Kista Ginjal Mengantarkan Saya Pada Salah Satu Momen Luar Biasa dalam Hidup

PicsArt_05-07-10.21.19

Sungguh, hidup dan semesta ini menyimpan begitu banyak rahasia. Begitu banyak momen-momen luar biasa dalam hidup. Mengecap kehidupan ini rasanya memang haru paling hakiki yang dianugerahkan Tuhan. Haru yang disampaikanNya lewat tiap detik napas, namun seringkali baru terasa ketika rasa menyentuh klimaksnya: bahagia, sedih, ketakutan….

Dalam kurun waktu mingguan ini saya tengah mengenyam satu momen luar biasa lagi dalam hidup. Seperti yang saya ceritakan dalam postingan sebelumnya “Sesungguhnya Aku Takut” saya baru tahu kalau ternyata di ginjal saya ada kista yang telah setengahnya terinfeksi sehingga tak bisa ditunda lagi untuk segera diangkat supaya tak mengganggu fungsi ginjal.

Segala ketakutan menerpa saya minggu lalu. Berbagai bayangan berkelebat bagai mimpi buruk. Alhamdulillah semuanya telah berlalu berkat segala doa dan upaya banyak pihak. Dalam postingan ini, saya tak hendak membagikan hal-hal negatif. Karena itu saya tidak memasukkan foto-foto pra dan pasca operasi. Saya tidak ingin membuat teman-teman yang mungkin membutuhkan penanganan operasi menjadi takut dan cemas. Saya hanya ingin membagikan berbagai makna dan pengetahuan yang saya dapat dari momen luar biasa itu.

Akan saya kisahkan dari mulai Kronologis menuju dan setelah Operasi.

Tentang Kista Ginjal

Penyakit yang saya derita adalah kista ginjal. Bisa dibilang, jenis kista ini jarang diketahui orang. Terus terang, saya pun baru tahu setelah membaca dari hasil ultrasonografi (usg). Menurut dokter, kista di ginjal saya merupakan kista keturunan. Dokter sempat menanyakan riwayat kesehatan keluarga, apakah ada yang memiliki kista? Saya jawab orang-orang tua saya tidak. Dari beberapa artikel yang saya baca mengenai kista ginjal, disebutkan bahwa kista ini sebenarnya bisa sembuh dan hilang dengan sendirinya, juga termasuk jinak. Berdasar itu saya membuat kesimpulan sok tahu, yaitu mungkin saja memang ada orangtua atau leluhur saya yang memiliki kista ginjal, tetapi sembuh sehingga tidak pernah terdeteksi. Selain faktor genetik, kista ginjal juga bisa muncul karena hal lainnya.

Gejala Kista Ginjal

Gejala kista ginjal ada beberapa, yaitu demam, menggigil, sering buang air kecil, kalau terinfeksi pinggang akan terasa sakit. Biasanya kalau kista ginjalnya tidak terinfeksi, tidak membuat pinggang kesakitan, hanya terasa seperti pegal-pegal. Memang, kadangkala saya merasa pegal pinggang, biasanya saya akan banyak minum air putih dan buang air banyak juga, setelah itu pegal di pinggang hilang. Sayangnya, saya punya satu kebiasaan buruk: menahan buang air kecil. Ternyata, di sanalah letak penyakit itu bersumber. Akibat sering menahan itu, saluran air kencing infeksi dan kista di ginjal saya pun ikut infeksi. Dan terjadinya telah lama, tapi baru terasa sakit ketika setengah kista yang telah besar itu infeksi. Setelah itu saya melakukan pengecekan darah untuk mengetahui apakah fungsi ginjalnya normal? Alhamdulillah baik-baik semuanya.

Kronologis Operasi

Sabtu setelah saya mendapat diagnosa, dokter bilang saya sebaiknya operasi Seninnya. Karena akan dioperasi, minimal satu hari sebelumnya saya mesti dirawat di RS, karena harus melalukan pengecekan, perawatan, dan persiapan dulu. Tentunya keadaan tubuh saya mesti terpantau dokter.

Karena minimal sehari, maka saya memilih besoknya saja dirawat. Kemudian saya memutuskan hal konyol, saya nekad nonton AADC 2 dulu XD Sebelum spoiler dan review yang beredar makin mengganas dan membuat saya membacanya nanar sambil terbaring di tempat tidur RS ๐Ÿ˜€ Untungnya Prajurit Rumput mengabulkan permintaan saya yang bikin geleng-geleng kepala.

Besoknya, sebelum berangkat ke RS, saya mandi dulu, keramas dulu, dan packing dulu *plis, Va, ini ke RS bukan liburan* Soalnya saya ingat dulu pas operasi caesar kelahiran Rasi, rambut saya baru ketemu shampo lagi setelah sepuluh hari. *plaaak!*

Di RS, setelah mendapat kamar, saya diberi infus, kemudian dirotgen untuk pengecekan. Alhamdulillah paru-paru baik-baik saja. Untuk menghalau kegalauan, hari itu saya menulis satu postingan pendek. Awalnya saya tidak ingin bercerita perihal ini, tapi saya pikir, saat itu saya membutuhkan banyak doa. Dan tanpa saya duga, doa-doa hadir tanpa putus begitu hangatnya memeluk saya. Lalu, tiap kali kecemasan berkelebat di wajah saya, Prajurit Rumput menggenggam saya erat menguatkan. Saat itu saya jadi teringat bagaimana dia sedari dulu begitu gencar mengkampanyekan pada saya tentang cukup minum air putih dan jangan menahan pipis. Kata-kata yang tak saya dengar hingga datang waktunya sesal. Evi di tengah kesibukannya–yang seharusnya dibagi sebagian dengan saya karena kami seharusnya mempersiapkan keberangkatan ke Jogja untuk satu event kembar–masih menyempatkan diri menemani saya sejenak di RS. Evi juga yang mengurus medsos saya sehingga jadwal promo apa pun masih tetap berjalan. Medsos saya terus terlihat aktif ๐Ÿ˜€ Benar-benar kembaran yang berbakti ๐Ÿ˜€

Hari H tiba. Doa tak pernah alpha saya panjatkan untuk kelancaran operasi sekaligus mengusir ketakutan. Detik-detik berlalu hingga sampailah ke jam setengah 4 sore. Saya dijadwalkan untuk operasi jam 4. Setengah jam sebelumnya, saya sudah dibawa ke ruang operasi. Entah berapa menit setelahnya, akhirnya hanya butuh mungkin sekitar 3 detik setelah diberi bius total, segalanya menjadi gelap.

Operasi ternyata berjalan selama kurang lebih 3 jam setengah. Menurut cerita keluarga saya. Selesai operasi, keluarga dipanggil untuk melihat kista yang telah berhasil diangkat. Kista itu akan diteliti dulu di laboratorium. Karena kasus saya agak beda. Isi kistanya cairan nanah. Kata dokter, operasi saya berhasil, dan keadaan tubuh saya stabil. Mendengar itu, keluarga saya bersyukur sambil mengembuskan napas lega.

Saya baru sadar sekitar jam setengah sepuluh malam. Bangun kemudian terbatuk. Saat itu saya ingat, waktu bangun operasi caesar, rasanya jauh lebih nyeri. Kemudian saya melihat satu per satu keluarga mengucap syukur, kemudian berpamitan. Meskipun penglihatan saya belum jelas dan kesadaran belum total, Alhamdulillah saya bisa mengenali semuanya.

Operasi kista ginjal yang saya jalani bernama operasi laparoskopi. Menurut dokter, operasi ini minim luka, sehingga pasien bisa lebih cepat pulih. Untuk lebih jelasnya saya kutip penjelasannya dari blog www (dot) peterparkerblog (dot) com

Perlu diketahui metode operasi kista laparoskopi merupaakn teknik pembedahan atau operasi yang dilakukan dengan membuat dua atau tiga lubang kecil dengan diameter sekitar 5โ€“10 mm di sekitar perut pasien. Satu lubang pada pusar digunakan untuk memasukkan sebuah alat yang dilengkapi kamera untuk memindahkan gambar dalam rongga perut ke layar monitor, sementara dua lubang yang lain untuk peralatan bedah yang lain.

Sumber: http://www (dot) peterparkerblog (dot) com/3843/metode-operasi-kista-laparoskopi/

Pantas saja ketika siuman, sakitnya jauh lebih ringan ketimbang waktu caesar. Bahkan, bisa dibilang setelah itu bekas operasinya sangat jarang terasa nyeri. Kalaupun nyeri, hanya terasa nyut-nyutan saja. Yang terasa sakit justru dari selang drain yang dimasukkan ke perut.

Selang drain ini adalah selang kecil yang berfungsi untuk membuang dan menarik darah kotor atau cairan kotor yang timbul setelah operasi. Drain tersambung dengan urine bag seperti kateter. Jahitannya kuat sehingga pasien tidak usah takut bergerak. Kata dokter, drain baru bisa dibuka setelah isinya sedikit atau darah atau urine tidak lagi keluar, dan pasien telah mampu duduk, berdiri, dan berjalan.

Proses Pemulihan

Hari pertama pasca operasi, terus terang saya merasa drop. Ketakutan-ketakutan itu masih menghantui. Saya masih tegang dan syok. Akhirnya, seharian itu hanya saya lewati dengan berdiam diri menahan nyeri yang tiba-tiba terasa berlipat-lipat dari semalam. Padahal dokter sudah mengatakan saya dalam keadaan baik. Dalam waktu dua-tiga hari sudah bisa pulang. Saat itu saya terlampau bodoh membiarkan diri stres tanpa berbuat sesuatu sebagai solusi. Saya ingat jelas, pagi itu seorang suster mengatakan, “Bu, hari ini harus udah bisa duduk ya. Memang sakit sih, tapi harus dipaksain kalau mau cepat sembuh. Saya udah lima kali operasi, jadi tahu banget rasanya.” Namun, saran itu saya simpan saja di kolong tempat tidur.

Hari kedua, seperti biasa, tiap pagi akan datang suster yang mengganti sprei. Suster yang sama dengan kemarin.

Suster bilang, “Ayo sekarang duduk, mau diganti spreinya.”

Takut-takut saya berbisik pada suster lain, “Suster, saya miring kiri kanan aja dulu ya. Belum bisa duduk.”

Suster yang menyuruh duduk bilang, “Harusnya hari ini udah bisa jalan loh, Bu. Kalau diem terus malah makin kerasa sakit. Darah kotor di dalem juga gak keluar-keluar, itu gak bagus, kalau nanti jadi nanah gimana? Mau sembuh atau enggaknya terserah Ibu.”

Deg! Mendengar itu saya merasa ditampar bolak-balik. Ya ampun, serem banget ternyata efeknya kalau saya menyerah begini. Saat masih menimang-nimang mau gimana, datang suster lebih muda yang sama galaknya–in the good way–dia bilang mau mencabut kateter saya. Saya langsung ngeuh, itu satu bentuk cara mereka supaya saya mau ‘bergerak’. Sampai segitunya para suster itu care sama pasien loh. Di situlah, timbul semangat saya untuk berusaha. Iya, saya mesti sehat. Sehat itu ya harus berjuang dari dalam diri. Masa cuman belajar duduk, berdiri, dan jalan aja udah ngeper. Padahal waktu caesar dulu saya enggak semanja ini. Dulu saya semangat. Memang sih karena persoalan faktor psikologi. Dulu melahirkan, sekarang karena sakit. Jadi tekanannya beda.

Perang paling hebat memang perang melawan semua ketakutan dan pikiran negatif dalam benak sendiri.

Pagi itu, saya meminta tolong Prajurit Rumput membantu saya belajar. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa duduk dan berdiri, sehingga ketika siangnya dokter mengecek, bisa dengan bangga menceritakan kemajuan saya. Kata dokter, besok pagi selang drain bisa dibuka, kalau saya sudah bisa berdiri dan jalan agak lamaan. Sorenya saya sudah bisa berjalan bolak-balik keliling kamar. Yeaay! Dan bener apa kata suster, tetnyata kalau digerakan, sakitnya berkurang banyak. Kamis pagi, bahagia banget ketika selang drain beneran dibuka. Rasanya bebaaas! Sorenya, dokter menyatakan saya sudah bisa pulang. Malam itu, saya bisa tidur sambil menatap langit-langit rumah ๐Ÿ˜€

Perenungan-perenungan

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, sakit kista ginjal ini mengantarkan perenungan-perenungan.

Makna pertama yang saya dapat adalah bersyukur masih bisa merenung dan berpikir, kebebasan paling lepas yang diberikan Tuhan.

Tentang Keluarga

Peristiwa ini makin mengukuhkan saya, bahwa dari keluarga saya berasal, dan pada keluarga segalanya kembali. Keluargalah yang akan selalu ada. Orangtua dengan segala gurat cemas dan tasbih tak putus dalam setiap detak jantungnya. Mereka memberi bantuan jiwa raga dengan penuh cinta. Kakak-kakak laki-laki saya yang dengan ikhlas menggantikan saya mengantar jemput Rasi. Kakak perempuan saya yang setia menjemput dari RS tiap kali saya dirawat. Kembaran yang rela mengerjakan pekerjaan-pekerjaan bagian saya. Dan seorang putri yang menunggu kepulamgan ibunya tanpa rewel.

Bahkan bukan hanya keluarga inti, keluarga besar pun menunggu di balik pintu selama operasi. Betapa saya beruntung memiliki mereka :’)

IMG_20160421_075850

IMG_20160505_205002

IMG_20160417_082127
Kehadiran saya di rumah disambut layaknya kelahiran seorang bayi. Sekecil apa pun perkembangan saya begitu diperhatikan. Lucu-lucu bikin terharu XD

Mama: Eva sudah bisa jongkok hari ini. *mata berbinar bangga*

Evi, Kakak, Teteh: Waaah, hebaaat. *tepuk tangan*

____________________________________________________________________

Tetangga: Eva sekarang udah bisa apa?

Mama: Eva udah bisa pup loh, Bu…. *tersenyum bangga*

Tetangga; Waaah, hebaaat *tepuk tangan*

Konsep Pertemanan

Kemudian perenungan lainnya tentang konsep persahabatan. Saya sangat beruntung (lagi) karena mendapat banyak sekali kiriman doa. Baik itu lewat komentar di FB, mention twitter, grup-grup WA, grup BBM, sampai para sahabat yang menjapri. Terima kasih untuk semuanya, sungguh doa kalian menguatkan saya. Beberapa sahabat membuat status doa untuk saya. Saya membacanya sampai terisak. Makasih ya Amaya, Lily, Felis, Pilo, dan Bunda Arniyati.
Dan yang tidak saya sangka-sangka sama sekali, beberapa sahabat bahkan menunggui saya saat operasi. Teh Santya dan putrinya Nada, Evaliana, Yoga dan Sintamilia, juga Kang Acem. Saya memang tidak sempat bertemu secara sadar dengan mereka kala itu, karena saat saya siuman, mereka sudah pulang. Tapi benar saya bahagia mendengarnya, terharu sekali. Padahal sudah jarang berkomunikasi dengan mereka, tapi mereka ‘ada’ untuk saya. Saya bahkan mungkin ‘tak pernah ada’ kala mereka tertimpa kesusahan. Ada pula Teh Lygia dan Pak Mayoko yang mengulurkan bantuannya, menyisihkan sebagian rezeki untuk saya. Saya haturkan terima kasih yang tulus untuk kalian semua *lap air mata*

Ketulusan hati memang begitu misteri, mungkin kita memang tak pernah tahu seberapa besar kita berarti untuk seseorang.

Ketika dua tetangga dan teman SMP saya pulang setelah menjenguk, satu pertanyaan dari seseorang menggelitik saya, “Va, siapa aja yang jenguk?”

Pertanyaan itu tiba-tiba menghentak kesadaran saya. Selama sakit, tak terpikirkan oleh saya bahwa saya ‘harus dijenguk’. Benar, asli saya berpikir begitu. Karena saya tahu banyak sekali kondisi-kondisi yang membuat seseorang tak bisa datang. Waktu, kesibukan, perbedaan geografis, dan lainnya. Tidak mungkin kan sahabat yang tinggal di Jepang bisa pulang ke Indonesia tiba-tiba. Namun ketidakhadiran tidak lantas membuat mereka menganggap saya tidak cukup berarti untuk meluangkan waktu dan perhatian. Mungkin saat itu mereka tengah dilanda masalah yang genting, dimana saya pun tak tahu dan tak ada untuk menolongnya. Sungguh, saya tak ingin menjadi pribadi yang perhitungan. Terkurung oleh pikiran negatif: Saya ada dalam masa sulit seseorang, tetapi saat saya kesusahan dia malah tak ada. Meski terus terang, sebagai manusia biasa yang tak luput dari godaan kebaperan, setelah mendengar pertanyaan itu terlintas dalam kepala saya pertanyaan, siapa saja yang ‘berniat’ menjenguk saya? Sungguh, cukup ‘niat’ itu saja sudah membuat saya bahagia. Cepat saya tepiskan pikiran itu. Saya ingin menjadi seseorang yang tulus, yang tak hitungan. Menolong ketika memang bisa, mendoakan ketika hanya itu yang saya mampu. Karena saya pun dikeliling orang-orang yang hatinya indah.

Begitulah, peristiwa itu membuat saya berpikir. tidaklah bisa menilai kesejatian persahabatan saat kita tertimpa kesusahan.

Ada juga kasus-kasus dimana justru persahabatan diuji bukan oleh kesusahan, justru oleh kecemerlangan. Misalnya dua sahabat, salah satunya jauh lebih berprestasi sehingga menimbulkan rasa iri sahabatnya. Bukankah itu ujian dalam kesenangan.

Tidaklah bisa menilai kesejatian persahabatan saat kita tengah cemerlang.

Saat saya sedang memikirkan itu, tiba-tiba masuk BBM dari Heppy, kami telah bersahabat selama belasan tahun. Dia menanyakan kabar saya dan mengungkapkan perasaan bersalah karena belum bisa menjenguk saya. Kemudian dia menghadiahi saya gambar yang sukses membuat air mata haru saya kembali meleleh.

IMG_20160507_110837

Untuk para sahabat, jangan merasa bersalah saat tak bisa hadir dalam bentuk ragawi, cukuplah langitkan doa tiap kali mengingat saya.

Saya sampai pada kesimpulan:

Ketika kita sedang tertimpa kesulitan, bukan berarti kita mesti menjadi pusat “semesta” semua orang.

Dan ketika kita tengah bersinar pun, tak mesti pula kita menjadi pusat “semesta” semua orang.

Setelah Cek Up

Alhamdulillah, kemarin jahitan operasi saya sudah dibuka. Hasil laboratorium mengatakan kalau kista saya meskipun isinya nanah, ternyata tidak mengandung sel kanker. *sujud syukur*

Sebagai pasien yang cerewet, saya menanyakan ini itu pada dokter. Termasuk bagaimana perawatan agar kista di ginjal tidak kembali. Jawabannya: jangan pernah lagi menahan kencing.

Begitulah kisah salah satu momen luar biasa dalam hidup saya. Insya Allah, saya yakin Allah ingin saya terus memperbaiki diri lewat peristiwa ini. Semoga saya bisa membuka babakan baru dalam hidup lebih baik. Semoga kalian yang membaca postingan ini pun mendapatkan makna, sekecil apa pun ๐Ÿ˜€

PicsArt_05-09-07.15.51

*NB: Postingan ini saya tulis selama enam hari, maklum lama banget, ditulis dalam masa pemulihan XD

100 thoughts on “Kista Ginjal Mengantarkan Saya Pada Salah Satu Momen Luar Biasa dalam Hidup

  1. Ka mau tanya,
    Biaya operasinya berapa ya ka?
    Orangtuaku juga rencananya mau operasi.
    Kebetulan saya jauh merantau jadi gak bisa bareng ke dokter nanya penyakitnya.

Leave a reply to tamanbermaindropdeadfred Cancel reply