Review Novel “Gerimis Bumi” Dan Giveaway Berhadiah Novelnya

IMG_37768921871997

 

Saya menyukai gerimis yang romantis. Titik-titik airnya yang tipis tapi rapat tampak seperti kabut. Lalu ketika menyentuh rambut, menjelma menjadi salju. Sepertipun kesukaan saya pada gerimis, sayapun menyukai novel Gerimis Bumi karya Catz Link Tristan. Bukan karena dia sahabat saya loh. Justru karena kami sahabat, saya akan lebih jor-joran menyampaikan kritik. Namun memang jujur, Gerimis Bumi telah menyentuh hati saya.

***

Judul: Gerimis Bumi

Penulis: Catz Link Tristan

Penerbit: Elex Media Komputindo

Tebal: 280 Halaman

Harga: Rp. 48.800

Blurb:

Bumi menyangkal. Dia tidak butuh Gerimis. Padahal, rindu itu ada. Rindu itu nyata, walau terkekang lewat kenyataan.

Bumi memilih menghilang dar badai yang bernama Ka. Di kota baru Bumi malah bertemu dengan Gerimis.

Pada semesta ini, Bumi, Sinta, Ardy, dan Ruth bersama menjalani perputaran hari. Kisah-kisah yang tak terduga. Dari perasaan cinta, benci, iri, hingga penyesalan.

Bumi tak pernah menyangka, Gerimis kecil menyusup pada kering dan retaknya permukaan daratan. Mengubah struktur lapisan Bumi. Ke mana Gerimis akan singgah bila Bumi lenyap?

Aku tahu, mencintai Gerimis sama dengan membiarkan inti Bumi kembali berdetak.

***

Bumi kabur dari Semarang ke Parepare, Makassar, untuk menghindari masalah dengan Mars—adiknya—karena kepergok tidur bersama Ka. Bumi yakin mereka tidak melakukan apa-apa karena semabuk apapun dirinya selalu ingat semua yang diperbuat. Masalahnya, Ka bukan wanita biasa, dia wanita yang dicintai setengah mati oleh Mars. Untuk mengakhiri masalah itu, Bumi memilih memulai hidup baru di kota lain.

Di sanalah dia bertemu Sinta si gadis gerimis yang mencintai Ardy—sahabatnya sendiri. Selain hubungan cinta segi empat antara Bumi-Sinta-Ardy-Ruth, masalah besar lain mengikat mereka, balapan liar yang meminta korban.

Saya menyukai novel ini sejak paragraf pertamanya.

Bagaimana bila kekacauan tiba-tiba datang? Serupa badai topan serta gempa besar? Tak semua akan bertahan. Tidak juga Bumi. –halaman 1.

 

Sejak dari prolog, Catz sudah menyajikan masalah yang membuat penasaran. Sayangnya buat saya, sesudah itu bab-bab awal plot terasa amat lambat. Saya mencari gereget konfliknya, tapi baru terasa menggigit lagi ketika lepas dari bab lima. Untungnya rangkaian kata yang dijalin Catz membuat betah membacanya.

Aku terbangun lagi. Mimpi buruk. Sayangnya, sebagian besar isinya adalah kenyataan. kenyataan yang menghantui hingga ke bunga tidur. Yang takkan lenyap meski mata telah terbuka. –halaman 75.

 

Mulai dari bab enam, Catz memberi banyak kejutan dan twist di dua pertiga bagian. Banyak hal menarik yang ditawarkan Gerimis Bumi. Salah satunya  adalah mengambil Parepare sebagai latar tempat. Catz mempercantik novelnya dengan kekayaan budaya daerah. Mulai dari penggunaan bahasa daerah, sampai masakannya.

 

Seorang pelayan datang membawakan dua piring makanan yang mereka perkenalkan sebagai Nasu Pelekko dan Kanse Satan. Nasi Pelekko adalah masakan khas Parepare. Sejenis nasi yang disajikan bersama kari dan daging bebek yang diiris kecil. Bumbu utamanya terdiri dari jahe dan bawang putih. Sedangkan Kanse…. –halaman 81.

 

Namun hal paling istimewa dari Gerimis Bumi adalah penggunaan empat POV 1. Dua tokoh wanita dan dua tokoh pria. Menulis dua sudut pandang saja sudah sulit, apalagi empat. Tapi Catz mampu membuat keempat tokoh itu bersuara beda. Tanpa harus melihat judul bab yang mencantumkan dari sudut pandang siapa bab itu bercerita saja, saya sudah bisa mengetahui siapa pencerita. Salah satu kesulitan penulis perempuan menyuguhkan POV pria adalah masih sering terselip sisi keperempuanannya. Namun hal itu tidak saya temukan dalam novel ini. Sosok Bumi dan Ardy disampaikan dengan mulus sebagai utuh tokoh lelaki.

Chemistry keempat tokoh utamanya terasa sekali. Catz jago membuat hal-hal kecil menjadi sesuatu yang romantis. Ceritanya membuat perasaan saya diaduk-aduk. Geli, berbunga, sedih, dan haru. Ada satu bagian yang sukses membuat saya menangis :’)

Novel yang memakai tiga tokoh remaja tapi bukan teenlit melainkan romance ini sangat inspiratif. Pesan moralnya kental disampaikan sangat halus sehingga saya tidak merasa digurui. Bagaimana Catz menyampaikan bahaya dari balapan liar yang juga meresahkan di mana-mana. Ngomong-ngomong soal balapan liar, dalam novel ini isu tersebut terasa sekali bukan tempelan. Sepertinya Catz sudah melakukan riset yang mendalam sehingga mampu menyampaikan detail-detailnya. Catz dengan tepat menyuguhkan “show” ketimbang “tell” untuk adegan-adegan laganya.

Layaknya manusia yang sempurna karena kekurangannya, novel inipun baru sempurna karena memiliki kekurangan. Masih ditemukan typo dan kesalahan penggunaan kata “mengacuhkan” yang dimaksudkan bermakna tidak peduli, tapi karena tidak menggunakan kata “tidak” di awalnya, sehingga maknanya menjadi peduli. Tetapi selebihnya penulisan novel ini rapi. Tampaknya editor dan penulis sudah bekerja keras merapikannya. Selain itu cover novel ini terasa agak kaku dan kurang menarik.

Beberapa quotes favorit saya:

Lagi-lagi seperti ini. Bukannya menyelesaikan masalah. Orang-orang lebih mencari yang dapat dipermasalahkan. –halaman 124.

 

Jalani keputusanmu itu. Tapi, saat kau sudah tak mampu, akuilah. Bukanlah sebuah dosa jikaa kau tidak setia menemaninya. Hanya sebuah batas dari dirimu. –halaman 141.

 

Aku tahu, mencintai Gerimis sama dengan membiarkan inti Bumi kembali berdetak. –halaman 244.

 

Dia butuh kenyataan. bukan hidup dalam imajinasinya saja. –halaman 251.

 

Kalau kamu menyukai cerita cinta manis pahit, saya rekomendasikan novel ini. Saya memberi 4 dari 5 bintang untuk novel mengesankan ini.

***

Buat kamu yang kepengin dapetin novel ini gratis, ikutan giveaway-nya yuk. Caranya, follow @Catzlink dan jawab pertanyaan ini, “Kamu lebih suka gerimis atau hujan? Apa alasannya?” Jawab di kolom komenter postingan ini dengan menyertakan nama akun twitter-mu. Pemenang dipilih langsung oleh penulisnya ^_^

Giveaway ini berlangsung dari tanggal 2 sampai tanggal 14 Februari 2015. Pengumuman pemenang tanggal 15 di akun twitter saya @evasrirahayu jam 8 malam.

114 thoughts on “Review Novel “Gerimis Bumi” Dan Giveaway Berhadiah Novelnya

  1. Aku suka hujan. Karena ia langsung menampakkan jati dirinya bahwa ia sedang mengguyur bumi, seperti sedang menurunkan berkah durian runtuh bagi seluruh penghuni bumi tanpa terkecuali. Tidak nanggung dan sok misterius. Seringkali suara hujan di malam hari seperti nyanyian penghantar tidur.

    Salam kenal.

    Devina 🙂
    @d3pzbelle

  2. Aku suka Hujan. Karena hujan selalu datang bersama imaji, baik itu inspirasi atau kenangan,
    Aku selalu suka suara rintik hujan yang menyapa jendela kamar, aroma tanah yang tersiram air hujan. 2 tahun yang lalu aku mulai belajar menulis. Entah kenapa saat hujan datang seketika inspirasi di kepalaku terlampaui banyak, bahkan 2 jam saat hujan aku bisa menulis lebih dari 7000 kata.

    Aku juga suka cara hujan yang selalu mengingatkan kembali kenangan lalu. dan aku selalu merindukannya saat hujan tiba.

    twittwr : wulidana

  3. Sebenarnya maupun gerimis atau hujan saya tidak suka keduanya karna pada kenyataannya saya lebih suka Matahari yang memberi kehangatan untuk hari-hari saya tetapi jika disuruh pilih hujan atau gerimis jujur saya cenderung milih gerimis karna gerimis lebih Memberi kesan magis buat saya. Menurut saya ketika datangnya gerimis saya bisa lebih menyiapkan diri jika nanti hujan tiba. Jika gerimis yang munculsaya tidak harus menghentikan aktivitas saya dan juga dengan gerimis saya jadi teringat pengalaman romantis sama doi wkwkwk

    @Sinta_mutiara

  4. Gerimis. Rintiknya, bernyanyi dan menari manis. Bulatan kecil yang terlempar dari langit begitu dinamis. Pelan serta berirama tidak keroyokan seperti hujan. Dengan riang bulirnya mencumbu dedaunan, bercengkrama dengan jalanan tanpa harus meresahkan. Mereka datang bersama mendung yang romantis ^_^

  5. Hujan.

    Aku sepakat jika hujan turun membawa serta kenangan. Namun bukan hanya itu yang membuatku lebih memilih hujan. Karena hujan juga datang bersama harapan-harapan. Konon katanya, ketika hujan turun, pintu-pintu langit akan terbuka dan itu merupakan saat terbaik untuk berdoa – merapalkan harapan.

    Dan menurut kepercayaan yang kuyakini, ada doa yang sebaiknya diucapkan ketika hujan turun, tetapi bukan doa ketika gerimis turun. Yah, meskipun gerimis juga merupakan hujan, hanya beda intensitas dan awan yang membawanya.

    Satu lagi, hujan mampu membuatku tidur nyenyak. Dengan catatan, jika hujan tidak terlalu banyak menurunkan airnya ke bumi alias banjir. Hehehe.

    Btw, reviewnya keren.
    Juga suka dengan quote yang ini : “Dia butuh kenyataan. Bukan hidup dalam imajinasinya saja.”

    Ah iya, makasih atas GA nya.
    Salam kenal Mbak Eva 🙂

    @ryanie31

  6. Gerimis. Katakanlah saya lelaki melankolis karena saat gerimis dikombinasikan dg musik manis: kenangan waktu pertamakali doi ‘nyasar’ dan singgah sebentar di hatiku seketika seeasa kembali diputar. Aku tak suka hujan karena membuat jarak pandangku terbatas. Seperti mengingatkan sama terbatasnya jarak pandang kita saat hubungan LDR kita selama kurleb 4 tahun.
    @junioran9er

  7. @azhanifa
    Gerimis. Tetes-tetes gerimis buat aku selalu ingat sama Allah SWT. Gerimis itu seperti kehidupan. Saat mulai rintik, tanda dimulainya kehidupan. Saat hujan, alurnya kehidupan yang dijalani. Saat pelangi, hikmah bahwa setiap kejadian adalah pengalaman berharga. Gerimis bagi aku bertanda buat bawa payung sebelum hujan layaknya harus siap mental sebelum terjadi masalah. Gerimis juga bertanda apakah aku perlu keluar dari rumah apa enggak? Itu kenapa…..seperti suatu masalah, mau dihadapi atau mundur teratur. 🙂

  8. Gerimis, karena gerimis pertanda hujan. Gerimis sesungguhnya penanda untuk sesegera mungkin berteduh, mungkin ada sebagian orang yang tidak menyukai gerimis karena terkesan memberi harapan bahwa hujan akan turun, tapi kadang tidak turun hujan, ya gerimis tetaplah gerimis yang selalu mengundang magis.
    Yang saya suka dari gerimis adalah rintiknya. Rintiknya yang seolah memberi pertanda dan harapan bahwa hujan akan turun. ((PERTANDA & HARAPAN)) *engg
    @anisa_ainunf3

  9. Hujan, karena hujan membuat kita nggak setengah2 (seperti ngangkat jemuran atau ketika mau pergi nggak jd krn hjn, gerimis hanya membuat semakin bingung dan galau) hehehe
    Dari hujan dapat belajar untuk nggak setengah2 dan tanggung jawab seperti hujan yang nggak setengah2 kalo mau turun karena punya tanggung jawab dari TUHAN untuk memberikan kehidupan di bumi 🙂 twitter: @henker_gunawan

  10. Hujan, karena hujan membuat kita nggak setengah2 (seperti ngangkat jemuran atau ketika mau pergi nggak jd krn hjn, gerimis hanya membuat semakin bingung dan galau) hehehe
    Dari hujan dapat belajar untuk nggak setengah2 dan tanggung jawab seperti hujan yang nggak setengah2 kalo mau turun karena punya tanggung jawab dari TUHAN untuk memberikan kehidupan di bumi 🙂 Aku ingin seperti hujan yg nggak setengah2 dan bertanggung jawab
    twitter: @henker_gunawan

  11. Saya lebih menyukai hujan.Karena,14 tahun yang lalu,semua mimpi-mimpi saya berawal dari turunnya hujan.Mimpi yang semula tidak saya harapkan kehadirannya.
    Waktu itu,di bulan Januari,saat hujan sedang deras mengguyur,saya beserta keluarga pindah dari kota Pekalongan ke kota Solo.Kepindahan kami ke kota Solo,karena pekerjaan Ayah saya dipindahkan di kota ini.
    Pada awalnya memang berat.Semua mimpi-mimpi yang telah saya bangun di kota Pekalongan,harus kandas karena kepindahan kami di kota Solo.
    Bahkan saya sempat membenci hujan…membenci bagaimana suasana hujan waktu itu…ya…waktu di mana kami sekeluarga pindah ke Solo.
    Tetapi,kebencian itu semua sirna…semua lenyap.Yang semula benci,sekarang saya mulai menyukai suasana baru di Solo.Harapan,mimpi dan cinta yang baru,telah saya temukan di kota ini.
    Oh …dan…Hujan….saya akhirnya berterimakasih padanya.Karena hujan telah mempertemukan saya dengan hal-hal yang ajaib di dunia ini 🙂 .
    Akun Twitter : @BlessPutri

Leave a reply to Sheila Evelina Putri Cancel reply