Review Novel “Gerimis Bumi” Dan Giveaway Berhadiah Novelnya

IMG_37768921871997

 

Saya menyukai gerimis yang romantis. Titik-titik airnya yang tipis tapi rapat tampak seperti kabut. Lalu ketika menyentuh rambut, menjelma menjadi salju. Sepertipun kesukaan saya pada gerimis, sayapun menyukai novel Gerimis Bumi karya Catz Link Tristan. Bukan karena dia sahabat saya loh. Justru karena kami sahabat, saya akan lebih jor-joran menyampaikan kritik. Namun memang jujur, Gerimis Bumi telah menyentuh hati saya.

***

Judul: Gerimis Bumi

Penulis: Catz Link Tristan

Penerbit: Elex Media Komputindo

Tebal: 280 Halaman

Harga: Rp. 48.800

Blurb:

Bumi menyangkal. Dia tidak butuh Gerimis. Padahal, rindu itu ada. Rindu itu nyata, walau terkekang lewat kenyataan.

Bumi memilih menghilang dar badai yang bernama Ka. Di kota baru Bumi malah bertemu dengan Gerimis.

Pada semesta ini, Bumi, Sinta, Ardy, dan Ruth bersama menjalani perputaran hari. Kisah-kisah yang tak terduga. Dari perasaan cinta, benci, iri, hingga penyesalan.

Bumi tak pernah menyangka, Gerimis kecil menyusup pada kering dan retaknya permukaan daratan. Mengubah struktur lapisan Bumi. Ke mana Gerimis akan singgah bila Bumi lenyap?

Aku tahu, mencintai Gerimis sama dengan membiarkan inti Bumi kembali berdetak.

***

Bumi kabur dari Semarang ke Parepare, Makassar, untuk menghindari masalah dengan Mars—adiknya—karena kepergok tidur bersama Ka. Bumi yakin mereka tidak melakukan apa-apa karena semabuk apapun dirinya selalu ingat semua yang diperbuat. Masalahnya, Ka bukan wanita biasa, dia wanita yang dicintai setengah mati oleh Mars. Untuk mengakhiri masalah itu, Bumi memilih memulai hidup baru di kota lain.

Di sanalah dia bertemu Sinta si gadis gerimis yang mencintai Ardy—sahabatnya sendiri. Selain hubungan cinta segi empat antara Bumi-Sinta-Ardy-Ruth, masalah besar lain mengikat mereka, balapan liar yang meminta korban.

Saya menyukai novel ini sejak paragraf pertamanya.

Bagaimana bila kekacauan tiba-tiba datang? Serupa badai topan serta gempa besar? Tak semua akan bertahan. Tidak juga Bumi. –halaman 1.

 

Sejak dari prolog, Catz sudah menyajikan masalah yang membuat penasaran. Sayangnya buat saya, sesudah itu bab-bab awal plot terasa amat lambat. Saya mencari gereget konfliknya, tapi baru terasa menggigit lagi ketika lepas dari bab lima. Untungnya rangkaian kata yang dijalin Catz membuat betah membacanya.

Aku terbangun lagi. Mimpi buruk. Sayangnya, sebagian besar isinya adalah kenyataan. kenyataan yang menghantui hingga ke bunga tidur. Yang takkan lenyap meski mata telah terbuka. –halaman 75.

 

Mulai dari bab enam, Catz memberi banyak kejutan dan twist di dua pertiga bagian. Banyak hal menarik yang ditawarkan Gerimis Bumi. Salah satunya  adalah mengambil Parepare sebagai latar tempat. Catz mempercantik novelnya dengan kekayaan budaya daerah. Mulai dari penggunaan bahasa daerah, sampai masakannya.

 

Seorang pelayan datang membawakan dua piring makanan yang mereka perkenalkan sebagai Nasu Pelekko dan Kanse Satan. Nasi Pelekko adalah masakan khas Parepare. Sejenis nasi yang disajikan bersama kari dan daging bebek yang diiris kecil. Bumbu utamanya terdiri dari jahe dan bawang putih. Sedangkan Kanse…. –halaman 81.

 

Namun hal paling istimewa dari Gerimis Bumi adalah penggunaan empat POV 1. Dua tokoh wanita dan dua tokoh pria. Menulis dua sudut pandang saja sudah sulit, apalagi empat. Tapi Catz mampu membuat keempat tokoh itu bersuara beda. Tanpa harus melihat judul bab yang mencantumkan dari sudut pandang siapa bab itu bercerita saja, saya sudah bisa mengetahui siapa pencerita. Salah satu kesulitan penulis perempuan menyuguhkan POV pria adalah masih sering terselip sisi keperempuanannya. Namun hal itu tidak saya temukan dalam novel ini. Sosok Bumi dan Ardy disampaikan dengan mulus sebagai utuh tokoh lelaki.

Chemistry keempat tokoh utamanya terasa sekali. Catz jago membuat hal-hal kecil menjadi sesuatu yang romantis. Ceritanya membuat perasaan saya diaduk-aduk. Geli, berbunga, sedih, dan haru. Ada satu bagian yang sukses membuat saya menangis :’)

Novel yang memakai tiga tokoh remaja tapi bukan teenlit melainkan romance ini sangat inspiratif. Pesan moralnya kental disampaikan sangat halus sehingga saya tidak merasa digurui. Bagaimana Catz menyampaikan bahaya dari balapan liar yang juga meresahkan di mana-mana. Ngomong-ngomong soal balapan liar, dalam novel ini isu tersebut terasa sekali bukan tempelan. Sepertinya Catz sudah melakukan riset yang mendalam sehingga mampu menyampaikan detail-detailnya. Catz dengan tepat menyuguhkan “show” ketimbang “tell” untuk adegan-adegan laganya.

Layaknya manusia yang sempurna karena kekurangannya, novel inipun baru sempurna karena memiliki kekurangan. Masih ditemukan typo dan kesalahan penggunaan kata “mengacuhkan” yang dimaksudkan bermakna tidak peduli, tapi karena tidak menggunakan kata “tidak” di awalnya, sehingga maknanya menjadi peduli. Tetapi selebihnya penulisan novel ini rapi. Tampaknya editor dan penulis sudah bekerja keras merapikannya. Selain itu cover novel ini terasa agak kaku dan kurang menarik.

Beberapa quotes favorit saya:

Lagi-lagi seperti ini. Bukannya menyelesaikan masalah. Orang-orang lebih mencari yang dapat dipermasalahkan. –halaman 124.

 

Jalani keputusanmu itu. Tapi, saat kau sudah tak mampu, akuilah. Bukanlah sebuah dosa jikaa kau tidak setia menemaninya. Hanya sebuah batas dari dirimu. –halaman 141.

 

Aku tahu, mencintai Gerimis sama dengan membiarkan inti Bumi kembali berdetak. –halaman 244.

 

Dia butuh kenyataan. bukan hidup dalam imajinasinya saja. –halaman 251.

 

Kalau kamu menyukai cerita cinta manis pahit, saya rekomendasikan novel ini. Saya memberi 4 dari 5 bintang untuk novel mengesankan ini.

***

Buat kamu yang kepengin dapetin novel ini gratis, ikutan giveaway-nya yuk. Caranya, follow @Catzlink dan jawab pertanyaan ini, “Kamu lebih suka gerimis atau hujan? Apa alasannya?” Jawab di kolom komenter postingan ini dengan menyertakan nama akun twitter-mu. Pemenang dipilih langsung oleh penulisnya ^_^

Giveaway ini berlangsung dari tanggal 2 sampai tanggal 14 Februari 2015. Pengumuman pemenang tanggal 15 di akun twitter saya @evasrirahayu jam 8 malam.

114 thoughts on “Review Novel “Gerimis Bumi” Dan Giveaway Berhadiah Novelnya

  1. Saya suka gerimiiiis. Soalnya cem malu-malu misterius gituuu.

    ^_^ kedif-kedif ma Eva.

    Makasih reviewnya. Saya akan mencoba memerhatikan pada bagian awal tulisan saya berikutnya.

    Muaaach ♡♥♡♥♡♥

  2. wohoooo akhirnya ada lagi giveaway Gerimis Bumi (soalnya di akun lain telat ikutannya)..
    kalau aku sih lebih suka gerimis ya, nggak tau kenapa ada feel kebahagian ketika rintikan air itu membasahiku. walau pun kata orang gerimis bikin pusing, tapi aku malah suka diam di bawah gerimis dibanding di bawah hujan hehe rintiknya yang lembut seakan tidak ingin melukai..
    oh iya, satu lagi. aku merasa lebih baik ketika rintikan gerimis membasahiku. seolah beban di hati itu ikut menguap~
    terima kasih kak atas GAnya 🙂

    twitter: @diasshinta

  3. Aku suka hujan. Saat kecil, aku sering main hujan-hujanan.
    Aku lebih memilih hujan. Saat pulang sekolah dan turun hujan, ia akan cepat reda. Dibanding gerimis yang membuatku bosan menunggu waktu yang tepat untuk pulang. Maklum saja, aku harus mengayuh sepedaku.
    Aku suka hujan, suara tik tik yang ditimbulkannya membuatku menyanyikan lagu Tik tik Bunyi Hujan bersama keponakanku yang berumur 3 tahun di teras rumah.

    Hujan, ibarat rindu yang berat. Awan tak kuat lagi menahan bebannya. Rindu air, dari bumi yang ingin kembali menyapa bumi. Menumbuhkan kembali rumput yang telah mati. Membasahi tanah yang pecah karena terpanggang teriknya mentari.

    Twiter: @ayuniadesty

  4. Lebih suka hujan ketimbang gerimis, karena hujan mengingatkan dosen yang amat galak. Sangking galaknya si dosen gak mau ngajar di kelasku karena hanya ada dua mahasiswa yang ikut kelas, yang lainnya pada absen karena hujan (dasar mahasiswa pemalas XD). Setelah dibujuk rayu akhirnya si dosen mau ngajar lagi, dan bercerita tentang hujan. Hujan itu anugerah, bukan suatu alasan untuk bermalas – malasan, sudah cukup kita tidur di malam hari, jangan ditambah dengan malas- malasan yang nggak ada ujungnya, dan cerita tentang masa depan gitu. Jadi, sejak saat itu kalau hujan dan rasa malas itu timbul, inget – inget wajah dosen dan ceritanya, langsung deh produktif lagi XD

    @MentionSari

  5. @minvilee

    aku lebih menyukai gerimis,,karena aku masih bisa menerjangnya dalam setiap kegiatan pekerjaanku tetapi kalau hujan itu datang,,aku hanya bisa berkutat dengan pekerjaan di balik meja

  6. Wow, Evaaaa, resensinya sukses bikin mupeng. Kudu punya nih buat aku yang lagi belajar nulis. Mudah2an menang hehehe.
    Jadi kalau ditanya pilih mana hujan atau gerimis, ini sama saja kayak ditanya pilih capucino atau teh. Dua-duanya punya sensasi berbeda. Gerimis paling asik dinikmati kalau sedang senang, pas jadi backsound alam buat temen ngelamun. Rasanya kayak dengerin alunan the momentnya Kenny G. #halah
    Hujan? Tempat ngumpet pas lagi galau atau sedih, derasnya bisa membantu menyembunyikan air mata yang sembunyi malu-malu lalu luruh bersama hujan. ENggak ada yang tahu, kalau kita lagi sedih pas hujan.

  7. Halo Mbak Eva, resensinya keren, jadi penasaran 😀
    Saya sih lebih suka hujan. Bukan karena saya penyuka film india lawas :p tapi karena hujan adalah anugerah, pemberian tanpa kenal batas. Jatuhkan saja sebanyak yg langit mau, bumi bersedia menampung dengan penuh syukur.
    Saya mempercayai kekuatan bumi dan isinya sama halnya saya percaya langit bukannya menangis.
    Lagipula tak ada yang lebih membahagiakan selain merapatkan diri di pelukan sang kekasih sambil memandang hujan turun :p

  8. acc twitter: @ipinkaramel

    jujur aku ngga suka keduanya, hadirnya mereka sungguh merepotkan dikala sibuk. bukan berarti aku ngga bersyukur atau gimana tapi yah, aku memang ngga suka gerimis atau hujan, keduanya menurunan air yang bisa membuat sakit. Pandanganku, hujan atau gerimis itu kelabu, aku tidak suka yang seperti itu, trima kasih 🙂

  9. Halloo.. salam kenal sebelumnyaa 😀

    Saya lebih menyukai hujan karena dibalik rintiknya yang deras, (biasanya) tersembunyi pelangi yang indah. Sementara gerimis, (biasanya) menyisakan awan gelap yang akan terus meneteskan air.

    Hujan lebih indah. Suaranya menimbulkan kedamaian dan kehangatan. Serasa tak ingin melewatkan sedetik pun tuk menikmatinya. Sementara gerimis hanya menimbulkan kegelisahan bagi mereka yang akan bepergian. Tak berjas hujan kebasahan, memakai jas hujan pun hanya membasahi jas hujan, tak benar-benar melindungi.

    Twitter : @NSMia

    Terima kasih 🙂

  10. aku lebih suka gerimis, tak hanya romantis. Mereka menyentuh pundak dengan lembut, seolah memberi kehidupan pada bumi dengan penuh cinta yang tulus. Berbeda dengan hujan, terkadang jatuhnya terasa menusuk di pundak, seolah menusuk dan menumpahkan berjuta kenangan pahit.

    @Ishavanisa

  11. Saya lebih suka hujan deras. Karena hujan deras selalu mengingatkan 2 lelaki yang pernah ada dalam hidup saya.
    1. Ayah. Kala hujan deras dan banjir mengepung kampung. Ayah selalu menyediakan pundaknya untukku, memanggulku di atas pundaknya hanya untuk melihat iklan supermi ditelevisi tetangga sebelah rumah. Inilah saat ayah mengajarkanku meraih mimpi, mimpi naik balon udara sprti iklan kesukaanku.
    2. Lelaki yg menyebarkan virus cinta pertama dalam hidupku. Mengajarkan arti cinta , berbagi dan pengorbanan yang sllu mengiringi. Dalam derasnnya hujan dan berpayung hitam, janji disemat tuk bersama hadapi badai yang ada di depan kami.
    Cinta bukanlah masalah memberi dan menerima tapi juga ketabahan menghadapi masing masing karakter.

  12. Kalau disuruh pilih antara gerimis atau hujan, aku lebih suka hujan kak. Alasannya sederhana karena buat aku hujan mendatangkan inspirasi tersendiri untuk menulis (saya suka menulis). Selain itu, hujan juga cantik. Senang bisa melihat butiran air yang berlomba-lomba jatuh ke bumi dengan porsi yang melebihi porai gerimis. Hujan juga pemberani,nggakmalu-malu kayak gerimis. Aku suka hujan.

    Twitter: @nisawidik
    Aku sudah follow ya, ^^

  13. Saya suka hujan. Hujan penuh kenangan. Kenangan yg bertubi-tubi menghujam jantung ketika saya hanya bisa duduk diam sambil menatap jejak-jejak air di jendela, daun yg basah namun berbeda jikalau saya turun dan membiarkan seluruh tubuh saya terguyur sampai kuyup.

    Saya suka hujan karena di bawah hujan dapat menyamarkan bulir-bulir kepedihan ^__^

  14. Aku menyukai gerimis, karena aku bisa terus menikmati tetesan air dari langit tanpa harus berpayung di bawahnya. Meskipun ada kerinduan pada hujan, ketika gerimis menyapa.

  15. Aku suka gerimis, karena aku bisa menikmati tetesan air dari langit tanpa harus berpayung dibawahnya. Menyapa ciptaan Tuhan dengan suka cita. Tetapi gerimis pun mengusik kerinduanku kepada hujan.

  16. Gerimis atau hujan? Aku suka dua-duanya 😀
    Tapi kalau disuruh memilih, aku suka gerimis. Kehadirannya menenangkan, karena bunyi yang ditimbulkan pelan. Biasanya gerimis hadir lebih lama daripada hujan.

    @tyashc

  17. Gerimis dan hujan sebenarnya saling berhubungan.
    Hujan tidak akan terjadi jika tidak didahului oleh gerimis.
    Keduanya juga sama-sama merupakan air yang turun dari langit ke atas permukaan bumi.
    Gerimis dan hujan juga diidentikkan dengan kesedihan.
    Gerimis ibarat air mata yang menetes perlahan, sedangkan hujan ibarat air mata yang mengalir deras membasahi wajah kita.
    Jika disuruh memilih, aku lebih menyukai hujan. Alasannya adalah karena hujan memberikan rasa kesejukan. Saat hujan turun, seketika udara menjadi sejuk dan dingin. Berbeda dengan gerimis yang belum tentu membuat udara menjadi sejuk. Kesejukan yang tercipta membuat hatiku terasa tenang saat melihat hujan. Tidak jarang aku melamun sambil menatap hujan yang turun dari dalam rumah. Sambil menikmati segelas teh hangat, bagiku itu merupakan suatu kenikmatan tersendiri yang tidak bisa tergantikan.
    Hujan juga bisa membersihkan udara yang kotor. Di kota-kota besar, polusi udara merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari. Banyaknya kendaraan bermotor membuat polusi udara menjadi santapan sehari-hari. Di saat seperti ini, hujan merupakan sesuatu hal yang sangat dirindukan. Hujan yang turun seketika membuat udara yang tadinya kotor menjadi bersih. Tidak ketinggalan sebagai bonusnya adalah aroma tanah yang segar langsung tercium ketika hujan membasahi bumi.
    Terakhir, hujan juga mampu membuat tidurku lebih nyenyak.^^ Di saat hujan turun, selimut yang hangat dan kasur yang empuk merupakan paduan yang klop untuk membuat tidur lebih nyenyak (hayo, pasti pada merasa juga kan?^_^)
    Twitter : @ruth_shiela

  18. Saya lebih menyukai gerimis. Alasannya adalah walaupun gerimis jatuh membasahi bumi, dia tak pernah menghambat pekerjaan lainnya. Gerimis seakan pengertian kepada setiap manusia yang memang membutuhkan waktunya untuk berada di luar ruangan. Gerimis juga sering menimbulkan suatu nada yang indah. Walau tak memungkiri terkadang hujan juga bisa membuat jatuh cinta karena suasananya yang membuat tenang.

    Sudah saya follow yaa 🙂
    Twitter : @NurulFzia

  19. Hai mbak Eva. Salam kenal 🙂

    Kalo aku lebih suka hujan. Hujan itu selalu mendatangkan hal-hal yang baik menurutku. Soalnya habis hujan pasti langit akan cerah, jadi enak dilihat, udara pun jadi segar.
    Aku suka hujan karena bisa basah-basahan waktu pulang sekolah sambil melepas sepatu dan bermain di genangan airnya. Tapi justru jadi dekat dengan seorang teman sekolah.
    Hujan juga romantis. Soalnya pernah ketemu gebetan juga pas lagi hujan, basah-basahan pulang sekolah 😀 haha..
    Tapi yang jelas, aku suka hujan karena ia bisa menutup kesedihan dan menggantinya dengan keceriaan 🙂

    Twitter : @evypratiwi

  20. Kalo aku lebih suka Hujan, walaupun bisa buat galau tapi Hujan itu meninggalkan momen-momen di masa lalu dan mengingatkan kembali ketika Hujan turun. Lalu juga, aku suka ketika air Hujan turun dan menyentuh kaca mobil atau kaca rumah, membuat butir-butir air tertinggal disana. Apalagi ketika Hujan jatuh dan mengenai daun dan jatuh ke tanah. Bau tanah saat hujan, entah mengapa aku suka dengan bau itu.

    twitter: @shanianglst

  21. aku suka gerimis, gerimis tidak membuatku takut, seperti ada sensasi rasa manis yg bisa membuat kita tersenyum. petir juga tidak datang bersama gerimis sedangkan hujan kadang datang bersama petir yang menakutkan, setiap hujan datang bersama petir kenangan petir yang berjalan seperti api yang menyambar rumah kami melalui antena tv membuatku takut, ngeri. hujan yang datang berlimpahpun kadang membuat orang menangis, tidak semua tanah di daerah kami mampu menyerap hujan dengan baik. jika banjir terjadi banyak orang bersedih karena kehilangan harta benda mereka, tanaman jeruk dan lainnyapun tidak jadi panen, beberapa pelajar tidak bisa ke sekolah, orang-orang tidak bisa berangkat kerja dan pengungsian juga bukan tempat yang nyaman.
    aku lebih suka gerimis, gerimis yang manis.

    @asiyah_ulfa

  22. Kata orang gerimis itu romantis, tapi aku lebih suka hujan karena rasanya syahdu… dan total. Hujan mengobati dahaga bumi, memberi kesejukan secara menyeluruh.
    Ibaratnya kalau lagi sedih kita nangis sejadi-jadinya, setelah itu rasanya lega dan bisa memulai lagi. Hujan juga begitu, membasuh kemarau lalu menumbuhkan semai baru.
    Aku suka hujan karena banyak sekali kenangan yang tersimpan saat hujan turun. haa… jadi kangen masa-masa sekolah dulu. Seringnya merenung pas hujan-hujan. 😀

    Twitter : @Takinchi

  23. aku suka gerimis, gerimis tidak membuatku takut, seperti ada sensasi rasa manis yg bisa membuat kita tersenyum. petir juga tidak datang bersama gerimis sedangkan hujan kadang datang bersama petir yang menakutkan, setiap hujan datang bersama petir kenangan petir yang berjalan seperti api yang menyambar rumah kami melalui antena tv membuatku takut, ngeri. hujan yang datang berlimpahpun kadang membuat orang menangis, tidak semua tanah di daerah kami mampu menyerap hujan dengan baik. jika banjir terjadi banyak orang bersedih karena kehilangan harta benda mereka, tanaman jeruk dan lainnyapun tidak jadi panen, beberapa pelajar tidak bisa ke sekolah, orang-orang tidak bisa berangkat kerja dan pengungsian juga bukan tempat yang nyaman.
    aku lebih suka gerimis, gerimis yang manis.
    @asiyah_ulfa

  24. Resensinya keren, Kak! 😀
    Aku lebih suka hujan. Alasannya sederhana, karena hujan adalah dia. Dia yang jika kusebut namanya akan membuat hatiku terasa hangat. Dia yang saat ini hanya berupa kenangan indah dimasa kecil. Dia, seorang sahabat yang sangat menyukai hujan. :’)

    Twitter: @ShanifaWatson

  25. Pingback: Review Novel “Gerimis Bumi” Dan Giveaway Berhadiah Novelnya | Sarangemakcatz's Blog

  26. Hmm, gerimis/hujan?
    Aku tidak suka dua-duanya. Karena apa? Karena dua-duanya punya alasan tersendiri ketika turun ke bumi.
    Gerimis, pelan-pelan seolah tidak rela jatuh, membuat semuanya jadi terasa gantung.
    Hujan, lebih deras dari gerimis, membuat bumi basah dan terasa dingin. Seperti hati yang sedang melamun sendirian. Terasa kosong.

    Twitter: @nuralka

  27. aku lebih suka hujan.
    dulu waktu aku kecil aku suka main hujan hujanan. tapi kalo hujan hujannannya pas gerimis. pasti setelahnya aku bakal sakit, entah itu demam atau flu. tapi kalo main hujan hujanannya pas ujan deres malah enggak sakit. mungkin karena gerimis itu air dari langit yang nanggung kali ye, cuma bikin tanah sedikit basah, terus debu malah berterbangan, akibatnya virus yang nempel di debu malah pada berterbangan. akhirnya hujan (gerimis) yang harusnya membawa rahmat tuhan malah bikin meriang hehe.

    twitter; @latifah407

  28. Aku suka hujan, soalnya aku udah kepalang jatuh cinta padanya.

    Tinggal di kota hujan sudah sejak lama membuatku terbiasa dengan hujan. Hujan itu unik sih menurutku. Aku bisa jatuh cinta dan benci secara bersamaan.
    Hujan bikin aku bahagia, membawa kedamaian, dinginnya justru menghangatkan hatiku, suka membawa perasaan melankolis tapi bikin ide kadang gampang muncul, terus juga aku suka suara rintiknya salah satu nyanyian alam yang merdu dan syahdu sekali 🙂

    Tapi disisi lain, aku bisa keseel sampe kadang benci soalnya hujan bikin pakaian lembab dan nggak kering, bikin males beraktifitas di luar rumah hahaha dan hujan seperti pemutar kenangan. Dan membuatku rindu pada seseorang haha

    Dan, seperti lirik lagu Utopia – Hujan

    “Aku selalu bahagia saat hujan turun karena aku dapat mengenangmu untukku sendiri. Aku bisa tersenyum sepanjang hari karena hujan pernah menahanmu disini… Untukku.”

    Ah, pokoknya, hujan spesial banget. Bisa menghadirkan rasa yang berbeda untukku. 🙂

    @oktaviamithaa

  29. Kalo aku lebih suka hujan. Hujan bisa menyamarkan tangisan di wajah, apalagi kalo hujannya deras. Nangis kenceng juga ga bakal kedengeran sama orang. Aroma hujan juga menimbulkan rindu. Dan kalo hujannya makin deras, makin asyik, karena bisa lebih lama berdoa. Kali aja jodoh yang di sana juga sedang menatap air hujan yang jatuh ke bumi dan saling mendoakan *uhuy* 😀

    id twitter : @ila_rizky

  30. Aku memilih menyukai gerimis, tetapi lebih mencintai hujan. Apapun itu, aku selalu menemukan cerita indah dibalik titik-titik air langit yang jatuh di bumi. Menyebarkan bau tanah yang basah, tetapi menciptakan kebahagiaan tersendiri untuk setiap insan. Bukankah air langit yang jatuh itu menunjukkan Tuhan menurunkan rahmat-Nya untuk kebahagiaan manusia? Dalam bentuk apapun, merindukan ketika gerimis, tenggelam bersama kenangan ketika hujan, bahkan menangis bersama keduanya juga merupakan kebahagiaan, kan? Gerimis memang menyejukkan, perlahan membasahi dan akhirnya menidurkan seperti obat penenang. Namun juga hujan memiliki hal paling indah ketika ia berhenti menghujani bumi, melukiskan sederet warna di langit yang kita sebut pelangi. Apapun itu, apakah itu gerimis atau hujan, itu akan berakhir indah. Indah adalah ketika uap air yang menempel di kaca jendela kamarku, dengan ujung jemari ku tuliskan namanya, yang tak akan aku sebut juga tak akan pernah aku miliki. 🙂 Salam hangat, dari peri air.

    @SZNUFA

  31. Ikutan yah…

    Lebih suka gerimis.
    Karena gerimis terasa lebih indah dan romantis, sedangkan hujan terasa lebih mengerikan (apalagi kalau ditambah dengan angin).
    @sweetdonath

    Makasih 🙂

  32. Aku lebih suka hujan, alasannya hujan menunjukan keseriusan, hujan mnumpahkan semua kemampuannya (air) untuk membuat kehidupan mahluk hidup di bumi terus berlangsung. keseriusan bisa membawa seseorang sukses dalam hidupnya.

    @dimazz22

  33. Saya pribadi sih lebih suka hujan. Hujan itu jelas rasanya. Kalau gerimis bikin galau. Misalnya ada janjian, terus eh gerimis. Pas minta ijin gak jadi, dibalesnya bakal, “Kan cuma gerimis aja.” Mau pergi tetep kebasahan, nunggu reda biasanya gerimis malah lama redanya. Kalau hujan kan tinggal ijin hujan, yang nunggunya juga ngerti kalau bener-bener hujan. Kalau naik motor juga pas gak pake jas hujan, gerimis rasanya nusuk-nusuk kayak jarum, kalau hujan sekalian basah aja. Apalagi ya? Pokoknya mending hujan deh karena jelas. Pernah nanya papah juga, jawabnya hujan. Kata beliau kalau gerimis bikin mobil kotor banyak kena cipratan-cipratan. Kalau hujan tinggal basah aja, kotor dikit-dikit.

    Ahahaha, tadinya mikir mau jawab yang romantis-romantis, tapi kepikirannya malah jawaban ini. Gak apa-apa ya, Mbak? Btw, resensi bagus banget, bikin tambah pengin baca novelnya.

    @deasyds

  34. Jujur, aku gak suka keduanya. Keduanya kadang membuatku menunggu waktu dan mengingatkanku akan masalalu. Tapi aku memilih hujan karna hujan mengingatkanku pada masalalu yang suka maupun duka, menurutku hujan selalu bisa ‘memberi’ warna walau dia tak berwarna sama sekali. Oh ya dan aku suka hujan karna setelahnya ada pelangi, rangkaian warna penuh ceria nan menenangkan. Akupun suka pada hujan karna dia tak pernah berhenti saat manusia mencaci kedatangannya, tak pernah surut walau manusia terus berkomentar aneh tentangnya, dia juga bisa datang tanpa perkiraan, aku suka hal yang tak terduga. Walaupun begitu, gerimis bisa membuatku tenang kala hujan datang bersama badai, kilat dan sahabatnya yang lain. Dua-duanya mempunyai kelebihan walau pada dasarnya aku tidak menyukai keduanya.

    Twitter: @Nailah_Faridah

  35. Hujan.
    karena gerimis selain (biasanya) lama berhentinya juga (biasanya) sering bikin orang sakit. tapi kalo hujan itu ramai. orang jadi berkumpul untuk berteduh. bisa kenalan kan natinya 😀

  36. Review nya baguuss, makin greget pengen baca novelnyaa. Semoga bisa menangg! Yeay hehehe

    Kalau disuruh pilih antara gerimis dan hujan, saya lebih pilih hujan. Hujan tidak bisa di prediksi kedatangannya, sama seperti cinta. Banyak yang menyukai banyak juga yang membenci. Tapi hujan selalu membawa ketenangan bagi siapa saja yang melihat, mendengar, dan merasakan. Hujan membawa kegembiraan, namun terkadang pula hujan membawa kesedihan. Dari banyaknya definisi tentang hujan, saya rasa hujan tetap lebih banyak membawa pengaruh positif. Karena hujan selalu membawa kenangan, baik kenangan indah maupun kenangan menyakitkan.

    @MirandaArd

  37. Pada dasarnya, saya suka keduanya. Suka gerimis dan hujan. Tapi, saya lebih condong ke hujan. Karena, semakin deras, semakin bagus buat saya. Saya semakin suka hujan yang lebat. Karena bagi saya, hujan akan terlihat seperti diselimuti amarah. Dan saat seperti itu, saya semakin menyukai hujan. Entah kenapa. Alih-alih khawatir, saya merasa semakin tenang diri saya saat melihat hujan deras. Seperti melihat sisi lain hujan.

    @NailaKL

  38. Kalau aku sih lebih milih hujan.
    Hujan itu nyegerin, suara rintiknya enak di kuping, dan paling suka nunggu pelangi yang datang setelahnya. Walaupun gak bisa hujan2an karena kepalaku sensitifnya keterlaluan. But, I love rain so deep. ^^

    Akun twit: @AyuReniSeptiani

  39. Aku lebih menyukai hujan … Kenapa? karena saat hujan turun mereka seakan dapat membaca perasaan hati yang sedih, menenangkan hati yang gelisah, dan membuat aku merenungkan masa-masa yang telah (tanpa terasa) aku lewati.

    Aku juga suka menyendiri ketika hujan turun, mengartikan setiap rintiknya sebagai percakapan dari hati ke hati, membuat jemari seolah ingin mengartikan arti kedatangan mereka (hujan) sebagai sebuah anugrah atau sebagai cobaan dari Maha Kuasa. Pernah terpikir tidak, ketika hujan turun dan jatuh di atas atap, suara yang di timbulkannya berbeda-beda, seakan mereka memainkan nada-nada sedih dan penuh kerinduan. Makanya hujan turun identik dengan air mata, padahal bila di resapi mereka dapat menjadi teman yang baik untuk menghapus luka …..

    intinya, ketika Hujan turun, pikiranku lebih terbuka dan dapat berkomunikasi dengan diriku sendiri. Memberi kan waktu bagi diriku sendiri untuk memahami apa yang ingin aku lakukan atau tidak ingin aku lakukan. Mencoba memahami bagaimana kehidupan ini membawaku, apakah akan mengalir ketempat yang di butuhkan, atau hanya menjadi perusak.

    twitter @nTarienovrizal

  40. Aku lebih suka hujan. .sebenernya kalo alasan waktu kecil sih biar ga sekolah ya,namanya anak kecil. Terus kalo hujan nya pas pulang sekolah bisa main hujan2an,Hehehehe..

    Tapi karena sekarang umur kepalanya udah dua alasannya beda lagi..

    Aku suka lebih suka hujan karena pas lihat air yang turun tuh bikin suasana teduh dan tenang. Dan kadang memang kalo lagi pengen nangis bener2 berharap hujan datang lebih cepat. Biar hujan menyembunyikan airmata. Biar hujan membawa pergi kesedihan. Anggap saja petir mewakili kemarahan dan kekecewaan. Jadi saat tetes air terakhir menyentuh tanah setidaknya beban dan pikiran berkurang. Tinggal menikmati pelangi sambil tersenyum. Seperti ini 🙂

    @vaniloren24

  41. Aku lebih pilih gerimis. Soalnya kalo gerimis itu turun nya cuma rintik rintik, sedangkan kalo hujan itu biasanya turun dengan derasnya. Kalo hujan deras juga biasanya gak bisa pergi kemana mana, tapi sedangkan gerimis masih bisa pergi kemana mana. Dan menurutku gerimis itu indah. Gerimis juga gak bisa membawa banjir, coba kalo hujan? Beuh pasti bakalan banjir. Kalo hujan juga biasanya bikin galau, kalo gerimis mah malah bikin happy (itu menurut ku sih)

    twitter: @cumee22

  42. Aku sepakat jika hujan turun membawa serta kenangan. Namun bukan hanya itu yang membuatku lebih memilih hujan. Karena hujan juga datang bersama harapan-harapan. Konon katanya, ketika hujan turun, pintu-pintu langit akan terbuka dan itu merupakan saat terbaik untuk berdoa -merapalkan harapan.

    Dan menurut kepercayaan yang kuyakini, ada doa yang sebaiknya diucapkan ketika hujan turun, tetapi bukan doa ketika gerimis turun. Yah, meskipun gerimis juga merupakan hujan, hanya beda intensitas dan awan yang membawanya.

    Satu lagi, hujan mampu membuatku tidur nyenyak.
    Dengan catatan, jika hujan tidak terlalu banyak menurunkan airnya ke bumi alias banjir. Hehehe.

    Btw, reviewnya keren.
    Juga suka dengan quote yang ini :
    “Dia butuh kenyataan. Bukan hidup dalam imajinasinya saja.”

    Ah iya, makasih atas GA nya.
    Salam kenal Mbak Eva 🙂

    @ryanie31

Leave a comment