Gerimis
Ada gerimis yang turun dari secarik kertas
Lalu membadai lantas memuai pada awan yang tak mampu memuat hujan
Kertas itu kini kosong
Tak lagi memiliki kisah untuk diceritakan pada muara
Pasti karena udara lupa memberi tinta setelah gerimis kehabisan makna
Februari 2013
Nama
Katamu kau mencintaiku dengan roh tanpa raga
Katamu cinta adalah aksara tanpa rangka
Rasa membawamu sesat hingga pulang adalah nista
Kini katakan padaku, apakah duka melupa pada jejak?
Lalu kataku, cinta adalah kenangan
Dan nama lain kenangan hanyalah … kita pernah.
Bandung, 29 Desember 2012
Pinangan
Katamu itu cinta
Kataku ini hanya hormon
Katamu selamanya
Kataku hanya butuh waktu lima tahun untuk melupa
Lantas kau tasbihkan namaku dalam lantunan ayat-ayat maha dari maha indah di setiap Bismillah
Dengan mata berbinar lebih dari sinar
Lagu cinta itu menembus tulang, merasuk mengakar
Namun bagiku ada jeda yang panjang
Rasa ini masih samar, butuh banyak oksigen, agar tak menggelepar.
Bandung, 4 Maret 2013
Mayasmara
Sengaja kulindapkan namamu dalam kerongkongan
Berharap setiap kata yang keluar serupa doa
Likat membelit kita
Pada cintalah kita selalu merasa telanjang, tak punya kuasa atas apa-apa
Saat huruf lenyap dalam senyap, kita hanya mampu berpelukan
Lalu melagukan getaran jiwa yang kadang tertinggal dibalik celana
Bandung, 4 Maret 2013
Mengheningkan Cipta
Mari sejenak kita menunduk
Untuk kematian rasa
Dikuburkan dalam rahim bayi-bayi yang tak pernah lahir
Diiringi orkestra nada-nada paling hening
Diam kita menjelma geming
Maka, jangan pernah lagi semua mengumbar kata cinta
Jahit saja bibir
Kremasi hati
Mutilasi otak
Lantas kita pajang sebagai sebuah prasasti
Sebagai sebuah peringatan, bahwa rasa pernah menyentuh bumi.
Bandung, 4 Maret 2013
loh kok mungkin?hahaha
^^
Begitu dalam, gelap dan hitam. Luweng Ombo sepertinya kalah dalam dibandingkan kata-kata tersebut diatas. Semoga diujung jalan itu terdapat sinar terang tak seprti perkataan Mochtar Loebis dalam Jalan tak ada ujung. Semoga.
^_^