Saya jarang membaca buku nonfiksi kecuali untuk kebutuhan riset penulisan novel. Seringnya baru membaca ketika memang butuh dalam pengembangan karier, atau sedang dalam satu fase kehidupan yang memerlukan ‘guide‘ dari buku. Saat ini saya sedang menulis novel tentang dunia media sosial, dan memang profesi saya sebagai penulis dan bloger kesehariannya tidak jauh dari dunia maya. Maka ketika buku ini mendatangi saya, saya seperti diberi jalan untuk belajar dari buku dan pengalaman penulisnya untuk perkembangan karier sekaligus memenuhi kebutuhan riset penulisan.
Data Buku
Judul : Personal Branding: Sukses Karier di Era Milenial
Penulis : Dewi haroen
Penerbit : DH Media
Tebal : 228 Halaman
ISBN : 9766025157400
Blurb :
Sukses karier bukan rumus matematika sederhana. Di dunia nyata, seseorang hard & good worker belum tentu kariernya gemilang. Terjadi “dinamika antara citra dan realita” yang berdampak terhadap kesuksesan dan kegagalan karier seseorang. Juga dalam kehidupan. Orang baik belum tentu dipersepsikan sebagai orang baik, orang kompeten belum tentu dikenal sebagai orang kompeten. Demikian sebaliknya, dimana persepsi seringkali tak sama dengan realita. Sehingga performance yang bagus saja belum cukup.
Dalam konteks persaingan karier, hanya orang-orang yang mampu menampilkan persepsi diri secara kreatif dan menarik yang sanggup meraih sukses dan keberhasilan. Khususnya di era milenial dimana berbagai informasi menyebar secara cepat dan instan. Anda harus mengontrolnya supaya selalu positif. Namun mayoritas profesional ‘zaman now’ tak menyadari.
Untuk itu Anda perlu personal branding agar terlihat dan terpilih di antara sekian banyak kandidat. Agar meraih sukses di karier dan kehidupan. Bagaimana cara yang benar membangun personal brand, semuanya akan dibahas tuntas di buku ini. Jadi, apa pun profesi dan latar belakang Anda, pastikan Anda membaca buku ini!
Review
Beberapa tahun ini saya tertarik dengan pembahasan personal branding. Ternyata karier apa pun itu tidak terlepas dari personal branding. Apalagi saya menekuni karier yang erat kaitannya dengan media sosial, dimana saya mesti sering-sering tampil. Sejak dulu saya merasa ketika mencitrakan diri di publik, baik itu secara online maupun offline, menjadi pribadi lain dari diri itu akan sangat melelahkan. Dari pengalaman, saya lebih memilih memperlihatkan sebagian hal saja ketimbang memaksakan diri jadi orang lain. Selain capek, sulit juga menjaga konsistensinya. Ternyata itu memang sejalan dengan prinsip personal brand. Seperti yang tertulis dalam buku ini:
Personal brand yang asli (otentik) merefleksikan karakter, kompetensi, dan kekuatan diri Anda yang sesungguhnya. –Halaman 17
Buku ini membahas serba-serbi mengenai personal branding dari hal-hal mendasar, seperti pengertian dari Ibu Dewi sendiri maupun dari para pakar. Dijelaskan bahwa ‘personal brand‘ adalah merek atau diri yang dimiliki seseorang, sedangkan personal branding merupakan strategi komunikasi yang dilakukan seseorang untuk membangun merek tersebut.
Personal Brand adalah diri kita sendiri, siapa diri kita dan hal spesial apa yang kita kerjakan. Merepresentasikan nilai yang kita yakini, kepribadian kita, keahlian kita dan kualitas yang membuat kita unik di antara yang lain. –Halaman 6
Mungkin ada yang mengira-ngira tidak merasa memiliki merek, sehingga tidak memerlukan strategi personal branding ini. Padahal semua yang memiliki nama pastilah memiliki merek, dalam kasus seseorang, merek adalah nama yang melekat padanya. Sehingga pada hakikatnya ternyata setiap orang perlu membangun personal branding. Penulis menerangkan apa keuntungan memiliki personal branding dan apa kerugian apabila kita tidak memilikinya.
Pembahasan buku ini disampaikan dengan lugas dan bahasanya mudah dicerna. Sehingga menurut saya, orang yang awalnya awam mengenai personal branding pun akan mengerti dan paham. Apalagi disertai oleh ilustrasi-ilustrasi menarik yang mendukung sehingga visual bukunya membuat mata dapat terus tertarik membuka lembar demi lembar berikutnya. Juga terdapat penekanan pada hal-hal yang sangat penting seperti tulisan yang diberi ukuran, font, dan tipografi berbeda yang dimaksudkan agar memudahkan pembaca merekam pesan yang ingin disampaikan penulis. Terus terang saja, saking banyaknya hal penting dalam buku ini, saya sampai kesulitan menandainya ^^
Personal branding adalah strategi untuk membentuk persepsi orang tentang diri Anda. Meski demikian, personal brand yang dibentuk haruslah bersumber dari bukti-bukti yang otentik, nyata dan asli. –Halaman 17
Buku ini dapat menjadi guide untuk membangun personal brand dengan tujuan menciptakan respons emosional dari orang lain terhadap identitas diri kita pribadi sebagai seseorang yang memiliki kualitas dan nilai. Banyak alasan tentunya mengapa kita atau merek kita ingin dilihat dan ‘dipilih’ orang lain. Beberapa di antaranya eksistensi, untuk bertahan hidup, dan mencari penghidupan. Bicara personal brand menurut saya bicara tentang bagaimana agar ‘terlihat’.
Memang dari milyaran orang di dunia, setiap orang berbeda. Memiliki keunikan dan kekhasan sendiri. Seharusnya menguarkan warna sendiri. Kerlip yang tak sama semestinya membuat setiap orang mudah ditemukan. Nyatanya… betapa banyak hal yang mesti dilakukan untuk ‘terlihat’ dari gempuran perbedaan itu. Tetap butuh effort untuk menunjukkan diri. Menyalakan sinar yang lebih terang untuk dapat terlihat.
Lalu apa yang mesti dilakukan untuk terlihat? Menjadi diri sendiri yang otentik tapi terus mau berkembang.
Pertanyaannya kemudian, harus mulai dari mana? Ibu Dewi menjelaskan ada 3 tahapan untuk memulai, yaitu: pemahaman diri, pengembangan konten, dan promosi diri. Ternyata tahap awalnya adalah mengenali diri sendiri dulu. Namun seringkali kita tak dapat menjawab secara tuntas pertanyaan mendasar, ‘Seperti apa kita ini?’ Pada tahapan ini kita harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjelaskan diri kita, yaitu, ‘Siapa Anda? Apa yang Anda kerjakan? Dan apa yang membuat Anda berbeda?’ Untuk menemukan diri yang otentik tersebut, kita dapat intropeksi diri, meminta pendapat orang lain, mengikuti tes assesmen psikologi, dan lewat analisis SWOT. Dari hasil analisis itulah kita dapat merumuskan kekuatan dan kekurangan kita yang nantinya bermuara pada apa-apa saja kekhasan yang harus ditonjolkan.
Seperti judulnya yang menyinggung mengenai sukses berkarier di era milenial yang erat kaitannya dengan dunia digital, buku ini menjelaskan tentang membangun personal branding dari jejak online maupun aktivitas offline yang sama pentingnya. Tools atau perlengkapan tempur apa saja yang diperlukan dan dipersiapkan untuk strategi online maupun offline. Berisi juga tips apa-apa yang baik dilakukan dan tidak boleh diperbuat. Setiap tahapan dijelaskan secara terperinci sehingga step by step-nya mudah dipraktikkan.
Adapun kekurang buku ini adalah terdapat banyak saltik, meskipun tidak mengganggu pesan yang disampaikan. Saya berharap ada buku lanjutannya yang membahas studi-studi kasus yang lebih mendalam.
Saya rekomendasikan buku ini bagi siapa saja yang ingin membangun personal branding dari hal mendasar.
Rating 3,5 dari 5 bintang.
Giveaway Time!
Mau buku Personal Branding? Ikutan giveaway-nya yuk. Caranya:
1. Follow akun IG @dewiharoen dan @perpustakaaneva
2. Sebar info giveaway ini dengan tagar #PersonalBranding dan mention saya. Boleh di insta story atau twitter. Untuk Twitter silakan mention saya di @evasrirahayu
3. Peserta harus memiliki alamat pengiriman di Indonesia.
4. Jawab pertanyaan saya di kolom komentar dengan menyertakan akun IG atau twitter kamu.
Kamu pengin dikenal sebagai apa?