setan: Mendengarkan Dongeng Riwayat Atarjoe

Hal menarik dari Haditha–penulis Tapak Setan–dia selalu menyuguhkan ‘sesuatu’ baru. Namun sesuatu baru itu tetap terasa bagian ciri khasnya. Saya lagi-lagi dibuat betah membaca karya Haditha.

DATA BUKU

Judul: Tapak Setan
Penulis: Haditha
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tebal : 230 Halaman
Penyunting : Dion Rahman
ISBN : 9786020479897

Blurb :
Ada tidak sih cara lain menghukum orang yang tingkahnya kayak setan kalau tidak dengan cara yang lebih setan lagi?

Aku, Atarjoe, setiap pagi bangun dengan tangan berlumuran darah dan berbau bangkai. Coba bayangkan kalau harimu diawali dengan itu. Setiap hari aku harus berkutat dengan rutinitas macam itu. Menjijikkan. Lama-lama kuketahui, ada setan yang memperalat tanganku untuk berburu mangsa darah. Enak saja, ini tanganku, aku tak sudi dipakai seperti itu. Maka aku rebut balik kendali atas tanganku. Dari setan itu aku tahu tanganku mampu menyedot setan-setan lain untuk kemudian dipakai jadi senjata.
Hidupku ini dipenuhi dengan orang-orang celaka yang membuat orang-orang sengsara. Melalui tapak setan ini aku menyalurkan dendam orang-orang yang tak bisa melawan itu. Kugantikan tugas si setan. Aku berburu orang-orang laknat yang bikin banyak orang susah. Tinggal kuraup muka mereka dan mereka akan kerasukan setan seumur hidup, dan setiap hari mereka akan melukai diri sendiri, tanpa bisa mati.
Pembalasan yang memuaskan bukan?

ULASAN

Suatu waktu di masa kecil, saya dan keluarga menonton film horor barat. Dalam film itu ada adegan potongan tangan yang bergerak sendiri. Sejak itu saya kadang dihantui mimpi buruk menemukan potongan-potongan tangan bergerak. Ketika melihat kover novel “Tapak Setan” saya jadi teringat lagi mimpi itu. Dan, mengingat dua novel Haditha sebelumnya yang bikin saya merinding, saya sempat ciut juga membaca novel ini. Namun, saya meneguhkan hati untuk membacanya, dan sama sekali tidak menyesal.

Jika dibandingkan kover 2 novel Haditha sebelumnya, kover Tapak Setan terlihat kurang menarik di mata saya. Memang, secara konten, kover bergambar tangan ini sangat mewakili isis cerita. Namun, kesan yang saya dapat saat melihatnya adalah tipe kover novel persilatan zaman dulu. Tone warna latarnya terlalu sewarna dengan gambar tangan, sehingga gambar jadi tidak menonjol dan jatuhnya serasa mati. Untungnya, blurb novel ini menjanjikan kisah yang menegangkan, sehingga menolong penampakan luarnya. Kemudian, setiap pembukaan novel di judul bab, pembaca disuguhi ilustrasi “setan” karya penulisnya sendiri. Ini merupakan kelebihan Haditha, yaitu memaketkan karya tulis dan ilustrasi buatannya.

Ketika saya memilih judul artikel “Mendengarkan Dongeng Riwayat Atarjoe” itu semata karena secara keseluruhan membaca novel ini kesan saya adalah serasa didongengi oleh Atarjoe yang langsung menceritakan kisahnya di depan saya. Saya langsung lesap dalam sejarah hidupnya yang misterius, tragis, sekaligus magis. Keunikan novel ini memang terletak pada cara Haditha berkisah. Teknik storytelling-nya begitu mengikat dan tidak biasa. Dalam novel sepanjang 230 halaman ini, tak akan kita temukan satu pun dialog langsung. Tokoh Atarjoe bermonolog dari awal hingga akhir. Dan, percayalah… hal itu dieksekusi oleh Haditha dengan baik sekali.

Untuk pertama kalinya saat membaca karya Haditha, saya tak dicekam ketakutan. Padahal kisah Atarjoe ini memunculkan “hantu” atau “setan” sejak awal hingga akhir. Apalagi penulis sering kali mendeskripsikan wujud para setan dengan detail. Namun, seperti Atarjoe, saya tak lagi takut. Karena mereka terasa seperti bagian dari tokoh utamanya, bukan entitas lain yang mengerikan. Konflik novelnya tajam dengan mengusung tema-tema sosial seputar orang pinggiran sampai ormas keagamaan. Kita diajak menekuri realitas orang-orang jalanan, sekaligus dunia gaib. Perkawinan menarik antara rasional dan irasional. Tempo penceritaannya pun terasa pas, padahal kadang kala melewati rentang waktu panjang sampai tahunan. Namun, saya tak merasakan keterburuan dalam narasinya. Sisipan humor ala Haditha seperti biasa terasa kental dan di beberapa bagian berhasil membuat saya tertawa.

Karakter Atarjoe ini juga unik, dua sisi kegelapan manusia dan kelembutan hati tersampaikan dengan baik. Pembaca dibuat paham atas pemikiran sinis dan keputusan-keputusan Atarjoe, meski tak membenarkan perbuatannya. Untuk setiap karakter–baik manusia maupun setan–dalam “Tapak Setan” walaupun tanpa porsi dialog, tergambarkan dengan jelas lewat dongeng Atarjoe. Saya dibikin peduli dengan nasib mereka semua yang jumlahnya banyak sekali. Novel ini memang memunculkan banyak tokoh.

Dari sisi bahasa, Haditha kali ini memakai kata yang lebih lugas dari sebelumnya. Berbagai umpatan dan kata kasar berserakan dalam novel. Namun, itu justru yang membuat tokoh ini semakin menarik. Terasa apa adanya dan hidup. Bahasa yang dipakai anak jalanan. Selebihnya, pemilihan kata novel ini kaya. Membuat saya berpikir bahwa Atarjoe orang pinggiran yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

Seperti biasa, Haditha luwes menyampaikan pesan moralnya. Sehingga novel horor ini memiliki value lebih. Akhirnya, saya memberi 4 dari 5 bintang untuk novel ini.

Jangan terlalu menyandarkan diri pada pengharapan. Dunia punya cara bangsat untuk membalik harapan baikmu. –Halaman 172

GIVEAWAY TIME

Mau novel Tapak Setan? Ikutan giveaway-nya yuk. Caranya:

1. Follow akun IG @hahahaditha @elexmedia dan @perpustakaaneva

2. Repost/regran postingan pengumuman giveaway di akun @perpustakaaneva (link: https://www.instagram.com/p/BqDALx1hHpK/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=lb5xrjkyjlpn ) Tambahkan caption ajakan untuk mengikuti giveaway ini, dan tag akun perpustakaaneva juga Haditha ya.

3. Peserta harus memiliki alamat pengiriman di Indonesia.

4. Jawab pertanyaan saya di kolom komentar dengan menyertakan akun IG kamu.

Seandainya tanganmu punya kekuatan, kamu ingin tanganmu memiliki kesaktian apa?

5. Giveaway ini berlangsung dari tanggal 12-14 November 2018. Satu pemenang akan mendapat novel Tapak Setan. Pengumuman pemenang pada tanggal 15 Juni 2018 jam delapan malam di akun IG saya.

Ditunggu partisipasinya ^_^

[Blog Tour] Review + Giveaway Buku ‘Personal Branding: Sukses Karier di Era Milenial’ Karya Dewi Haroen

Saya jarang membaca buku nonfiksi kecuali untuk kebutuhan riset penulisan novel. Seringnya baru membaca ketika memang butuh dalam pengembangan karier, atau sedang dalam satu fase kehidupan yang memerlukan ‘guide‘ dari buku. Saat ini saya sedang menulis novel tentang dunia media sosial, dan memang profesi saya sebagai penulis dan bloger kesehariannya tidak jauh dari dunia maya. Maka ketika buku ini mendatangi saya, saya seperti diberi jalan untuk belajar dari buku dan pengalaman penulisnya untuk perkembangan karier sekaligus memenuhi kebutuhan riset penulisan.

Data Buku

Judul : Personal Branding: Sukses Karier di Era Milenial

Penulis : Dewi haroen

Penerbit : DH Media

Tebal : 228 Halaman

ISBN : 9766025157400

Blurb :

Sukses karier bukan rumus matematika sederhana. Di dunia nyata, seseorang hard & good worker belum tentu kariernya gemilang. Terjadi “dinamika antara citra dan realita” yang berdampak terhadap kesuksesan dan kegagalan karier seseorang. Juga dalam kehidupan. Orang baik belum tentu dipersepsikan sebagai orang baik, orang kompeten belum tentu dikenal sebagai orang kompeten. Demikian sebaliknya, dimana persepsi seringkali tak sama dengan realita. Sehingga performance yang bagus saja belum cukup.

Dalam konteks persaingan karier, hanya orang-orang yang mampu menampilkan persepsi diri secara kreatif dan menarik yang sanggup meraih sukses dan keberhasilan. Khususnya di era milenial dimana berbagai informasi menyebar secara cepat dan instan. Anda harus mengontrolnya supaya selalu positif. Namun mayoritas profesional ‘zaman now’ tak menyadari.

Untuk itu Anda perlu personal branding agar terlihat dan terpilih di antara sekian banyak kandidat. Agar meraih sukses di karier dan kehidupan. Bagaimana cara yang benar membangun personal brand, semuanya akan dibahas tuntas di buku ini. Jadi, apa pun profesi dan latar belakang Anda, pastikan Anda membaca buku ini!

Review

Beberapa tahun ini saya tertarik dengan pembahasan personal branding. Ternyata karier apa pun itu tidak terlepas dari personal branding. Apalagi saya menekuni karier yang erat kaitannya dengan media sosial, dimana saya mesti sering-sering tampil. Sejak dulu saya merasa ketika mencitrakan diri di publik, baik itu secara online maupun offline, menjadi pribadi lain dari diri itu akan sangat melelahkan. Dari pengalaman, saya lebih memilih memperlihatkan sebagian hal saja ketimbang memaksakan diri jadi orang lain. Selain capek, sulit juga menjaga konsistensinya. Ternyata itu memang sejalan dengan prinsip personal brand. Seperti yang tertulis dalam buku ini:

Personal brand yang asli (otentik) merefleksikan karakter, kompetensi, dan kekuatan diri Anda yang sesungguhnya. –Halaman 17

Buku ini membahas serba-serbi mengenai personal branding dari hal-hal mendasar, seperti pengertian dari Ibu Dewi sendiri maupun dari para pakar. Dijelaskan bahwa ‘personal brand‘ adalah merek atau diri yang dimiliki seseorang, sedangkan personal branding merupakan strategi komunikasi yang dilakukan seseorang untuk membangun merek tersebut.

Personal Brand adalah diri kita sendiri, siapa diri kita dan hal spesial apa yang kita kerjakan. Merepresentasikan nilai yang kita yakini, kepribadian kita, keahlian kita dan kualitas yang membuat kita unik di antara yang lain. –Halaman 6

Mungkin ada yang mengira-ngira tidak merasa memiliki merek, sehingga tidak memerlukan strategi personal branding ini. Padahal semua yang memiliki nama pastilah memiliki merek, dalam kasus seseorang, merek adalah nama yang melekat padanya. Sehingga pada hakikatnya ternyata setiap orang perlu membangun personal branding. Penulis menerangkan apa keuntungan memiliki personal branding dan apa kerugian apabila kita tidak memilikinya.

Pembahasan buku ini disampaikan dengan lugas dan bahasanya mudah dicerna. Sehingga menurut saya, orang yang awalnya awam mengenai personal branding pun akan mengerti dan paham. Apalagi disertai oleh ilustrasi-ilustrasi menarik yang mendukung sehingga visual bukunya membuat mata dapat terus tertarik membuka lembar demi lembar berikutnya. Juga terdapat penekanan pada hal-hal yang sangat penting seperti tulisan yang diberi ukuran, font, dan tipografi berbeda yang dimaksudkan agar memudahkan pembaca merekam pesan yang ingin disampaikan penulis. Terus terang saja, saking banyaknya hal penting dalam buku ini, saya sampai kesulitan menandainya ^^

Personal branding adalah strategi untuk membentuk persepsi orang tentang diri Anda. Meski demikian, personal brand yang dibentuk haruslah bersumber dari bukti-bukti yang otentik, nyata dan asli. –Halaman 17

Buku ini dapat menjadi guide untuk membangun personal brand dengan tujuan menciptakan respons emosional dari orang lain terhadap identitas diri kita pribadi sebagai seseorang yang memiliki kualitas dan nilai. Banyak alasan tentunya mengapa kita atau merek kita ingin dilihat dan ‘dipilih’ orang lain. Beberapa di antaranya eksistensi, untuk bertahan hidup, dan mencari penghidupan. Bicara personal brand menurut saya bicara tentang bagaimana agar ‘terlihat’.

Memang dari milyaran orang di dunia, setiap orang berbeda. Memiliki keunikan dan kekhasan sendiri. Seharusnya menguarkan warna sendiri. Kerlip yang tak sama semestinya membuat setiap orang mudah ditemukan. Nyatanya… betapa banyak hal yang mesti dilakukan untuk ‘terlihat’ dari gempuran perbedaan itu. Tetap butuh effort untuk menunjukkan diri. Menyalakan sinar yang lebih terang untuk dapat terlihat.
Lalu apa yang mesti dilakukan untuk terlihat? Menjadi diri sendiri yang otentik tapi terus mau berkembang.

Pertanyaannya kemudian, harus mulai dari mana? Ibu Dewi menjelaskan ada 3 tahapan untuk memulai, yaitu: pemahaman diri, pengembangan konten, dan promosi diri. Ternyata tahap awalnya adalah mengenali diri sendiri dulu. Namun seringkali kita tak dapat menjawab secara tuntas pertanyaan mendasar, ‘Seperti apa kita ini?’ Pada tahapan ini kita harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjelaskan diri kita, yaitu, ‘Siapa Anda? Apa yang Anda kerjakan? Dan apa yang membuat Anda berbeda?’ Untuk menemukan diri yang otentik tersebut, kita dapat intropeksi diri, meminta pendapat orang lain, mengikuti tes assesmen psikologi, dan lewat analisis SWOT. Dari hasil analisis itulah kita dapat merumuskan kekuatan dan kekurangan kita yang nantinya bermuara pada apa-apa saja kekhasan yang harus ditonjolkan.

Seperti judulnya yang menyinggung mengenai sukses berkarier di era milenial yang erat kaitannya dengan dunia digital, buku ini menjelaskan tentang membangun personal branding dari jejak online maupun aktivitas offline yang sama pentingnya. Tools atau perlengkapan tempur apa saja yang diperlukan dan dipersiapkan untuk strategi online maupun offline. Berisi juga tips apa-apa yang baik dilakukan dan tidak boleh diperbuat. Setiap tahapan dijelaskan secara terperinci sehingga step by step-nya mudah dipraktikkan.

Adapun kekurang buku ini adalah terdapat banyak saltik, meskipun tidak mengganggu pesan yang disampaikan. Saya berharap ada buku lanjutannya yang membahas studi-studi kasus yang lebih mendalam.

Saya rekomendasikan buku ini bagi siapa saja yang ingin membangun personal branding dari hal mendasar.

Rating 3,5 dari 5 bintang.

Giveaway Time!

Mau buku Personal Branding? Ikutan giveaway-nya yuk. Caranya:

1. Follow akun IG @dewiharoen dan @perpustakaaneva

2. Sebar info giveaway ini dengan tagar #PersonalBranding dan mention saya. Boleh di insta story atau twitter. Untuk Twitter silakan mention saya di @evasrirahayu

3. Peserta harus memiliki alamat pengiriman di Indonesia.

4. Jawab pertanyaan saya di kolom komentar dengan menyertakan akun IG atau twitter kamu.

Kamu pengin dikenal sebagai apa?

5. Giveaway ini berlangsung dari tanggal 12-17 Juni 2018. Satu pemenang akan mendapat buku Personal Branding. Pengumuman pemenang pada tanggal 18 Juni 2018 jam delapan malam di akun Twitter dan IG saya.
Ditunggu partisipasinya ^_^

[Blogtour] Review + Giveaway Novel Horor Klenik ‘Karung Nyawa’ Karya Haditha

Ini kali kedua saya membaca novel karya Haditha, setelah sebelumnya membaca Anak Pohon dua tahun lalu. Cukup penasaran dengan perkembangan penulis.

Data Buku

Judul : Karung Nyawa

Penulis : Handitha

Penerbit : Bukune

Tebal : 220 Halaman

Penyunting : MB Winata

ISBN : 97860222202653

 

Blurb :

Johan Oman, Pemilik Konter Pulsa

Ah, kejadian lagi, padahal belum juga hilang ingatanku akan kejadian mengerikan itu! Udahlah, tutup konter saja!

 

Janet Masayu, Pemandu Karaoke

Pacarku memang benar-benar trauma akan kejadian itu. Sekarang dia nggak mau keluar sama sekali dari konter pulsa kecilnya. Harus bagaimana ya kalau sudah begini…

 

Zan Zabil Tom Tomi, Penjaga Warnet

Menarik! Polisi saja tidak sanggup memecahkan misteri ini.

Sepertinya sudah perlu detektif partikelir yang lama nganggur ini turun tangan.

 

Tarom Gawat, Cucu Dukun

Gawat… gawat… GAWAT!

 

Empat pemuda bekerja sama menyelidiki kasus ganjil yang menggegerkan desa. Mereka tidak pernah menyangka akan berada di ranah klenik nan mistik yang membuka rahasia masa lalu kelam Purwosari.

Bukan hanya soal pesugihan dengan tumbal, tapi jauh lebih mengerikan lagi, perihal legenda Toklu—Pemulung pemburu kepala manusia yang mungkin benar adanya.

 

Kini mereka harus menghadapi tantangan terbesar ketika mendapati bahwa pemburu dan mangsa terakhir dari semua ini lebih dekat dari yang mereka kira.

Review

Saya tidak menyangka, kover novel “Karung Nyawa” yang menarik itu buatan penulis sendiri. Gambar seorang pemulung dilatari jalan setapak sewarna darah bertuliskan judul dan nama penulis sangat eye catchy karena background-nya warna kuning polos. Simpel, misterius, dan warnanya mencuri perhatian. Ketika melihatnya di display di toko buku, mata akan mudah menemukan buku ini.

Kemudian, desain sampul belakangnya pun bagus. Sebelum blurb, tampak sobekan kertas berita acara pemeriksaan kepolisian. Kata-kata yang dipilih dalam blurbnya pun memancing rasa penasaran. Sudah memberi gambaran mengenai 4 tokoh utama dalam novel ini beserta dengan kasus yang mereka hadapi.

Sejak membaca bab-bab awal novel ini, saya dibuat jatuh cinta dengan teknik penulisan Haditha. Teknik penulisannya berbeda dengan novel Anak Pohon. Saya mendapati perkembangan Haditha cukup pesat. Penulisan Haditha enerjik, lugas, kaya kosakata, diksinya menarik, memiliki humor samar, dan kental lokalitas. Nuansa lokalitasnya bahkan sudah dibangun dari pemilihan judul babnya, memakai bahasa Jawa. Dialog para tokohnya pun sering memakai bahasa Jawa, pembaca diberi footnote terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Karena tidak begitu banyak, jadi saya tidak merasa terganggu. Namun cukup memberi aksen lokalitas dan penguatan untuk para karakternya. Kemudian, di antara kata-kata yang saya sukai, ini kutipan favorit saya:

Hidup mandiri itu ya jangan sembunyi kalau ketemu cobaan. Harus bangkit. Harus hadapi masalah. –halaman 40

Sejak bab pertama saya langsung larut dalam cerita. Pengenalan tokoh dan sungguhan konflik berjalan beriringan. 4 tokoh utama diperkenalkan satu per satu tanpa basa-basi, lengkap dengan latar belakang masa lalunya. Tokoh di novel ini bertebaran, tapi saya tidak dibuat pusing karena masing-masing tokoh memiliki ciri khas pembeda. Seperti novel sebelumnya, karakter-karakter yang dibangun penulis sangat kuat dan chemistry antara mereka terasa sekali. Bisa dibilang saya menyukai seluruh tokoh dalam Karung Nyawa. Mereka lovable dan menyedot perhatian dengan caranya sendiri. Tokoh favorit saya Simbah nenek Johan Oman. Yang menarik lagi, di novel ini sempat disinggung tokoh Nuansa yang merupakan tokoh utama di Anak Pohon.

Konfliknya Karung Nyawa disampaikan langsung dari bab pertama dengan lugas. Sejak awal novel ini beritme cepat, sehingga saya tidak diberi waktu merasa bosan. Berbeda dengn saat membaca Anak Pohon yang konfliknya tak begitu rapat, Karung Nyawa menyajikan misteri yang padat. Meski begitu, saya cukup terkejut ketika membaca bab-bab awal novel ini karena di antara berbagai konflik ketegangan saya masih bisa tenang dan senyum-senyum sendiri. Pemilihan kata Haditha yang mengandung humor samar inilah penyebabnya. Semakin lama, tensi konflik makin tinggi dan kemunculan serta deskripsi hantu dan sebangsanya dalam novel ini makin detail sehingga saya jadi panas dingin. Horor klenik, pesugihan, dan topik Toklu (pemulung pemburu kepala manusia) yang diusung Haditha ini begitu mudah related dengan kehidupan sehari-hari. Sewaktu kecil saya juga mendengar desas-desus mengenai Toklu ini, padahal saya dan Haditha secara geografis berbeda, karena itu isu Toklu ini menjangkau luas sekali. Terus terang saja, saya ini penakut sekali, sehingga membaca Karung Nyawa dibutuhkan ketabahan level tinggi saking mencekam dan meneror. Satu kata untuk buku ini: GAWAT! Seperti kata favorit tokoh Tarom Gawat yang memiliki kemampuan khusus dapat melihat makhluk gaib. Namun ada satu hal yang ganjil buat saya, kenapa polisi tidak bisa menemukan identitas korban melalui sidik jari?

Ngger, anak muda penerus generasi jangan sempit pikirannya, yo.”

–Halaman 51

Nilai tambah lain dari novel ini adalah pesan moral yang disisipkan dengan baik dalam banyak bab.  Di akhir kisah, Haditha menyiapkan twist ending yang cukup nendang. Pembaca yang tidak mengendus pelakunya akan terperenyak.

4 bintang untuk novel Karung Nyawa. Saya rekomendasikan untuk para pencinta horor dan siapa saja yang menginginkan sensasi adrenaline rush.

Giveaway Time!

Mau novel Karung Nyawa? Ikutan giveaway-nya yuk. Caranya:

1. Follow akun IG @haditha_m dan @perpustakaaneva

2. Sebar info giveaway ini dengan tagar #KarungNyawa dan mention saya. Boleh di insta story atau twitter. Untuk twitter silakan mention saya di @evasrirahayu

3. Peserta harus memiliki alamat pengiriman di Indonesia.

4. Jawab pertanyaan saya di kolom komentar dengan menyertakan akun IG atau twitter kamu.

Ketika membaca novel horor, sensasi apa yang kamu harapkan dan apa yang ingin kamu dapat dari bacaan itu?

5. Giveaway ini berlangsung dari tanggal 8-12 Juni 2018. Satu pemenang akan mendapat novel Karung Nyawa. Pengumuman pemenang pada tanggal 13 Juni 2018 jam delapan malam di akun twitter dan IG saya.
Ditunggu partisipasinya ^_^

[Blog Tour] Review + Giveaway Buku Dear, Ayah dan Bunda: Diary Pertumbuhan Buah Hati Usia 0-5 Tahun

Kehadiran anak merupakan fase perubahan signifikan dalam kehidupan pasangan. Anak merupakan pribadi lain yang mengubah berbagai rutinitas dan pola pikir pasangan menjadi pola pikir dan peran lain dalam kehidupan yaitu peran sebagai ‘orang tua’. Butuh adaptasi bagi ketiganya dalam menjalani kehidupan. Setiap fase perkembangan anak bukan hanya merupakan hal baru baginya tetapi juga penemuan baru bagi orang tuanya. Anak memiliki karakter dan perasaannya sendiri, karena itu orang tua mesti belajar memahaminya.

Buku ‘Dear, Ayah dan Bunda’ ini bisa menjadi referensi bagi orang tua untuk mencoba memahami dan menyelami cara pandang anak.

Berkenalan dengan Yenita Anggraini

Yenita Anggraini merupakan ibu dari seorang putra. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran tahun 2009. Setelah berkarier selama empat tahun di bidang kesehatan dan pelayanan, kini penulis bekerja di sebuah instansi pemerintahan daerah. Selain itu ia aktif menulis cerpen, artikel kepenulisan, cerita anak, serta kisah inspiratif yang dimuat di media cetak maupun online, seperti NOVA, Lampung Post, dan basabasi.co.

Hubungi penulis lewat surel: yenitaanggrainianggi@gmail.com

Mengenal Lebih Jauh Yenita Anggraini di Sesi Wawancara

Penasaran enggak sih kayak apa sih penulis ini orangnya? Sampai gimana cerita di balik penulisan buku ‘Dear, Ayah dan Bunda’ ini… Saya udah ngasih list pertanyaan ke penulis yang saya panggil dengan sebutan akrab ‘Tante Anggi’ ini. Berikut wawancaranya:

1. Apa motivasi Tante Anggi menulis buku ini?
Motivasi saya menulis buku Dear, Ayah dan Bunda ini sebenarnya sederhana sekali. Saya mau setiap orangtua bisa lebih berpikir dan bersikap positif dalam mengamati dunia buah hati yang penuh kejutan, perubahan perilaku, dan juga loncatan-loncatan perasaan. Perasaan positif itu akan menghadirkan rasa nyaman dan bahagia di dalam diri Ayah dan Bunda. Dan saya yakin, hadiah paling besar bagi buah hati adalah orangtua yang selalu berbahagia atas kehadiran mereka.
2. Mengapa di awal bab selalu dibuka dengan cerita dari sudut pandang anak?
Buku ini memang memiliki konsep yang berbeda dengan buku-buku lain. Di buku ini setiap awal bab selalu dibuka dengan cerita dari sudut pandang anak. Ini menarik, karena dengan mencoba bicara dari sudut pandang anak, Ayah dan Bunda perlahan-lahan diantarkan menuju sebuah pemahaman tentang apa yang buah hati rasakan dan apa yang harus Ayah dan Bunda lakukan. Belajar memahami semua itu tentu akan meminimalisir kekeliruan-kekeliruan tidak perlu yang mungkin saja Ayah dan Bunda lakukan melalui rangkaian perkataan, tindakan, dan stumulasi untuk buah hati.
3. Apa kesulitan menulis buku ini?
Kesulitan menulis buku ini tentu  mencoba menafsirkan apa yang buah hati rasakan sehingga bisa menjadi penggalan-penggalan surat yang seolah-olah berasal dari suara hati buah hati. Bagaimana caranya menafsirkan suara janin yang masih di dalam kandungan misalnya? Hehehe…Tapi, yang menjadi inti dari penggalan-penggalan surat itu bukanlah itu benar-benar merupakan suara hati buah hati, tapi bagaimana saya mengubah sudut pandang orangtua yang terkadang berpikir tentang dirinya, keluhannya, rasa sakitnya, letihnya, menjadi hal-hal yang positif. Misalnya : Keluhan-keluhan saat kehamilan tentu menyebalkan, tapi dengan Bunda berpikir bahwa ini adalah cara tubuh untuk mempersiapkan diri menjadi tempat terbaik bagi buah hati selama 9 bulan ke depan, semoga itu menjadi tidak terlalu menyebalkan lagi.
4. Sebagai orang tua, fase apa yang paling sulit ketika mendidik anak?
Sebagai orangtua, setiap fase memiliki kesulitannya tersendiri dalam mendidik anak. Tapi fase saat anak masih belum bisa berkomunikasi selain dengan tangis adalah fase yg membutuhkan kesabaran cukup besar. Membedakan tangisan anak juga butuh waktu yang tidak bisa saya sambi-sambi dengan hal lain. Ada waktunya dia menangis karena lapar, gendongan yang tidak nyaman , suhu yang tidak pas, tempat yang terlalu berisik, dan bahkan ada waktunya dia menangis hanya karena ingin menangis. Ini biasanya kesimpulan yang saya buat saat saya tidak bisa menafsirkan tangisnya.
5. Ceritakan proses menulis buku ini.
Proses penulisan buku ini kurang lebih dua sampai tiga bulan. Saya membagi fasenya menjadi 5 periode di mana tiap fasenya adalah perkembangan anak sejak ia masih di dalam kandungan hingga usianya 5 tahun. Kebetulan saya terbiasa mencatat setiap fase perkembangan buah hati mulai dari kemampuan motorik, kemampuan bicara dan juga perubahan-perubahan perilakunya. Saya juga sering mendokumentasikan pertanyaan-pertanyaan yang biasa ia lontarkan sejak ia mulai banyak bertanya dalam #celotehzahir di instagram. Catatan-catatan itu banyak membantu saya dalam proses penulisan buku ini selain tentu saja buku-buku parenting yang saya baca, seminar-seminar parenting yang saya hadiri, termasuk juga nasehat, masukan, cerita-cerita dari keluarga dan teman-teman saya.

DATA BUKU

Judul: Dear, Ayah dan Bunda

Penulis: Yenita Anggraini

Penyunting: Ayuniverse

Penerbit: Diva Press

Cetakan: Pertama, Desember 2017

Halaman: 256 Halaman

ISBN: 9786023914838

Blurb:

Dear, Ayah Bunda

Hari ini aku kesal sekali. Aku tahu kita akan pergi ke rumah nenek. Bunda sudah mengatakan itu sejak kemarin, tapi aku tadi sedang bermain, lalu Bunda tanpa bilang apa-apa langsung membereskan mainanku. Bunda harusnya bilang dulu kepadaku bahwa kita akan berangkat.

Seorang anak, meskipun masih kecil, ia tetaplah manusia yang memiliki perasaan. Dengan dalih melakukan yang tebaik–menurut orang tua, terkadang Ayah Bunda justru mengabaikan perasaannya. Padahal perasaan diabaikan akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya ke depan.

Nah, buku ini hadir untuk menemani Ayah Bunda mendampingi tumbuh kembang buah hati sejak ia masih dalam kandungan hingga usia lima tahun. Setiap bagian dibuka oleh narasi dengan sudut pandang anak, sehingga Ayah Bunda seolah diajak membaca curahan hati si kecil.

Berkomunikasi dengan bayi, menghadapi anak tantrum, mengajarinya berbagi, saat anak mengadu, dan lain-lain, dibahas di buku ini. Dengan perspektif baru, Ayah Bunda akan lebih peka terhadap apa yang dirasakan oleh buah hati.

Selamat membaca!

REVIEW BUKU

Awalnya saya mengira bakalan butuh waktu lama untuk menghabiskan buku nonfiksi ini. Maklum, buku jenis nonfiksi bukan tipe bacaan favorit saya. Nyatanya, saya betaaaah sekali membacanya bahkan sampai rela bergadang.

Saya tipe pembaca yang membaca seluruh bagian buku, termasuk kata pengantar. Surprise, pengantar penulis ternyata jadi salah satu part favorit saya. Terus terang, pengantarnya touchy :’) Di luar bahwa saya mengenal sosok Yenita, setelah membaca pengatarnya saya merasa penulis adalah seseorang yang dengan tangan terbuka ingin menjadi sahabat pembaca yang tulus.

Cover buku ‘Dear, Ayah dan Bunda’ ini berwarna-warni dengan ornamen gambar-gambar yang mencirikan isinya. Cover-nya cukup menarik perhatian ^^ Blurb bukunya mencerminkan isinya, jadi pembaca enggak akan misleading.

Dari yang saya tangkap, buku ini berisi tentang proses belajar memahami anak bahkan sejak buah hati masih dalam kandungan. Isinya detail sekali dari mulai periode kehamilan sampai usia anak 5 tahun. Setiap bab dibuka dengan dari sudut pandang anak yang menceritakan perasaannya. Pembaca diajak menyelami dulu respon anak pada setiap fase hidupnya. Seringkali tulisan POV anak berupa diary itu menyentuh saya.

Dear, Ayah Bunda

Maafkan aku ya, jika beberapa minggu ke depan atau malah selama kehamilan akan menjadi hari yang berat untukmu.

–Halaman 14.

 

Disampaikan dengan kata-kata yang mudah dimengerti dan renyah, buku ini dilengkapi tips-tips yang sangat bermanfaat. Misalnya tips asupan makanan untuk masa kehamilan, bagaimana cara mengelola stres, posisi menyusi yang nyaman bagi anak dan ibu, dan masih banyak lagi.

Pembaca ‘Dear, Ayah dan Bunda’ dibekali banyak pengetahuan biologis sampai psikologis. Misalnya mengenai perubahan tubuh di masa kehamilan, perubahan hormon ibu, manfaat inisiasi menyusui dini, makanan pendamping ASI, cara menstimulasi perkembangan anak, sampai bagaimana menjalin kedekatan antara orang tua dan anak.  Jangan khawatir mati kebosanan saat mebacanya, karena pengetahuan itu ditebar sedikit-sedikit sesuai fase tumbuh kembang anak. Pembaca tidak dijejali berbagai informasi sekaligus. Lagipula tata bahasa penulis yang seakan menjadi ‘sahabat’ pembaca membuat buku ini justru sangat menyenangkan dibaca.

Buku ini memberi saya kesan betapa menyenangkannya menjadi orang tua dengan segala dinamikanya. Bahwa segala tantangan bisa diselesaikan dan dilalui bersama. Benar-benar diajak menjadi orang tua bahagia, bukan pasangan yang terpaksa menjadi orang tua. Penyampaiannya jauh dari kesan menggurui. Penulis begitu mengerti psikologis pembacanya. Saya seperti sedang melakukan konsultasi privat dengan seseorang yang sangat ‘memahami’ keadaan saya. Saya dan anak seperti sedang mencurahkan perasaan tanpa harus berkata apa-apa. Sampai-sampai beberapa kali meneteskan air mata membacanya. Saya jatuh cinta pada cara penulis memaparkan materinya.

Buku ini bukan hanya saya rekomendasikan bagi pasangan yang bersiap menjadi orang tua atau pasangan yang telah memiliki anak usia 0-5 tahun, tapi bagi semua orang tua. Nyata, meski anak saya telah berusia 8 tahun lebih, buku ini tetap sangat related buat saya. Bahkan memberi motivasi untuk terus berusaha menjadi orang tua yang baik.

Rating 5 dari 5 bintang.

Giveaway Time

Ada satu buku ‘Dear, Ayah dan Bunda’ untuk pemenang beruntung. Cara ikutannya gampang kok:

1. Like Fanpage Diva Press

2. Follow akun Instagram @penerbitdivapress dan @eva.srirahayu

3. Bagikan info giveaway ini dengan tagar #DearAyahBunda di Insta story-mu dengan  mention akun saya dan Diva Press

4. Pastikan alamatmu di Indonesia.

5. Jawab pertanyaan saya di kolom komentar dengan menyertakan akun Instagram kamu.

Kamu kepengin jadi orang tua seperti apa?

6. Jawaban ditunggu sampai tanggal 31 Desember 2017.

7. Pemenang diumumkan tanggal 1 Januari 2018.

Ditunggu partisipasinya ^^

[Blog Tour] Review + Giveaway Novel My Fortune Is You: Terbukanya Rahasia

My Fortune Is You merupakan novel bagian kedua dari trilogi “Searching My Husband” namun bisa dibaca secara terpisah.  Jadi enggak usah khawatir kalau langsung baca dari novel keduanya.

DATA BUKU

Judul: My Fortune Is You

Penulis: Octya Celline

Penyunting: Octya Celline

Penerbit: LovRinz Publishing

Cetakan: Pertama, Januari 2017

Halaman: viii + 414 Halaman

ISBN: 9786026526441

Blurb:

WANTED

“Mencari pacar untuk mamaku yang cantik Kalo bisa yang pirang. boleh pacaran sama mama sampai punya dede terus harus Putus soalnya nanti Papa marah! Mau? Hubungi Sun di TK masa depan Gemilang tanya saja Bu Nancy nanti di anterin ketemu Sun. Makasih. Hadiah 1 bungkus permen dan coklat.”

Refan membaca tulisan itu dan tanpa sadar tertawa sendiri karena mengingat iklan yang dulu pernah dipajang Sisilia di koran, kemudian tawanya sirna saat sebuah suara menyapanya.

“Om belminat jadi pacal mamaku?”

Dia menunduk dan melihat sepasang anak kembar yang tengah menatapnya serius.

“Tadi kamu ngomong apa?”

“Om baca postelku, belminat jadi pacal mamaku”

“Hah?”

REVIEW BUKU

My Fortune Is You terbagi menjadi dua kisah utama. Cerita pertama tentang Sisilia dan Refan, lalu kisah kedua tentang Airin dan Rio. Kedua cerita itu memiliki benang merah karena mereka satu sama lain saling mengenal. Menariknya keempat tokoh utamanya diceritakan pula dalam bentuk dongeng fabel dengan sebutan bunglon, kancil, merpati, dan merak. Setiap perumpaan memiliki arti sesuai dengan karakter tokoh-tokohnya.

Saya mau komentari cover-nya dulu. Seperti buku pertamanya, novel kedua ini juga punya cover yang cantik. Saya memang selalu suka tipe gambar seperti itu ^^ Full color, gambarnya penuh, tapi menarik.

Lalu tentang ceritanya. Kisah bergerak dari keterpurukan Refan kehilangan Sisilia. Bagaimana dia berjuang untuk menerima kehilangan. Bab selanjutnya cerita berganti ke sudut pandang Airin. Terus begitu tiap bab bergantian. Meskipun kadang ada satu bab yang terselip juga kisah Refannya. Tapi enggak membingungkan karena dikasih keterangan nama dulu sebelum cerita dilanjutkan. Konflik di novel pertama banyak yang dibiarkan menggantung karena akan dijawab di buku kedua ini. Menurut saya konfliknya makin tajam dan menarik.

Kalau di buku pertama saya kurang begitu suka membaca bagian Airin, justru di novel ini sebaliknya. Saya lebih menikmati bagian kisah Airin dan Rio. Karena konfliknya pun enggak sejelimet kisah Refan dan Sisilia. Sub konflik MFIY memang banyak, tapi semuanya terselesaikan dan terjawab kok. Kisah cinta keempatnya mendebarkan dan romantis, seperti serial drama Korea. Namun, seperti novel Searching My Husband, MFIY pun banyak yang logikanya luput. Tapi kalau kita enggak memikirkan soal logika cerita, novel ini seru dan menghibur. Bahkan ada bagian-bagian yang cukup mengharukan.  Lupakan juga typo yang masih bertebaran karena akan capek sendiri mengeceknya.

Seperti yang pernah saya bilang di review novel SMH, tokoh-tokohnya memiliki karakter yang cukup kuat. Dalam MFIY pun ada perkembangan karakter. Yang paling menonjol di tokoh Airin dan Sisilia. Kelihatan bagaimana banyak kejadian mengubah sikap dan pandangan mereka. Sayangnya karakter tokoh-tokoh anak-anak di novel ini kurang mencerminkan sifat dan sikap anak-anak. Mungkin dibuat seperti itu karena kebutuhan cerita. Karena kehadiran mereka menjadi penggerak penting dalam cerita.

Gaya bahasa Octya yang mengalir membuat novel ini enak diikuti. Banyak juga kata-kata quotable yang jleb. Pesan moralnya disampaikan secara halus dan mudah dicerna. Cukup lengkap sih, hiburannya dapet, pesannya juga dapet. Meskipun tebal, kadang saya merasa ada bagian yang terlalu cepat diceritakan. Seharusnya disampaikan dengan pengadegan tapi hanya diceritakan lewat narasi. Mungkin karena sudah terlalu tebal ya.

Saya rekomendasikan novel ini untuk kamu penyuka novel romantis.

Mungkin kamu juga akan jatuh, karena untuk mencapai mimpi dan citamu, tidak pernah semudah mengedipkan matamu. Akan ada hal-hal keras yang menghantamu. Tidak apa. Apa pun yang terjadi kamu hanya harus bangun dan berjalan lagi. Karena kalau kamu belum mati, berarti kamu masih baik-baik saja. Kamu masih bisa berjalan, berpikir, melihat, mendengar, dan banyak hal lainnya. Lihat kan? Kamu baik-baik saja. Kamu hanya jatuh. Melukaimu, tapi tidak membunuhmu.

Gunakan semua kekuatanmu untuk bangun dan berjalan lagi. Karena yang harus kamu lakukan untuk berbahagia hanya berjalan lagi. Selama kamu terus berjalan, pasti akan ada suatu titik dimana hatimu mengatakan, “Ini. Di sini penuh kebahagiaan.”

–Halaman 118-119

 

GIVEAWAY

Mau novel My Fortune Is You? Ikutan giveaway-nya yuk. Caranya:

1. Follow akun twitter @CeL___LiNe dan @evasrirahayu

2. Twit info giveaway ini dengan tagar #GAMFIY dan mention akun twitter saya dan Octya.

3. Jawab pertanyaan saya di kolom komentar dengan menyertakan akun twitter kamu.

Kalau pasanganmu membuat kesalahan fatal, apakah kamu akan menerimanya kembali? Alasannya?

4. Giveaway ini berlangsung dari tanggal 9 sampai 15 Juli 2017. Pemenang akan dipilih sendiri oleh penulisnya dan diumumkan tanggal 16 Juli jam 8 malam di akun twitter saya @evasrirahayu

5. Giveaway ini hanya boleh diikuti oleh kamu yang sudah berumur 17 tahun ke atas.

Ditunggu partisipasinya ya ^_^

 

[Blog Tour] Review + Giveaway Novel Carlos: Persahabatan Lintas Perbedaan

img_20170221_232414

Kisah persahabatan antara manusia dengan hewan ini menarik perhatian saya, karena saya sendiri mengalaminya. Bersahabat dengan kucing. Yang menggelitik kemudian adalah bagaimana penulis mengeksekusinya.

Sebelum membahas lebih jauh tentang novel Carlos, mari kita kupas dulu tentang penulisnya.

erin-cipta

Kenalan Dengan Erin Cipta

Erin Cipta, ibu dua anak gadis kelahiran Cilacap, 16 April 1979. Tinggal di desa, bertani, dan mengelola perpustakaan umum di lingkungannya.  Kesehariannya mengurus anak dan kucing-kucing piaraan sambil menulis. Hindarilah memintanya bernyanyi, demi kesehatan telinga Anda. Namun jangan sungkan untuk minta dibuatkan mendoan  dan teh sereh jika Anda berkunjung ke rumahnya. Dengan senang hati ia kan membuatkannya.

Alumni Kampus Fiksi ankatan 14 ini kadang menulis untuk media massa, baik di Indonesia maupun di Taiwan. Tentu pula, lebih sering di sosial media. Jika sedang sangat santai, ia akan menulis di storial.co dan blognya.

Bisa dikunjungi di Desa Karangjati, Kec. Sampang, Kab. Cilacap. Atau melalui akun media sosial yang dimilikinya. FB: Erin Cipta, Twitter: @erin_cipta, IG: @erincipta, dan Email: erincipta@gmail.com.

Mengenal Lebih Jauh Erin Cipta Di Sesi Wawancara

Seperti biasa, saya selalu kepengin nanya-nanya sama penulis novel yang saya review bukunya. Berikut wawancaranya:

  1.  Selama proses menulis Carlos, apakah ada kesulitan yang sempat membuat ingin menyerah?
Ketika mencoba menambah jumlah halaman agar memenuhi kouta minimal yang disyaratkan penerbit, aku tak pernah berhasil dengan baik. Dari 3x percobaan, 3x pula naskah ditolak karena jelek sekali. Cerita melebar dan lepas dari rel.
Naskah baru diterima justru ketika kembali ke awal yang hanya berjumlah 102 halaman saja. Itulah mengapa novel ini jadinya tipis sekali

Mau novel Carlos bertanda tangan Mbak Erin Cipta dari Penerbit Diva Press? Mau dong ngikutin kisah sahabat sejati Ye Feng dan anjingnya yang bernama Carlos yang menggetarkan hati.

2. Apa impian Mbak Erin dalam dunia penulisan?

Aku ingin melihat buku yang kutulis diterjemahkan dalam bahasa asing

3. Ceritakan pengalaman pahit dan paling luar biasa sebagai penulis.

Pengalaman menulisku selalu menyenangkan. Bahkan ketika ditolak atau dikritik pedas pun, aku masih bisa bersenang-senang 😀

carlos

Data Buku

Judul : Carlos

Penulis : Erin Cipta

Penerbit : Diva Press

Tebal : 152 Halaman

Editor : Gunawan Tri Atmojo

ISBN : 9786023913664

Blurb :

CARLOS adalah anjing ras Akita yang diadopsi oleh Ye Feng semenjak masih bayi. Anjing itu bukan sekadar hewan piaraan di rumah ini. Ia adalah anggota keluarga. Sejak tiga belas tahun yang lalu Carlos menemani Ye Feng tumbuh dan melalui hari-harinya. Kedekatan Ye Feng dengan anjingnya melebihi kedekatannya dengan anggota keluarga yang lain. Mereka adalah sepasang sahabat baik yang saling tergantung. Cinta melampaui segala sekat antar keduanya.

Anda bayangkan!

Maka sungguh tak masuk di akal bila disuatu hari, dalam papah dan lelahnya, ada anggota keluarga yang mengusulkan supaya Carlos dieuthanasia. Sungguh kejam, jahat –seperti tidak muncul dari lidah manusia yang disebut-sebut menyimpan hati!

Cerita anjing ini bukan sekadar novel tentang kehidupan seekor anjing, tetapi adalah kehidupan itu sesungguhnya. Sebuah cinta, sebuah hubungan batin tak tepermanai, sebuah keagungan yang denyar-denyarnya sungguh mengharukan dan mengguncang jiwa manusia-manusia yang masih merawat kelembutan hatinya.
Bacalah, tahanlah air mata Anda bila mampu!

Review Buku

Tak salah jika dibilang novel Carlos memiliki gaya penceritaan yang sederhana. Namun bukan dalam artian tak memiliki kosakata yang kaya. Erin Cipta menceritakan kisah Carlos dengan lugu, apa adanya, tapi sarat emosi. Begitu memasuki halaman pertama, pembaca belum disuguhkan konflik, tapi bangunan suasana yang langsung menghangatkan hati. Sebagai pembaca, saya langsung dapat merasakan ikatan kuat antara Ye Feng dan anjingnya yang bernama Carlos.

Ia punya cinta yang sangat besar pada sahabat anjingnya. Cinta yang membuatnya mampu menerobos batas-batas kemampuan diri. Cinta yang membuatnya mampu melakukan hal-hal yang tak terbayangkan. –Halaman 58

Novel ber-cover yang juga menarik oleh kesederhanaannya ini, dibangun oleh banyak sekali narasi. Sehingga dialog yang tercipta, meski tanpa tambahan keterangan bagaimana si tokohnya berekspresi, ditulis dengan kuat dan terbayang jelas di benak pembaca. Bagi pencinta narasi seperti saya, menyenangkan sekali membacanya, tapi untuk yang lebih menyukai banyak dialog pun, novel ini tidak membuat lelah.

Carlos tipe buku yang lebih banyak menceritakan kisah lewat teknik tell, bukan menggambarkan kejadian. Namun saya dibuat terkejut karena itu bukan ganjalan sama sekali, meskipun kebanyakan kejadian hanya diceritakan saja, saya merasa itu pas-pas saja.  Meski memang ada adegan yang berpotensi menyumbangkan dramitasi lebih jika didetailkan dalam satu kejadian.

Perselisihan mereka bukan untuk perkara yang membuat hati masing-masing terkoyak. Betapa pun beberapa kali mereka tak saling sepakat pada satu hal namun ikatan cinta mereka sudah terlalu kuat untuk memupuk rindu. –Halaman 75

Penokohan dalam novel ini dijelaskan cukup terperinci, termasuk bagaimana fisik anjing Carlos. Terkadang penjelasannya padat dalam beberapa paragraf, lain waktu ditebar ke dalam beberapa bagian. Hubungan emosi antar tokohnya pun terasa kuat. Pembaca dapat merasakan seperti apa kedekatan Ye Feng dengan Carlos, dan bagaimana hubungannya dengan setiap anggota keluarganya. Begitu pula dengan latar tempat kejadian, lewat tugas A Ling, pembantu rumah tangga mereka, pembaca diajak mengenal sudut-sudut rumah. Suasana kejadian pun seringkali diceritakan melalui penalaran panca indera A Ling. Atau dari rasa takutnya pada badai Soudelor, pembaca diberi pengetahuan bagaimana keadaan di Taiwan  sana, mulai dari kerusakan hingga reaksi warga. Kemunculan A Ling ini sempat mendominasi di beberapa bab, tapi saya tak merasa sedikit pun tokoh ini mencuri adegan alias mengambil alih posisi tokoh utama.

Carlos dikisahkan dengan jalinan kata yang baik. Rapi secara penulisan, enak dibaca, dan untaian kata yang bagus. Meski masih ditemukan beberapa kali penjelasan yang berulang. Antara bermaksud memberi ‘penegasan’ atau luput dari editan. Namun yang pasti, kalimat-kalimatnya menyihir karena terasa ber-roh sehingga sampai ke hati pembaca. Saya memang menemukan kata yang typo di beberapa bagian, yaitu kata-kata yang seharusnya dipisah spasi, tapi jadinya berdempetan. Namun tidak mengurangi keasyikan membaca.

Nada lagunya tak teratur,, syairnya pun terbata-bata. Namun sangat jelas terasa itu adalah senandung dari kedalaman hatinya yang paling pingit. Senandung tulus seorang pencinta. –Halaman 81

Konflik dalam novel Carlos, tidak hanya berkutat antara persahabatan Carlos dan Ye Feng, ada pula konflik kuat antara orangtua Ye Feng dalam membesarkannya. Carlos memang bukan novel yang menyampaikan konfliknya dengan ambisius. Konflik tidak disajikan dengan runcing, tapi halus namun mengena. Terus terang novel Carlos berhasil membuat saya menangis sesenggukan. Mulai dari pertengahan hingga akhir. Emosi saya diaduk-aduk, dibawa naik turun. Saya dapat merasakan ketulusan dari cinta lintas perbedaan. Cinta yang memupus keterbatasan, dan membuat percaya cinta memang penuh keajaiban. Seperti juga konfliknya yang halus, penyampaian pesan moralnya pun tersampaikan tanpa membuat pembaca digurui. Dan novel ini memberikan saya pengetahuan tentang anjing.

Saya rekomendasikan novel ini bagi kamu pecinta novel bertema persahabatan dan keluarga. 4 dari 5 bintang untuk novel ini.

picsart_02-06-01-29-43

Giveaway Time

Cara ikutannya gampang kok:

1. Follow akun twitter @erin_cipta dan @evasrirahayu

2. Twit info giveaway ini dengan tagar #GACarlos dan mention akun twitter saya dan Mbak Erin.

3. Jawab pertanyaan saya di kolom komentar dengan menyertakan akun twitter dan goodreads kamu.

Ceritakan kisahmu yang paling berkesan dengan binatang peliharaanmu

4. Giveaway ini berlangsung dari tanggal sampai 22– 28 Februari 2017. Pemenang akan dipilih sendiri oleh penulisnya dan diumumkan tanggal 1 Maret jam 8 malam di akun twitter saya @evasrirahayu

5. Ada satu novel Carlos bertanda tangan penulis sebagai hadiah

Ditunggu partisipasinya 😀

 

[Blogtour] Review + Giveaway Novel Unfotgettable Chemistry: Melupakan Chemistry

picsart_12-01-12-13-12

Untuk saya yang menyukai hal-hal romantis semacam sengatan listrik pada sentuhan dengan seseorang spesial, atau gelenyar halus di dada, chemistry dalam kisah cinta selalu membuat saya penasaran. Termasuk kisah novel Unforgettable Chemistry ini.

Sebelum menguliti karyanya, kita kenalan dulu sama penulisnya. (((Menguliti)))

Siapakah Mala Shantii?

fb_img_1479866056098

Mala Shantii lahir dan besar di Tulungagung, Jawa Timur. Hobi membaca sejak kecil, tapi tak pernah bermimpi jadi penulis. Unforgettable Chemistry adalah karya pertama yang diselesaikan di Wattpad dan diterbitkan oleh major publisher. Sebelumnya telah menerbitkan buku berjudul Rayya secara indie.

Saat ini menetap di kota kelahiran, penulis dapat dikontak melalui:

Facebook: Mala Shantii

Instagram: @malashantii

Wattpad: @malashantii

Sesi Kepoin Mala Shantii

1. Mengapa mengambil latar profesi dosen, padahal ceritanya menyerempet perselingkuhan? Bukannya jadi riskan.

Mengapa dosen? Karena menurut saya profesi ini menarik. Jadi saya memang tergelitik untuk menyajikan satu sisi dari profesi tersebut. Secara normatif memang pengajar atau dosen, diharapkan memiliki standar moral dan integritas yang lebih tinggi. Nah, di sini saya hanya ingin mengungkap sisi manusiawinya. Bahwa pada titik tertentu, moralitas seorang dosen sekalipun, bisa saja tergelincir jatuh ke titik paling nadir.

2. Ceritakan proses berdarah-darahnya menulis novel ini. Termasuk riset dan lainnya.

Proses penulisannya termasuk lancar sih, cukup cepat juga menyelesaikannya. Kendala yang berarti hampir nggak ada. Untuk masalah riset, nggak terlalu banyak kesulitan. Karena kebetulan saya pribadi lumayan bersinggungan dengan latar belakang tokoh-tokohnya.

3. Novel ini kan sempat diposting di Wattpad. Komentar paling jleb atau paling berkesan apa dari pembaca di sana?

Komentar paling jleb?
Apaaa ya?
Saya nggak terlalu ingat sih, karena pembaca saya di Wattpad itu suka sadis-sadis komentarnya heheee. Dan, yang paling sering itu mereka suka memaki-maki heroinnya. Buat saya yang selalu menganggap hero/heroin ciptaan saya sebagai anak, yaaaa pasti jlebbbb lah kalau anak-anaknya dimaki-maki heheee.
Tapi, ada juga pembaca yang suka bikin komentar panjaaaannngggg gitu. Kadang ada yang hampir sepanjang bab itu sendiri hahahaha. Isinya analisa dia atas plot dan karakter cerita. Ini yang saya suka. Moodbooster paling ampuh untuk melanjutkan tulisan.

cover-mala

Data Buku

Judul : Unforgettable Chemistry
Penulis : Mala Shantii
Penyunting : M.L Anindya Larasati
Penerbit : Elex Media Komputindo
Cetakan : Pertama, Oktober 2016
Halaman : 336 hlm
ISBN : 978-602-02-9467-4

Blurb:

Cinta.
Jadi, bagaimana sebenarnya perasaannya pada Frans?
Ia sendiri tak tahu. Karena alasan mereka menikah, bukanlah semata karena cinta.

Anna dan Frans–sepasang suami istri yang hidup terpisah antara Bandung – Surabaya–berjuang untuk menata kehidupan rumah tangganya sebaik mungkin meskipun terpisah oleh jarak. Apalagi, alasan mereka menikah bukan karena cinta.
Namun tanpa disangka, masa lalu keduanya kembali membayangi bahtera pernikahan mereka. Sanggupkah mereka mempertahankan satu sama lain, atau justru berusaha mendapatkan mereka yang tak pernah terlupakan?

Review Buku

Membaca novel ini saya dibuat terkejut beberapa kali. Ini bukan perihal twist, tapi pembahasannya. Saya memang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama sama gambar sampulnya yang cantik sekali. Tipe sampul lukisan yang membuat saya merasa terlempar ke dalamnya. Namun membaca blurb-nya, saya berpikir, sepertinya ini kisah cinta yang akan menjadikan profesi tokoh-tokohnya hanya tempelan. Seperti menceritakan direktur perusahaan A, tapi enggak dijelaskan rinci seperti apa detail pekerjaannya, hanya menyebutkan seputar meeting dengan klien dan lembur. Sudah. Saya salah besar. Unforgettable Chemistry menjelaskan dengan baik pekerjaan para tokoh utamanya. Frans sebagai dokter bedah, dan Anna yang dosen. Saya cukup kagum bagaimana Mala menjelaskan pekerjaan mereka dan banyak istilah-istilahnya dengan baik. Ditebar sepanjang cerita tanpa mengganggu jalinan kisah, atau memaksakan pengetahuan itu sebagai gagah-gagahan penulis. Memang sih tidak ada adegan pembedahan, tapi itu tak mengurangi kekaguman saya pada pengetahuan yang diterima sebagai pembaca. Karena detail-detail itulah saya berasumsi Mala melakukan riset yang berdarah-darah, ternyata menurut pengakuannya, tidak begitu. Berarti penulis memang menguasai latar profesi yang diangkatnya.

Kalau kamu nggak bisa masak, itu bukan sesuatu yang perlu dibesar-besarkan. Walaupun aku kadang juga pengen … yah … up-grade sedikit lah skill-mu. Paling enggak, kamu harusnya sudah tahu, berapa takaran garam yang pas dalam satu porsi makanan. –Halaman 6

Keterkejutan kedua adalah kerapihan penulisannya. Sebagai penulis yang mengaku tidak terpikir akan menjadi penulis, (yang sok tahunya saya) mungkin awalnya novel ini ditulis tanpa beban, karya Mala ini saya nilai baik. Penulis bisa menggambarkan fisik para tokohnya, begitu pula dengan latar tempatnya. Pembaca bisa membayangkan apa yang ditulis di sana dengan panduan deksripsi Mala, tanpa harus mereka-reka sendiri seperti apa tokoh dan tempat kejadian. Meskipun untuk latar tempat dan waktu tak begitu terperinci, tapi cukup membeberkan keadaan. Kemudian, editannya juga cukup rapi. Hanya beberapa saja typo-nya. Saya melihat kerja harmoni antara penulis dan editor dalam menghasilkan karya ini.

Yang membuatnya resah adalah, apa yang akan dihadapinya setelah beribu mil dia tinggalkan tempatnya berpijak kini. Tempat yang telah membentengi perasaanya dengan keamanan multi-lapis, pada sesuatu yang paling memiliki kekuatan untuk memberi serangan menyakitkan pada hatinya. –Halaman 20

Dari segi pemilihan kata. Mala jelas memiliki perbendaharaan yang baik. Mala pun seringkali memakai rumus rima kata dalam paragraf-paragrafnya. Kalimat-kalimat di dalamnya menjadi paduan antara puitis dan lugas yang muncul di saat-saat yang tepat. Apalagi ditambah istilah-istilah kedokteran yang jelimet. Namun seperti saya bilang tadi, informasi kesehatan yang bertebaran disampaikan menjadi bagian cerita sehingga pembaca tak merasa dijejali badai pengetahuan yang bikin pusing.

Setahunya rasa cemburu adalah manifestasi paling nyata dari rasa memiliki, rasa cinta yang dimiliki seseorang. –Halaman 317

Memang, dialog-dialognya memakai bahasa kaku, tetapi menilik profesi tokohnya, terasa wajar saja. Kadang muncul pula dialog ‘nakal’ dan santai. Cukup menghidupkan dan mengokohkan karakter para tokohnya. Saya juga melihat, para tokoh Unforgettable Chemistry konstan dari awal sampai akhir, tidak ada ketidakkonsistenan. Kalaupun ada perubahan berupa letupan-letupan, itu pun jelas pemicunya, sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai tidak konsisten.

Rumah adalah tempat mengisi ulang semangat dan daya hidup untuk menjalani hari-hari selanjutnya. –Halaman 98

Saya senang sekali novel ini karakternya tidak hitam putih. Manusiawi saja. Meskipun dari segi fisik sempurna semua. Tapi sifat-sifatnya bukan manusia super. Apalagi tokoh wanita dan pria antagonisnya sama sekali tidak digambarkan menyebalkan ataupun bitchy. Pembaca digiring bersimpati pada tokoh utamanya bukan karena antagonisnya penjahat kelas rendahan. Ini sungguh melegakan. Bisa dibilang saya menyukai semua tokohnya, bersimpati pada mereka, dan juga peduli mengikuti nasib mereka sampai akhir. Chemistry para tokohnya cukup tergambar baik.

Dokter itu diam-diam memperhatikan pula keseluruhan penampilan pasiennya. Dan berkesimpulan bahwa pasiennya ini mungkin termasuk dalam golongan wanita berpendidikan dengan tingkat ekonomi yang baik. Tapi dokter itu tahu, bahkan para wanita dari golongan itu pun sering kali cenderung menutupi dan tak ingin diketahui orang lain manakala mendapatkan pelecehan ataupun kekerasan seksual. –Halaman 171

Kisah Unforgettable Chemistry yang mengangkat tema cinta masa lalu dan perselingkuhan memang berpotensi membuat pembaca sebal. Mala cukup berani mengangkat tema tersebut apalagi mengingat latar profesi tokoh utamanya yang dosen dan dokter. Namun bagaimana Mala memilin jalinan ceritanya justru membuat topik ini tak mengganggu, setidaknya buat saya. Memang, untuk saya letupannya agak kurang menyentak. Plotnya kadang agak lambat. Dan saya mengharap ledakan yang lebih menggelegar dari konflik-konflik itu. Tapi di tiap akhir bab, Mala berusaha meninggalkan berbagai pertanyaan, berbagai kemungkinan, dan mengakhiri dengan tepat sehingga membuat penasaran. Novel romantis ini tak hanya bicara cinta, tapi juga realita, dan dibungkus pula sub konflik yang lumayan kaya. Seperti kekerasan dalam rumah tangga. Ending kisahnya pun realistis. Melupakan chemistry tak mudah dan bisa jadi tak mungkin, tapi bagaimana memuarakan chemistry, itu adalah pilihan.

3 Bintang untuk novel ini.

picsart_11-21-11-42-11

Giveaway

Mau novel Unforgettable Chemistry? Ikutan giveaway-nya yuk. Caranya:

1. Follow akun twitter @malashantii dan @evasrirahayu

2. Twit info giveaway ini dengan tagar #GAChemistry dan mention akun twitter saya dan Mala.

3. Jawab pertanyaan saya di kolom komentar dengan menyertakan akun twitter dan goodreads kamu.

Pernah merasakan chemistry yang sangat kuat dengan seseorang? Ceritakan pengalamanmu.

4. Giveaway ini berlangsung dari tanggal sampai 23 – 29 November 2016. Pemenang akan dipilih sendiri oleh penulisnya dan diumumkan tanggal 30 November jam 8 malam di akun twitter saya @evasrirahayu

5. Ada satu novel Unforgettable Chemistry bertanda tangan penulis sebagai hadiah

Ditunggu partisipasinya 😀

[Blog Tour] Review + Giveaway Novel Beat Of The Second Chance: Read And Feel The Beat

picsart_11-02-03-45-35

Cover novel Beat Of The Second Chance (diambil di studio mini artisticinside)

Bicara tentang kesempatan, kadang kala ada yang tak percaya bahwa kesempatan kedua benar-benar bisa datang dalam kehidupan. Seperti judulnya, Beat of the Second Chance membahas tentang kesempatan kedua, bukan serupa keajaiban, tetapi diraih secara sadar. Novel ini bukan menjual mimpi kosong, tapi dikemas dengan mengkombinasikannya realitas.

Seperti biasa dalam postingan blog tour, sebelum membahas novel dari pembacaan saya, kita kenalan dulu dengan penulisnya.

Siapa Zachira Indah?

img-20160416-wa0034

Zachira Indah mengaku sebagai perempuan introvert kelahiran Tegal yang sangat cuek dengan banyak hal. Tapi seriusannya, bagi orang yang sudah mengenalnya, Zachira ini punya karakter yang pedulian, ramah, dan enggak keberatan berbagi ilmu. Ibu dari dua malaikat unyu, penggila Game of Throne dan pecinta makanan manis yang selalu gagal diet. Sedikit terobsesi dengan minuman cokelat panas.

Ini list novelnya yang sudah terbit, Diamond Sky In Edinburgh (Diva Press), Kimi no Hitomi ni Hikari (Grasindo), The Wedding Storm (Grasindo), Dearest (Grasindo), Homeless (Grasindo), Beat of Second Chance (Grasindo).

Zachira bisa dihubungi melalui akun twitter @zachira, IG @zachira.indah dan email zachira.indah@gmail.com. Sekadar kenalan atau curhat akan ditanggapi dengan senang hati.

Sesi Kepoin Zachira Indah

1. Novel Beat of the Second Chance berlatar musik yang kuat, bagaimana riset Zachira untuk menghidupkan musik di novel ini? Apa memang secara pribadi Zachira memang pernah terjun di dunia musik?

Secara pengalaman, saya memang pernah bersentuhan dengan alat musik drum, sejak SMP hingga kuliah. Karenanya selain alasan personal, menurut saya memainkan drum itu menyenangkan. Begitu pula dengan menuliskannya sebagai sebuah novel.

Bedanya, saya dulu belajar drum hanya otodidak dan nggak menerima teori-teori bahkan nggak bisa baca not drum. Baru saat riset saya pelajari sedikit-sedikit, karena kemudahan akses informasi, membaca not balok (drum khususnya) bukan hal yang rumit. Thanks to youtube, majalah musik, dan situs online drummer lesson, membuat saya sangat enjoy menggabungkan pengalaman pribadi dan riset ke dalam sebuah tulisan. Oh ya, saya bahkan sampai menyewa studio sendiri untuk benar-benar merasakan atmosfer duduk di belakang drumset dan mengayunkan stik drum. Selain untuk nostalgia, juga untuk kepentingan riset di mana saya mencoba bermacam variasi drum fills. Hehe… Seru pokoknya.

2. Kenapa memilih membahas drum?

Karena drum itu menyenangkan. Preferensi musik yang saya sukai memang dekat dengan genre musik rock, alternatif, pop rock, slow rock, hip metal dan segala hal yang berbau gebukan drum yang atraktif. Secara otomatis, dari alat musik dan genre itu sendiri sudah mengesankan dekat dengan kehidupan anak muda khususnya generasi modern musik. Jadi temanya pun otomatis menyesuaikan.

Selain itu, ini untuk membedakan tema dan tone cerita dari novel saya sebelumnya. Kebetulan di novel Diamond Sky in Edinburgh saya mengambil setting musik klasik pula dengan piano dan celo sebagai instrumennya. Singkatnya, untuk memberikan variasi pada pembaca. Alasan lain, karena saya sendiri pun jarang menemukan novel bertema tentang drum sebagai alat musik.

3. Ceritakan pengalaman luar biasa di dunia menulis.

Pertanyaan berat nih… Hehe karena saat ini saya masih merasa nggak tenar-tenar amat di kalangan pembaca. Dari dulu penyakit kronis saya ada di rasa minder dan kurang pede yang kadang suka kumat dikombinasikan dengan sifat introvert bawaan. Tapi ada satu wadah yang lumayan ‘menyelamatkan’ penyakit kronis itu biar ga jadi parah-parah bingit gitu.

Saya bergabung dalam komunitas kampus fiksi dan mendapatkan apresiasi pada satu cerpen lama di dalam acara kampus fiksi itu (yang menjadi cikal bakal novel Diamond Sky in Edinburgh). Mungkin ini kedengaran biasa, tapi Pak Edi yang menjadi CEO penerbit yang membentuk wadah kampus fiksi itu–yang hari itu bertindak sebagai pembedah–memberikan apresiasi yang tinggi untuk cerita yang waktu itu saya anggap biasa-biasa saja. Saya terharu, dan merasa diri sendiri yang saat itu semangat nulisnya lagi tiarap karena kesibukan kerja mendadak punya rasa percaya diri. Dan dari sanalah semua berawal akhirnya saya konsisten terus menulis.

Ditambah pula,  sejak itu saya jadi pede ikut lomba, thanks untuk komunitas KF yang juga jadi kompor penyemangat hingga sekarang. Ditambah tahun kemarin dan beberapa waktu lalu saya menjadi pemenang kedua di satu lomba penulisan novel berhadiah trip ke Korea dan menjadi pemenang kedua juga di lomba penulisan novel Young Adult. Hanya pemenang kedua tapi itu sesuatu banget untuk penulis minderan kayak saya….

Beuuuh, total banget ya risetnya, sampai nyewa studio segala 😀

img_20161101_154338
Data Buku

Judul : Beat of the Second Chance
Penulis : Zachira Indah
Penyunting : Cicilia Prima
Penerbit : Grasindo
Cetakan : Pertama, September 2016
Halaman : vi + 250 hlm
ISBN : 978-602-375-6896

Blurb:

Galang, mantan drummer Three Notes sebuah band terkenal terpaksa berhenti dari dunia musik karena kehilangan satu kakinya dalam kecelakaan. Dunianya kini adalah pertaruhan untuk survive dalam hidup dan pekerjaan yang tidak mengizinkannya, memiliki kesempatan karena statusnya kini adalah ‘orang cacat’.

Di satu sisi, Nessa dokter muda yang di ambang kesuksesan karena mewarisi rumah sakit keluarga di Melbourne mulai ragu dengan keputusannya. Pertemuannya dengan Galang membangkitkan mimpi lama tentang menjadi drummer saat dirinya masih mengidolakan laki-laki itu.

Dulu, mereka tidak percaya lagi pada mimpi.
Dulu mereka menyerah dengan keadaan.
Tapi sebuah pertemuan memercikkan harapan keduanya untuk membalikkan keadaan.
Yang mereka butuhkan hanya kesempatan.
Sebuah kesempatan kedua.

 Review Buku
Novel berjudul seksi “Beat of the Second Chance” merupakan novel music series terbitan Grasindo, menceritakan tentang Nessa yang punya kebiasaan meninggalkan semua hobinya sebelum melewati waktu tiga bulan. Sebagai kutu loncat, dia selalu menemukan ketertarikan pada banyak hal. Termasuk pada drum. Awalnya karena dia bertemu dengan Galang si drummer beken yang memberi Nessa stik sebagai hadiah. Sayangnya, tekadnya untuk bisa bermain drum ikut hancur saat Galang mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kakinya diamputasi. Selang dua tahun mereka bertemu lagi. Akankah Nessa menerima sosok Galang yang berubah total?
“Rim, lo tahu kan role model gue belajar main drum itu Galang sendiri? Gimana bisa dia terus jadi role model gue kalau ternyata sekarang dia udah nggak berhubungan dengan drum lagi karena kakinya diamputasi?” –Halaman 26
Karakter Nessa ini mengingatkan saya pada diri sendiri yang persis seperti Nessa. Saya pernah kepengin bisa nge-dance, pengin jadi penyiar radio, bahkan sampai kepengin juga bisa jadi drummer perempuan. Jadinya membaca novel ini saya serasa diajak bernostalgia pada masa SMA di mana saya pernah minta diajari main drum oleh sahabat saya. Waktu itu saya pun menyewa studio khusus buat belajar, tapi baru dua kali saja saya sudah menyerah karena ternyata menjadi drummer itu susah. Saya belajar nge-dance cuman satu kali pertemuan, dan hanya bertahan sebulan saja jadi penyiar radio XD
Let me guess. Kamu pasti masih SMA.”
Tanpa diduga, seorang pria yang tengah duduk di kursi bar di sampingku mengajak bicara. Aku sempat menengok kanan kiri, memastikan bahwa “anak SMA” yang dimaksudnya adalah aku. Sesaat aku berpikir, apa ini jenis rayuan terbaru yang sedang populer? –Halaman 39
Saya dan Nessa tentu saja dua pribadi yang berbeda, karena kalau saya punya alasan se-shalow itu untuk berhenti menekuni satu bidang, Nessa punya satu trauma yang membuatnya tanpa sadar jadi kutu loncat. Dan itu merupakan twist yang bikin saya tercengang. Rapi sekali Zachira menutupinya hingga tiba saat membuka di akhir tanpa menjadikannya twist yang maksa.
Aku tetap berjalan dan tidak memedulikan dua orang yang kuanggap hina karena telah memakai kata ‘cacat’ sebagai atribut untuk menghina orang lain. –Halaman 43
Penceritaan novel ini terbagi menjadi dua suara. POV Nessa dan sudut pandang Galang. Zachira berhasil membuat kedua suara itu punya bunyi yang berbeda. Suara Galang tetaplah maskulin meski ditulis oleh perempuan. Karakter keduanya tergambar jelas, bahkan hampir tak terasa intervensi pada masing-masing karakter. Selain kedua tokoh utamanya, semua tokoh di novel ini memang kuat dengan deskripsi yang ditebar lewat narasi dan dialog yang luwes. Tidak ada deh bagian yang menjejalkan deskripsi karakter hingga pembaca sesak karena menerima informasi yang bertubi-tubi. Karakter favorit saya jatuh pada Lola second lead female novel ini. Bukannya saya tidak simpati pada Nessa, tapi tokoh dengan kepolosan seperti dia kurang menarik di mata saya. Chemistry semua tokohnya terjalin sangat baik. Apalagi saat mereka berdialog. Dialog-dialog di novel ini sangat hidup, mengimbangi narasinya yang cantik dan rapi. Ada pun hal yang mengganggu saya adalah pemakaian kata “cacat” yang terlalu sering, tanpa diimbangi dengan pemilihan kata “difabel” yang lebih terhormat.
Berikutnya, semua orang seolah bersatu untuk mengejeknya dan mengucapkan “Huuu…!” yang panjang. Seolah mereka terkena penyakit yang sama. Krisis kemanusiaan. –Halaman 44
Pada mulanya, saya sulit mempertahankan kesadaran ketika membaca Beat of the Second Chance. Terus terang bab prolognya membuat saya mengantuk, dan akhirnya menyerah untuk membesokan saja ritual baca. Tentu saja hal ini tidak pernah terjadi pada pengalaman baca saya pada karya-karya Zachira sebelumnya. Padahal tema novel ini seksi banget: drum dan impian. Jangan salah sangka bahwa yang membuat perilaku anomali saya itu karena bab prolognya membosankan. Bab pembuka novel ini sesungguhnya sudah nendang dengan cuatan konflik yang tinggi. Setelah saya ingat-ingat, hal ini disebabkan oleh cara penulisan Zachira yang pada awalnya kurang luwes, padahal biasanya gaya bahasa penulis lancar mengalir menghanyutkan. Tapi Zachira ini memang penulis yang lihai, karena mulai bab selanjutnya sampai ending, saya dibuat terkesan dengan cerita dan teknik penulisannya yang kembali prima. Deskripsi tempatnya yang cukup detail pun sangat membantu menggambarkan suasana. Zachira memiliki kosakata yang kaya dan diksi menarik. Apalagi humor cerdas meski terkadang agak sarkasnya selalu berhasil membuat saya tertawa. Zachira ini memang selalu fresh dalam tiap karyanya.
Aku memutuskan belajar drum karena ingin jadi sepertimu, berharap kita bakal ketemu lagi saat aku udah cukup mahir untuk membuatmu menyadari bahwa kamu berhasil mengubah hidupku. –Halaman 62
Novel ini kaya akan konflik, didominasi oleh konflik realistis, meski tetep ada sentuhan melangit. Konflik keluarga, impian, beratnya berlatih musik, intrik band, dan tentu saja cinta. Dunia musik tidak digambarkan gemerlap dan menyilaukan, justru novel ini memperlihatkan masalah apa adanya yang terjadi di balik industri musik. Menariknya lagi, Zachira juga menyertakan strategi mengangkat popularitas dari berbagai hal. Hubungan, bumbu drama, hingga peranan media sosial. Bahwa untuk menjadi profesional, banyak hal harus dikorbankan. Butuh mental dan kecintaan besar untuk bertahan di industri musik. Ketika telah rasanya mencapai puncak pun rentang jatuh dalam sekejap. Di sinilah makin menariknya cerita, bagaimana proses meraih impian untuk ‘kedua’ kalinya.
Namun, dibandingkan kisah antara Galang dan Nessa di masa kini, saya paling menikmati bagian masa lalu Galang dengan band Three Notes serta cinta pertamanya. Saya selalu menunggu-nunggu flash back hidup Galang.  Saya beri dua jempol untuk kisah cintanya yang disampaikan dengan lembut, perlahan tapi kuat, dengan pengadegan yang tidak terasa klise. Dan ya, saya selalu ikut terbawa suasana. Dada ikut berdebar-debar, dan tanpa sadar wajah saya memerah. Konflik keluarganya pun memikat sekaligus membuat miris.
Porsi pembagian konflik besar yaitu impian, cinta, dan keluarga dalam novel ini terbagi dengan rata. Dan suprise-nya lagi, setiap konflik itu memiliki twist-nya masing-masing. Saya menyukai ending dari setiap konfliknya yang diselesaikan juga dengan cukup realistis.
Masa-masa keemasan dalam hidupku, meskipun menjadi musisi indie bukan perkara mudah, mengingat waktu, biaya, dan pengorbanan yang tidak sedikit. Tapi tak ada yang bisa menggantikan sensasi bahagia dan adrenalin yang meluncur deras saat beraksi di depan ratusan penonton…
–Halaman 81
Keunggulan novel ini juga terletak di pembahasan drum-nya yang jauh dari tempelan. Saya bahkan berpikir bisa belajar teori nge-drum dari novel ini. Pembaca akan menemukan berlembar-lembar bagian novel yang menerangkan tentang teori dan deskripsi praktik nge-drum. Saya diajak berkenalan dengan tempo, snare, tom, cymbal, dan istilah-istilah lainnya. Selain itu Zachira dapat mentransferkan perasaan musisi saat tampil di atas panggung dengan baik, hingga saya tersihir seakan ikut menjadi penampil. Seolah penulisnya memang benar-benar seorang drummer, dan ternyata memang Zachira melakukan riset yang amat mumpuni. Proses penulisan memang tak akan menipu 😀 Jangan khawatir pembaca akan bosan membaca bagian ini, karena Zachira menulisnya dengan cantik sehingga rentetan teori itu enak dan nyaman dibaca. Beat of the Second Chance memiliki tempo penceritaan yang pas. Kalau buat saya ini seperti musik easy listening dengan lirik dalam yang tersebar dalam pesan-pesan mode non ceramah. Kata-kata quotable-nya serupa lirik lagu yang menghanyutkan.
Dunia emang sakit, tapi jangan ikut-ikutan sakit sebelum lo ngerasain gimana rasanya bangkit lagi setelah lo jatuh tersungkur. –Halaman 82
3,5 Bintang untuk novel ini. Saya sarankan saat membaca novel ber-cover cantik ini kamu memutar lagu-lagu yang judulnya tertera di setiap bab. Yup, judul tiap bab novel ini diambil dari judul lagu. Kamu akan lebih menghayati isi novelnya 😀 Saya rekomendasikan Beat of the Second Chance untukmu yang menyukai musik dan romance.
blog-tour-zachira-edit

Giveaway

Mau novel Beat of the Second Chance? Ikutan giveaway-nya yuk. Caranya:

1. Follow akun twitter @zachira dan @evasrirahayu

2. Twit info giveaway ini dengan tagar #GABOTSC dan mention akun twitter saya dan Zachira.

3. Jawab pertanyaan saya di kolom komentar dengan menyertakan akun twitter kamu.

Pernahkah kamu mengidolakan seseorang? Tindakan paling gila apa yang kamu lakukan untuk memperlihatkan kecintaan terhadap idola itu?

4. Giveaway ini berlangsung dari tanggal 2 sampai 8 November 2016. Pemenang akan dipilih sendiri oleh penulisnya dan diumumkan tanggal 9 November jam 8 malam di akun twitter saya @evasrirahayu

5. Ada satu novel Beat Of The Second Chance bertanda tangan penulis sebagai hadiah.

Ditunggu partisipasinya ya ^_^

[Blog Tour] Review + Giveaway Novel “Searching My Husband” Karya Octya Celline

cover-smh

Searching My Husband merupakan novel kelahiran dari Wattpad kesekian yang saya baca versi cetaknya. Buat saya, membaca novel ini serupa dengan menonton serial drama Korea. Menghibur dan bikin baper.

Sebelum sesi kupas mengupas novelnya, kita kenalan dulu sama sosok di balik terciptanya novel SMH yang merupakan pegiat Wattpad.

Siapa Octya Celline?

octya2

Octya Celline, biasa dipanggil Selin atau Line. Lahir di Surabaya, 19 Oktober 1996, anak ketiga dari tiga bersaudara, berzodiak Libra dan pecinta olah raga. Saat ini sedang mengenyam pendidikan sebagai mahasiswa di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Konsentrasi Teknologi Proses Pangan Universitas Surabaya semester 5. Menulis adalah salah satu dari sekian banyak hobi yang digelutinya sejak tahun 2015. Searching My Husband adalah novel pertamanya yang dicetak dalam bentuk buku, dan novel keempat yang ditulisnya di Wattpad.

Mau ngobrol langsung sama Celline? Hubungi di media sosialnya

Instagram: @octyacelline

Facebook: Octya Celline

Wattpad: @OctyaCelline

Line: yoshikuni_tsubaki

Sesi Kepoin Octya Celline

1. Apa sih bedanya novel Searching My Husband di Wattpad dan versi cetak?

Octya: Bedanya Novel SMH di versi cetak dan Wattpad tentu saja di penyusunan cerita dan alur yang lebih teratur. Ada tokoh barunya, yaitu William. Lalu di novel cetak juga ada tambahan beberapa bab yang tidak ada di Wattpad, rasanya ada kira-kira 5 bab baru.

2. Dari semua tokoh di novel Searching My Husband, mana yang favoritmu? Kenapa?

Octya: Dari semua tokoh di novel SMH  yang menjadi favorit saya adalah  R. Mengapa bisa R? Karena tanpa R, cerita ini tidak akan tercipta. R adalah sosok lelaki yang saya idamkan sebagai seorang suami. Figur itu muncul setelah saya memikirkan memiliki seorang suami yang begitu setia dan hanya bisa melihat ke arah saya seperti layaknya setangkai bunga matahari yang hanya bisa menoleh ke arah matahari.

3. Apa arti Wattpad buatmu?

Octya: Wattpad adalah tempat pertama saya menumpahkan kebosanan dan keisengan saya. Mulai dari coba-coba menulis untuk ikut GiveAway sampai akhirnya saya menjadi juara 1, dan jadi ketagihan menulis sampai buku saya bisa terbit. Walau baru bergabung kurang dari setahun di Wattpad, tapi saya sudah mendapatkan banyak ilmu dari sana. Bulan ini genap satu tahun saya gabung di Wattpad, dan saya baru menulis SMH di bulan-bulan Oktober, tepatnya tanggal 18, sehari sebelum saya ultah.

Masih penasaran tentang proses kreatif Octya? Tenaang, misteri tentang penulis satu ini bakalan terkuak sama blog host lain di postingan blog tour tiap minggunya 😀 Yuk, mariii sekarang kita mulai bahas novelnya.

Data Buku

Judul : Searching My Husband
Penulis : Octya Celline
Penyunting : Kudo
Penerbit : LovRizn Publishing
Cetakan : Pertama, Oktober 2016
Halaman : x + 394 hlm
ISBN : 978-602-6330-25-3

Blurb:

Dicari orang berinisial “R”. Tak terlihat sejak satu tahun yang lalu,
mulai 19 Oktober 2015.
Ciri-ciri fisik:
1. Jenis kelamin: Pria tulen (saya yakin)
2. Tinggi badan sekitar 180 cm dan berumur 32 tahun.
3. Memiliki rambut yang berdiri alami dan terasa halus, sepertinya berwajah tampan, bibirnya tipis, memiliki lesung pipi, dan badannya berotot.
4. Menggunakan jas Armani dengan merek ternama.
5. Memiliki suara yang lembut dan berbadan wangi.

Bagi yang menemukan seseorang yang mirip, atau terlihat seperti ciri-ciri di atas, tolong langsung hubungi:

– Telepon : 19101996 (Sisilia)
– E-mail : sisiliapricilia@gmail.com
– Alamat : Jl. Cintaku Kepadanya. No 19

*Keuntungan jika menemukan pria tersebut:
– Diberikan uang cash dengan nominal besar.
– Diberikan keuntungan khusus seperti jalan-jalan ke luar negeri selama 1 bulan.


** Perhatian:
Entah karena alasan apa, ia tidak ingin wajahnya terlihat. Jadi jangan pernah menghubungi saya untuk menanyakan bagaimana wajah orang yang dicari, karena tidak mengetahui wajahnya makanya saya mencarinya.

Dunia rasanya semakin gila, ketika aku melihat koran pagi ini dan terpampang iklan mencari orang hilang dengan wajah yang tidak terlihat, bahkan orang yang memasang iklan itu juga tidak tahu bagaimana wajah orang yang dicari. Ternyata orang yang memasang iklan itu adalah istriku sendiri. Dan lucunya lagi, orang yang selama ini ia cari adalah diriku.

Review Buku

Searching My Husband bercerita tentang pernikahan aneh Sisilia dengan suami yang menyembunyikan wajahnya. Mereka menikah ketika Sisilia sedang koma di rumah sakit akibat kecelakaan. Setelah bangun dari tujuh tahun tidur panjangnya, Sisilia kehilangan ingatan. Itu pula yang membuat Mr. R memutuskan menyembunyikan identitasnya, karena takut Sisilia akan meninggalkannya. Selama satu tahun, mereka hanya berinteraksi dalam gelap. Berbagai cara ditempuh Sisilia untuk mengetahui wajah Mr. R, tapi seberapa pun pandainya dia mengatur strategi, suaminya selalu bisa berkelit. Seperti apa sebenarnya masa lalu Sisilia dan Mr. R? Apakah akhirnya Mr. R menunjukkan wajahnya pada Sisilia?

Hidup ini terbagi menjadi Masa lalu; Masa sekarang; dan Masa Depan. Masa lalu yang membentukku, masa sekarang adalah hidupku, dan masa depan adalah impianku. Kamu harus tahu, semua masa itu akan selalu diisi olehmu, karena kamulah hidupku. — Halaman 109

Enggak nyangka novel bantal ber-cover cantik ini bisa saya lahap sekali duduk. Seperti saya bilang tadi, membaca novel ini berasa seperti menonton drama Korea. Mengejutkan, lucu, menghibur, dan bikin baper. Prolog dibuka dengan tiga perempat isi blurb yang menurut saya memang menjual. Paaas bikin penasarannya. Hanya saja setelah masuk ke bab-bab berikutnya, ketahuanlah kalau ternyata prolog mengandung spoiler. Atau lebih tepatnya, memaparkan satu fakta yang “ternyata” belum diketahui oleh tokoh utama, yaitu nama suaminya berawalan huruf “R”. Karena jauh setelah prolog, ada bagian yang menceritakan betapa Sisilia bahagia mendapat satu kepingan puzzle, mengetahui inisial suaminya.

Apalah artinya kamu melihat wajahku atau tidak. Yang penting aku selalu ada untukmu dan kamu selalu ada untukku. Bukankah cinta tidak memandang fisik? –Halaman 13

Konflik-konflik yang dikedepankan langsung menyedot saya, terikat untuk terus membuka lembar demi lembar. Saya ikut gemas dengan penyelidikan Sisilia untuk mengungkap kemisteriusan tokoh R beserta alasannya untuk menyembunyikan wajah dan identitas. Apalagi disebutkan kalau Sisilia mengetahui jati diri R, Sisilia akan membencinya. Dramanya gereget banget. Butuh kepiawaian untuk menempatkan waktu yang tepat membuka sedikit demi sedikit misterinya. Karena penulis mesti menjaga supaya pembaca terus penasaran dan bertanya-tanya tanpa berubah mood menjadi kebosanan ketika isi cerita hanya berputar-putar tanpa memberi clue-clue yang makin membakar penasaran tersebut. Saya berpikir, “Ini buku tebel banget, apa bakalan bertele-tele ya ceritanya?” Ternyata enggak, saya menikmati tiap babnya tanpa merasa penulis mengulur-ulur waktu untuk menyingkap misteri.

Secerdik apa pun diriku, tetap saja kau selalu bisa kabur dari jebakanku. –Halaman 49

Tetapi, tidak bisa ditampik bahwa saya merasa ada banyak keganjilan yang perlu ditambal dari segi logika dalam penyembunyian rahasia wajah tokoh R. Seperti, sempat disebutkan kalau ada cahaya dari kamar mandi yang sedikit menerangi wajah. Ataupun, rasanya aneh sekali seorang perempuan mau melakukan ‘hubungan’ dengan seseorang yang tidak dikenalnya, tidak pernah dilihatnya, tidak dia ketahui sama sekali apa-apanya. Karena butuh chemistry kuat untuk ‘melakukan’ itu. Keganjilan tersebut muncul karena tidak diceritakan misalnya ada satu kejadian yang membuat Sisilia merasa sangat membutuhkan R, satu kejadian mengentak yang membuat Sisilia mempercayai R sepenuhnya. Sehingga dia yakin mencintai pria itu dan mau menyerahkan segalanya. Lalu soal iklan yang dipasang Sisilia ke koran, kalau di dunia nyata, sudah pasti yang terjadi padanya akan lebih parah dari sekadar didatangi cowok-cowok iseng. Soalnya Sisilia terlampau ceroboh memberikan e-mail aslinya.

Aku juga sangat mencintaimu bahkan tanpa aku melihat wajahmu aku tetap bisa mencintaimu. Itu berarti aku mencintaimu berkali-kali lipat daripada cintamu kepadaku. –Halaman 308

Kemudian kisah lain yang saling berkaitan adalah konflik tokoh Airin yang mencintai Rio diam-diam dengan mengirimi cowok itu foto bertuliskan puisi. Sedang Rio sendiri tergila-gila pada Sisilia. Hingga suatu hari, sebuah insiden mendekatkan mereka. Awalnya saya merasa munculnya konflik Airin ini kurang menarik. Tetapi seiring porsinya yang bertambah, perkembangannya berhasil membuat saya bersimpati pada Airin. Jalinan kisah yang seperti terpisah tetapi memiliki benang merah, tidak mengganggu sama sekali. Saya kembali menemukan keganjilan. Pada saat Rio menolong Airin dari preman, waktu itu setting waktunya pagi hari, tepatnya jam 7. Di jam seperti itu Jakarta tengah sibuk-sibuknya. Sesepi apa pun gang, pada pagi hari Airin bisa berteriak minta tolong. Beda lagi kalau memang kejadiannya dini hari. Meskipun Jakarta seperti tak pernah tidur, tapi logikanya sampai. Di luar beberapa ganjalan itu, ceritanya seru dari awal sampai akhir. Saya sangat menikmati membacanya.

Aku bisa mencintaimu selama tujuh tahun kamu terbaring koma dan tiada satu pun yang percaya kamu bisa bangun kembali. Tapi aku masih percaya kamu bisa kembali membuka kedua matamu. Jadi, siapa yang lebih mencintai siapa?” –Halaman 308

Tokoh-tokoh dalam novel ini memiliki karakter yang khas. Sehingga mudah mengidentifikasinya. Sisilia yang manis, Airin yang pendiam, Mr. R yang seksi, Rio yang baik. Lagi-lagi tokoh utamanya mengingatkan saya pada drama Korea. Stereotype cantik-cakep-kaya-romantis. Saya menyukai keempat karakter utama dan tokoh Siti yang memiliki gaya bicara unik. Saya juga dapat merasakan chemistry yang kuat di antara para tokohnya. Hal itu jugalah yang berhasil membuat perasaan saya naik turun diajak melayang kemudian terempas ke tanah. Namun meskipun begitu, ketika semuanya muncul dengan sudut pandang orang pertama dalam satu bab, saya menjadi kebingungan. Ini siapa yang sedang bicara? Memang, ada narasi dengan font yang diitalic untuk memberi keterangan pada pembaca, siapa yang sedang bicara. Tapi tetap saja membingungkan. Lebih praktis kalau langsung saja beri keterangan nama tokoh sebagai petunjuk pada pembaca. Misalnya:

Sisilia

Aku menunggu….

Ketimbang

Rio tampak berjalan ke arah mobilnya.

Dasar dosen gila, bisa-bisanya…

Pembaca lebih mudah menangkap maksud penulis bila dituturkan memakai teknik pertama. Ternyata, konsep itu sudah dipakai penulis ketika mempublish novel SMH ini di Wattpad, tapi sepertinya da pertimbangan lain dari editornya. Percampuran sudut pandang dalam satu bab juga kurang mulus karena ada satu dua bagian yang tercampur pov 1 dan 3.

Di saat pertanyaan tentang mencintainya terlontar, aku tak bisa menjawab dengan pasti, mungkin aku sudah mencintainya, mungkin aku hanya terbiasa dengannya, mungkin aku hanya penasaran dengannya dan mungkin aku menyayanginya dan mungkin juga tidak, yang pasti aku tidak tahu ini cinta atau bukan, tetapi satu hal yang bisa kujawab dengan mantap, aku tidak takut dengannya dan terbiasa dengan kehadirannya dalam keadaan gelap. — Halaman 15

Gaya penuturan Octya mengalir lancar sehingga enak dibaca. Memakai bahasa baku di bagian narasi dan dialog. Hanya dialog tokoh Siti saja yang berbeda sendiri yaitu memakai bahasa campur sari karena karakter tokohnya yang dibuat unik. Rasanya tetap pas karena digunakan dengan tepat. Dalam novel ini ada beberapa kali adegan panas dingin yang semua selalu jadi favorit saya sehingga tidak cocok dibaca pembaca yang belum 17 tahun ke atas. Walaupun sampai bablas, tapi deskripsinya digambarkan cukup manis sehingga tidak membuat mual. Sepanjang novel, Octya juga banyak membuat kalimat-kalimat quotable yang manis. Menurut saya, penulisannya cukup rapi dan saya bisa merasakan karya ini ditulis dengan fun dan sepenuh hati. Hanya saja, typo-nya lumayan bertebaran. Belum lagi kata yang salah digunakan, seperti ‘acuh’ yang artinya ‘peduli’ tetapi di novel ini menjadi ‘cuek’. Atau kata ‘bergeming’ yang artinya ‘diam’ menjadi ‘tidak diam’. Namun penulis memiliki semangat untuk terus belajar, sehingga saya yakin karya-karya selanjutnya akan jauh lebih baik.

Terakhir, ending-nya. Ya ampuuun, nyeseeeek. Ketika tinggal satu bab lagi, saya bertanya-tanya, “Ini beneran mau tamat? Kok bisa? Kan masih ada beberapa misteri yang belum dipecahkan?” ternyata… ada buku sambungannya :’) Karena ceritanya menarik, saya jadi ingin membaca buku lanjutannya. I want more… i want more! Duh, Octya berhasil meracuni saya nih.

Saya rekomendasikan novel ini bagi pecinta drama romantis bertokoh-tokoh pria-wanita cakep-cantik sempurna ala-ala dongeng dengan cerita bitter sweet.

picsart_09-14-11-18-03

Giveaway

Mau novel Searching My Husband? Ikutan giveaway-nya yuk. Caranya:

1. Follow akun twitter @CeL___LiNe dan @evasrirahayu

2. Twit info giveaway ini dengan tagar #GASMH dan mention akun twitter saya dan Octya.

3. Jawab pertanyaan saya di kolom komentar dengan menyertakan akun twitter kamu.

Alasan apa yang membuatmu terpaksa “harus” menyembunyikan identitas pada pasangan?

4. Giveaway ini berlangsung dari tanggal 17 sampai 23 September 2016. Pemenang akan dipilih sendiri oleh penulisnya dan diumumkan tanggal 24 September jam 8 malam di akun twitter saya @evasrirahayu

5. Giveaway ini hanya boleh diikuti oleh kamu yang sudah berumur 17 tahun ke atas.

Ditunggu partisipasinya ya ^_^