Saya kadang berimajinasi jatuh cinta pada sesosok malaikat. Cinta antar dunia paralel. Rasanya romantis aja. Sepertinya kebanyakan baca komik XD Karena itu saya bersemangat banget saat membaca novel “Malaikat Terindah” karya Elisa S ini. Kalau kamu sama seperti saya, suka berkhayal romantisme dengan sosok malaikat, mari bertualang di dunia fantasi novel ini.
***
Judul: Malaikat Terindah
Penulis: Elisa S.
Penerbit: Moka Media
Tebal: 176 Halaman
Harga: Rp. 39.000
Blurb:
Peristiwa ini terjadi begitu saja tanpa bisa kuhindari.
Aku bertemu dengannya pada sebuah pagi yang biasa, saat matahari baru bersinar dan bunga-bunga bermekaran di sekitar rumah sakit tempatku praktikum. Tapi yang membuatnya tidak sederhana, ia mengaku berasal dari dunia yang begitu berbeda, begitu jauh.
“Takdir tidak mungkin menyatukan kita,” katanya.
Dan aku bertanya kepadanya, kenapa?
Ia hanya menjawab, “Karena aku bukan manusia.”
Ya, tidak semua kisah berakhir bahagia.
Namun, satu hal yang pasti, aku mencintainya, entah sebagai manusia atau bukan.
***
Di lorong rumah sakit yang terkenal angker, tepat di hari terakhirnya praktikum, Renata bertemu dengan Kenzhie yang sekujur tubuhnya terluka. Namun, saat Renata mengajaknya berobat, cowok itu menolak dan malah meracau kalau dia sudah mati. Setelah itu Arwah Kenzhie malah memintainya berbagai pertolongan. Salah satunya menyusup ke rumah sepupunya—Rhadit—untuk mencari tahu keadaannya yang sebenarnya. Di sana Renata bertemu dengan Kenzhie lain. Apa Kenzhie anak kembar? Jelas bukan. Itu Kenzhie yang lain, Kenzhie yang masih hidup. Keanehan demi keanehan terjadi. Belum juga terpecahkan kenapa ada dua Kenzhie, masalah makin rumit dengan munculnya malaikat penjaga dan cinta bersegi-segi.
Saya menyelesaikan novel ini dalam sekali duduk, bukan hanya karena tipis, tapi karena ceritanya yang sangat mengikat. Sejak dari bab pertama Elisa sudah menyuguhkan konflik yang menarik. Pembukaan yang memuaskan. Selesai menyantap bab satunya saya langsung berpikir, “Wah, pasti seru nih novelnya.” Dan prediksi saya enggak meleset. Bab demi bab terus menyeret rasa penasaran. Apalagi cerita dalam novel ini bergulir cepat. Setiap akhir bab pembaca disuguhi kepingan baru untuk disusun. Elisa cerdas mengakhiri setiap babnya dengan suspense. Berkali-kali saya dibuat ber ‘Hah? Hah?’ ria saat menerima kejutan demi kejutan. Sehingga saya enggak mau melepaskan bukunya sebelum selesai.
Salah satu hal yang membuat saya menyukai satu novel adalah mendapat informasi baru, hal itu saya dapatkan dalam novel ini. Karena Renata seorang perawat, banyak istilah medis bertebaran di sini. Novel ini juga memiliki detail seting tempat yang cukup baik, sehingga pembaca dapat membayangkan tempat kejadiannya.
Saking menikmatinya, saya bisa mengenyampingkan typo yang bertebaran sejak dari halaman enam—dan saya berhenti menandai typo di halaman enam puluh dua karena banyak—kata yang enggak konsisten, paragraf yang terulang, dan kata yang enggak dikasih spasi sehabis titik. Namun dua kali salah menuliskan nama itu cukup mengganggu. Memang sih saya enggak sampai berpikir muncul tokoh baru ketika Renata disebut Kiara. Di bagian berikutnya ada Rhadit yang harusnya Sandy.
Hal lain yang membuat kening berkerut adalah detail cerita yang sepertinya terlewat. Kayak kenapa tiba-tiba mereka menyimpulkan arwah Kenzhie datang dari masa depan, padahal enggak ada indikasi sebelum-sebelumnya. Lalu bagian romance-nya kuraaaang nih. Saya mengharapkan adanya beberapa kejadian kecil romantis yang menguatkan perasaan Renata dan Kenzhie. Jadi saat perasaan cinta itu muncul enggak kerasa tiba-tiba. Hmm, iya sih cinta bisa datang dalam sedetik, tapi chemistry antara mereka itu enggak kuat. Saya enggak bisa merasakan debarannya. Mungkin saking cepatnya alur ceritanya, jadi enggak ada bagian yang bisa dinikmati berlama-lama. Bisa jadi karena novel ini lebih diseting ke arah fantasinya. Saya tahu kok susah banget menyeimbangkan antara kisah cinta dan menjaga penasaran pembaca pada misterinya.
Saya suka interaksi antara Renata-arwah Kenzhie-dan malaikat penjaga Sandy. Kadang saya senyum-senyum bacanya. Sikap Sandy yang polos itu loh ngegemesin banget. Sandy ini tokoh favorit saya. Kebayang banget ekspresi dan cara bicaranya yang datar XD Dialog-dialog dalam novel ini terbilang kaku, tapi pas untuk Sandy. Elisa seperti ragu-ragu memilih tata bahasa lokal dan terjemahan, jadinya kerasa nanggung. Kalau dilihat dari dialog lebih ke terjemahan, tapi banyak pilihan kata di narasi yang menimbulkan rasa kelokalan. Saya yakin di novel berikutnya Elisa bakal lebih mantap memilih ^_^V
Diceritakan dalam sudut pandang orang ketiga dia-an lewat Renata dan Kenzhie, sehingga pemotongan pada sisi Renata dan Kenzhie menjadi misteri bolak-balik yang enak diikuti. Lalu bersiap-siaplah mendapat twist ending. Bayangin aja, sepanjang cerita udah dikasih banyak kejutan, eh di akhir cerita lebih lagi. Pokoknya enggak ketebak. Keren, El!
Beberapa quotes favorit saya:
Kita tidak pernah tahu sampai kapan kita hidup. Makanya, lakukan yang terbaik sebelum hidup kita berakhir. — Halaman 77.
Kadang ada banyak hal yang terjadi dalam hidup yang tidak seperti rencana kita. Tetapi itu semua hanyalah salah satu jalan untuk menjalani takdir yang sebenarnya. –Halaman 107-108.
Tidak semua hal di dunia ini, baik untuk diketahui manusia, Ken. Ada kalanya tidak mengetahui sesuatu, justru lebih berefek baik bagi perasaan manusia yang lemah. –Halaman 110.
Yang bisa manusia lakukan, hanyalah menjadi yang terbaik bagi orang-orang yang disayanginya selama masih bisa bernapas. –Halaman 145.
***
Mau dapetin novel Malaikat Terindah bertanda tangan penulisnya? Ikutan giveaway-nya, yuk. Caranya follow twitter penulisnya @elisa_sy dan jawab pertanyaan ini di kolom komentar: Kalau kamu ketemu tokoh imajinasi malaikat bersayap ganteng/cantik tapi dingin, mau kamu ajak bertualang ke mana dia? Kenapa?
Giveaway ini berlangsung dari tanggal 21 sampai 31 Maret 2015. Pemenang akan dipilih oleh penulisnya sendiri dan diumumkan tanggal 1 April jam 8 malam di twitter saya @evasrirahayu
***
Diikutkan dalam #ReviewMaret @momo_DM @danissyamra @ridoarbain di https://bianglalakata.wordpress.com/2015/03/03/reviewmaret-ayo-me-review-buku-fiksi/